Senin, 19 Oktober 2015

Etos Kerja dalam Islam

MAKALAH


ETOS KERJA DALAM ISLAM














O l e h:
SUMANTO
Nim: DMP. 14.110






PASCASARJANA
MAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2015

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi merupakan era yang penuh dengan tantangan, termasuk bagi suatu organisasi atau institusi, yakni adanya persaingan yang sangat ketat antar organisasi. Organisasi dan institusi dituntut untuk mampu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini, dan semua itu dapat dilakukan oleh organisasi yang didukung oleh kualitas sumberdaya manusia yang memadai.
Kualitas sumberdaya manusia yang tinggi akan sangat menunjang dalam pencapaian tujuan organisasi, sebab manusialah yang merupakan pengelola, pengatur dan penggerak aktivitas sumberdaya yang lain dalam suatu organisasi. Sehingga diperlukan instrumen, pola, atau pendekatan dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.
Pendekatan dalam upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia bisa melalui pendekatan psikologi dan organisasi, budaya serta agama.
Islam sebagai salah satu agama samawi, telah menekankan kepada ummat untuk bekerja. Sebagaimana sabdanya” bekerjalah untuk duniamu seakanakan kamu hidup selamanaya dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok”. Mangkunegara (2005:06) berpendapat sebenarnya kitab suci Al-Qur’an dari agama Islam juga mengajarkan unsur-unsur tersebut seperti manusia harus bekerja keras (Al-Qur’an surat Al-Qashash:77; Al-Jumu’ah:11; At-Taubah:105; bekerja merupakan ciri mukmin yang sukses (Al-Mukminun:3); Islam mengangkat nilai kerja (Al-Baqoroh:110; An-Nahl:97); Islam melarang berusaha secara batil (An-Nisa’:29); Allah SWT tidak merubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri berusaha keras untuk merubahnya (Ar-Ra’du:11).
Selanjutnya Tasmara (2002:16)[1] berpendapat bahwa dengan etos kerja yang bersumber dari keyakinan Al-Qur’an ada semacam keterpanggilan yang sangat kuat dari lubuk hatinya, untuk menunjukkan hasil kerja kerasnya yang berkualitas.




PEMBAHASAN
Al-Qur’an dan Etos Kerja Islami

1. Pengertian Etos Kerja Islami
Menurut Tasmara (2002:15), secara etimologis, kata etos kerja itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, yakni ethos yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga dimiliki oleh kelompok bahkan masyarakat.
Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya serta sistem nilai yang diyakininya. Adapun kata kerja, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,artinya adalah kegiatan melakukan sesuatu. Menurut El-Qussy, seorang pakar Ilmu Jiwa berkebangsaan Mesir, kerja merupakan aktivitas yang disengaja, bermotif dan bertujuan, biasanya terikat dengan penghasilan atau upaya memperoleh hasil, baik bersifat materil maupun non materiil.
Kata etos kerja, menurut Mochtar Buchori dalam Asifudin (2004:27) dapat diartikan sebagai sikap dan pandangan terhadap kerja, kebiasaan kerja, ciri-ciri atau sifat-sifat mengenai cara kerja yang dimiliki seseorang, suatu kelompok manusia atau suatu bangsa. Ia juga menjelaskan bahwa etos kerja merupakan bagian tata nilai baik individu, masyarakat atau bangsa itu sendiri.
Sedangkan menurut Tasmara (2002:9), etos kerja adalah totalitas kepribadian diri serta cara mengekspresikan, memandang, meyakini, dan memberikan makna pada sesuatu yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal.
Adapun yang dimaksud dengan etos kerja islami itu sendiri, menurut Asifudin (2004:234)[2] merupakan karakter dan kebiasaan manusia berkenaan dengan kerja, terpancar dari sistem keimanan/aqidah Islam yang merupakan sikap hidup mendasar terhadapnya. Menurut Tasmara (2002:26), etos kerja islami adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh aset, pikiran, dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (khairul ummah) atau dengan kata lain dapat juga kita katakan bahwa hanya dengan bekerja manusia itu memanuisakan dirinya.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa etos kerja islami adalah karakter atau kebiasaan manusia dalam bekerja yang bersumber pada keyakinan/aqidah Islam dan didasarkan pada Al-Qur’an dan Sunnah. Manusia bekerja bukan hanya motif mencari kehidupan dunia tetapi bekerja merupakan perintah dari agama.

2. Al-Qur’an dan Etos Kerja Islami
Menurut Ahmad (2001:16)[3] Islam adalah agama yang menghargai kerja keras. Kenyataan ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al-Qur'an yang sangat menekankan arti penting, diantaranya :
قل ياقوم اعملوا على مكانتكم اني عامل فسوف تعلمون
 "Katakanlah, hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu,sesungguhnya Aku akan bekerja (pula) maka kelak kamu akan mengetahui. " (Q.S. Az Zumar : 39),
Menurut Ahmad (2001:17) Islam tidak hanya memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja, namun manusia juga diperintahkan untuk mencari rezeki di bumi.  
Etos kerja islami itu sendiri berasal dari Al-Qur'an dan Hadits Nabi Muhammad SAW, yang mengajarkan bahwa dengan bekerja keras yang disebabkan karena telah berbuat dosa akan diampuni oleh Allah SWT dan tidak ada makanan yang lebih baik dibandingkan apa yang dimakan dari hasil jerih payahnya atau kerja kerasnya. Etos kerja islami memberikan pandanganmengenai dedikasi yang tinggi dalam bekerja keras sebagai sebuah kewajiban yang wajib. Usaha yang cukup haruslah menjadi bagian dari kerja yang dilakukan seseorang, yang terlihat sebagai kewajiban individu yang cakap (Tasmara, 2002:25).
Menurut Tasmara (2002:26), etos kerja islami menekankan pada kerja sama dalam bekerja, dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan. Hubungan sosial dalam bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial.
Etos kerja islami memberikan tekanan pada kerja yang rata-rata dapat membantu pertumbuhan atau kemajuan personal, penghargaan terhadap diri sendiri atau orang lain, kepuasan kerja, dan pemberdayaan diri. Selain itu tekanan untuk bekerja secara kreatif dapat sebagai sumber dari kesenangan dan prestasi. Bekerja keras dipandang sebagai kebaikan, dan barang siapa yang bekerja keras maka akan lebih mungkin mendapatkan kemajuan dalam hidupnya dan sebaliknya, jika tidak mau bekerja keras maka akan dipandang sebagai penyebab kegagalan dalam hidup.
 Menurut Ali (1989:515), dinyatakan bahwa nilai kerja di dalam etos kerja islami didapatkan dari maksud yang mengiringinya pada hasil dari kerja itu.
Dalam hal ini penekanan terdapat dalam keadilan dan kedermawanan di dalam tempat kerja yang merupakan suatu kondisi yang penting untuk kesejahteraan karyawan dengan gaji yang layak diterimanya.
Menurut Nashir  (1989:515), bekerja keras sebagai bentuk wujud tanggung jawab dan berkompetisi yang mendorong dan bertujuan untuk memperbaiki kualitas kerja karyawan. Dengan kata lain etos kerja islami memperlihatkan bahwa kehidupan tanpa kerja keras tidak mempunyai arti apaapa, dan waktu pekerjaan dalam aktivitas ekonomi adalah kewajiban yang harus dipenuhi. Selain itu aktif bekerja merupakan perintah agama, etos yang dominan dalam Islam ialah menggarap kehidupan ini secara giat, dengan mengarahkannya kepada yang lebih baik (islah). Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al Jumu’ah :
فإذا قضيت الصلوة فالنتشروا في الارض وابتغوا من فضل الله واذكروا الله كثيرا لعلكم تفلحون
 "Maka apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah, serta banyaklah ingat kepada Allah, agar kamuberjaya." (Q.S. Al Jumu’ah : 10).[4]
Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan, namun kita juga harus bekerja mencari rezeki dari kemurahan Allah. Bersama dengan itu, kita senantiasa ingat kepada-Nya.
Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja itu, dengan menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita. Semua perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai rahmatan lil alamin, integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh Allah, bukan karena atasan, atau sekedar upah belaka, dan jabatan hanya dilihat sebagai amanah Allah (Agustian, 2001:52). Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang dipandang dalam etos kerja islami. Ada hikmah yang terkandung dalam perkataan Ali bin Abi Thalib, laisal fataa man yaquula kaana abii, wa laakinnal fataa ma yaquula haa anadza yang berarti bahwa pemuda sejati itu yang mampu mengatakan inilah aku, bukan inilah bapakku (Tasmara, 2002:40).[5]
 Terkandung hikmah bahwa seorang pribadi pekerja muslim, sudah seharusnya mengembangkan potensi diri tanpa harus tergantung pada orang tuanya. Hasil pengembangan pribadi ini dapat terlihat dalam sikap, pola kerja, karya, dan kinerja yang mereka hasilkan.
Apabila sikap dan pola kerja prestatif sudah membudaya dan sudah menjadi etos kerja pribadi muslim, sudah selayaknya mereka akan menjadi contoh dalam menikmati kepuasan kerja, pekerjaan dan kinerja terbaiknya sebagaimana Rasulullah, yang selalu menjaga kualitas dalam ibadah dan urusan duniawi. Dengan memenuhi syarat dalam bekerja, segala bentuk aktivitas manusia baik itu amal sholeh atau ibadah harus memenuhi syarat yang diantaranya adalah keikhlasan, cinta, istiqomah, bersedia berkorban, dan membelanjakan harta di jalan yang benar. Semua itu dapat tergambarkan dalam aktivitas manusia yang dilandasi dengan etos kerja islami (Luth, 2001:21-22).[6]

3. Terbentuknya Etos kerja Islami
Salah satu karateristik yang melekat pada etos kerja manusia, ia merupakan pancaran dari sikap hidup mendasar pemiliknya terhadap kerja.
Menurut Sardar dalam Asifudin (2004:29) bahwa nilai-nilai adalah serupa dengan konsep dan cita-cita yang menggerakan perilaku individu dan masyarakat. Mitsou dalam Asifudin (2004:30) menerangkan bahwa dorongan kebutuhan dan aktualisasi diri, nilai-nilai yang dianut, keyakinan atau ajaran agama tertentu dapat pula menjadi sesuatu yang berperan dalam proses terbentuknya sikap hidup mendasar.
Penjelasan di atas memberikan pemahaman kita bahwa latar belakang keyakinan dan motivasi berlainan, maka cara terbentunya etos kerja yang bersaungkut paut dengan agama (non agama) dengan sendirinya mengandung perbedaan dengan cara terbentuknya etos kerja yang berbasis ajaran agama, dalam hal ini etos kerja islami.

4. Paradigma terbentuknya etos kerja islami
Etos kerja islami terpancar dari sistem keimanan/aqidah islam berkenaan dengan kerja. Aqidah ini terbentuk dari ajaran wahyu dan akal yang bekerja sama secara proporsional menurut fungsi masing-masing.

5. Karateristik Etos kerja Islami
Menurut Asifudin (2004:101),[7] karakteristik etos kerja islami digali dan dirumuskan berdasarkan konsep iman dan amal shaleh dengan memberikan prioritas penekanan pada etos kerja islami beserta prinsip-prinsip dasarnya sebagai fokus. Karena etos kerja apapun menurut Qurany tidak dapat menjadi islami bila tidak dilandaskan pada konsep iman dan amala shaleh. Lanjut Asifudin (2004:104) bahwa dari konsep iman, ilmu dan amal, dapat digali dan dirumuskan karakteristik-karakteristik etos kerja islami:
(a). Kerja merupakan penjabaran Aqidah
Manusia adalah makhluk yang dikendalikan oleh sesuatu yang bersifat batin dalam dirinya, bukan oleh fisik yang tampak. Ia terpengaruh dan diarahkan oleh keyakinan yang mengikatnya. Keyakinan tersebut bila telah tertanam mantap dalam hati, akan berusaha menyembul bersama kehendak pemiliknya. Faktor agama memang tidak menjadi syarat timbulnya etos kerja tinggi seseorang. Hal itu terbukti dengan banyaknya orang yang tidak beragama mempunyai etos kerja yang baik.  Tetapi berdasarkan teori tersebut di atas, orang itu pasti memiliki keyakinan, pandangan atau sikap hidup tertentu menjadi pemancar bagi etos kerja yang baik tersebut. Jadi ajaran agama merupakan salah satu faktor yang menjadi sebab timbulnya keyakinan, pandangan, sikap hidup mendasar yang menyebabkan etos kerja tinggi manusia terwujud. Lanjut Saifudin (2004:224) ciri-ciri orang yang mengganggap bahwa kerja merupakan penjabaran dari aqidah adalah;
1.      Dapat menerima kenyataan berkenaan dengan diri sendiri, orang lain, dan alam
2.      Berperilaku wajar tidak dibuat-buat
3.      Berpendirian teguh dan tidak mudah terpengaruh
4.      Konsentrasi perbuatan tidak pada ego, melainkan pada kewajiban dan rasa tanggung jawab
5   Memiliki kesegaran apresiasi terhadap alam dan kehidupan
6  Mempunyai kehidupan motivasi yang terutama digerakan oleh motivasi ibadah dan hasrat memperoleh kehidupan surgawi di akhirat kelak.
(b). Kerja Dilandasi Ilmu
 Ciri-ciri orang yang mengganggap bahwa kerja dilandasi ilmu
 adalah(Asifudin:225):
1.      Pernah atau sering mengalami pengalaman puncak
2.      Mampu membedakan antara tujuan benar dan salah, baik dan buruk
3.      Menyukai efisiensi dan efektivitas kerja
4.      Mempunyai disiplin pribadi
(c). Kerja dengan Meneladani Sifat-sifat Ilahi serta Mengikuti PetunjukpetunjukNya
Ciri-ciri orang yang mengganggap bahwa kerja dengan meneladani sifat-sifat Ilahiah serta mengikuti petunjuk-petunjukNya adalah (Asifudin:226) :[8]
1.      Memiliki jiwa sosial dan sifat demokratis
2.      Mengembangkan kreativitas
3.      Percaya pada potensi insani karunia Tuhan untuk melaksanakan tugasnya: bertawakkal kepada Allah SWT
4.      Mengembangkan sikap hidup kritis konstruktif

6. Kinerja
a. Konsep Kinerja
Prawirosentono (1999:2)[9] menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kinerja (performance) adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
Sedangkan A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2005:67) mengatakan bahwa kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Mengkunegara (2005:9) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Dari beberapa definisi di atas, maka kinerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai per satuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuia dengan tanggung jawab yang diberikan dan sesui dengan standar kerja yang ada. Jadi kinerja dalam konsep ini adalah kuantitas dan kualitas pekerjaan yang diselesaikan karyawan.

b. Pengukuran Kinerja
Prawirosentono (1999:193) berpendapat sebagai berikut : ”Kinerja setiap unit kerja harus diukur dengan metode statistik, khususnya tentang mutu suatu produksi. Para manajer harus menerima tanggung jawab atas kinerja bawahannya. Bila bawahan berkinerja buruk, jangan sekedar menyalahkan bawahan saja. Oleh karena itu manajer harus memonitor setiap bawahannya berdasarkan kendali secara statistik.”
Ruky (2004:158)[10] berpendapat bahwa : ”Pengukuran kinerja dilakukan pada akhir kurun waktu (periode) yang ditetapkan, yakni pada saat melakukan penilaian yang merupakan perbandingan antara hasil sebenarnya diperoleh dengan yang direncanakan. Sasaran tersebut harus diteliti satu persatu, mana yang telah dicapai sepenuhnya, mana yang di atas standar (target), dan mana yang di bawah target”.          
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada ukuran tunggal yang dapat mencakup semua aspek kinerja, yang diperlukan adalah seperangkat ukuran yang sesuai dengan aktivitas obyektif yang akan diukur.

7. Hubungan Etos Kerja Islami terhadap Kinerja
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan. Sebagian besar faktor yang mendorong atau memotivasi kerja karyawan tersebut diukur dengan materi yang berupa upah dan gaji serta kompensasi lainnya, sehingga hal tersebut mendorong seseorang untuk menghalalkan segala cara termasuk korupsi yang banyak terjadi dewasa ini. Selain itu, faktor yang masih sedikit terangkat dan diperhatikan oleh manajer atau atasan adalah etos kerja islami.
Motivasi etos kerja islami bagi karyawan sangat diperlukan karena memiliki pengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja karyawan. Dengan demikian, motivasi etos kerja islami perlu ditanamkan khusus kepada setiap karyawan karena motivasi bekerja bukan hanya karena faktor materi tetapi karena adanya dorongan spritual atau bekerja untuk beribadah. Sehingga dapat bekerja dengan sungguh-sungguh, displin dan bertanggung jawab.
Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran:
وقل اعملوا فسيرى الله عملكم ورسوله والمؤمنون .......
"Katakanlah: bekerjalah kamu, niscaya Allah melihat pekerjaanmu serta RasulNya dan orang-orang beriman..." QS At-Taubah 105).[11]
Menurut Ali (1989:515), dinyatakan bahwa nilai kerja di dalam etos kerja islami didapatkan dari maksud yang mengiringinya pada hasil dari kerja itu. Dalam hal ini penekanan terdapat dalam keadilan dan kedermawanan di dalam tempat kerja yang merupakan suatu kondisi yang penting untuk kesejahteraan karyawan dengan gaji yang layak diterimanya.
Dengan etos kerja islami maka semangat kerja karyawan akan terdorong, sehingg hal ini akan dapat membawa perusahaan pada tercapainya tujuan dan kemajuan secara optimal. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh perusahaan pada saat ini adalah masalah sumber daya manusia. Sehingga perusahaan dituntut untuk memiliki karyawan yang tidak hanya berorentasi pada materi tetapi juga berorentasi pada akhirat.
Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk menanamkan etos kerja islami kepada seluruh karyawan, sehingga pekerjaan dianggap sebagai kewajiban yang harus dipenuhi. Selain itu aktif bekerja merupakan perintah agama, etos yang dominan dalam Islam ialah menggarap kehidupan ini secara giat, dengan mengarahkannya kepada yang lebih baik (islah). Dengan prinsip ini dapat meningkatkan profesionalisme karyawan. Profesionalisme yang tinggi dapat meningkatkan kinerja karyawan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

KESIMPULAN

Etos kerja islami itu sendiri berasal dari Al-Qur'an dan Hadits Nabi Muhammad SAW, yang mengajarkan bahwa dengan bekerja keras yang disebabkan karena telah berbuat dosa akan diampuni oleh Allah SWT dan tidak ada makanan yang lebih baik dibandingkan apa yang dimakan dari hasil jerih payahnya atau kerja kerasnya.
 Etos kerja islami adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh aset, pikiran, dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (khairul ummah) atau dengan kata lain dapat juga kita katakan bahwa hanya dengan bekerja manusia itu memanuisakan dirinya.
Dengan etos kerja islami maka semangat kerja karyawan akan terdorong, sehingg hal ini akan dapat membawa perusahaan pada tercapainya tujuan dan kemajuan secara optimal. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh perusahaan pada saat ini adalah masalah sumber daya manusia. Sehingga perusahaan dituntut untuk memiliki karyawan yang tidak hanya berorentasi pada materi tetapi juga berorentasi pada akhirat.
Motivasi etos kerja islami bagi karyawan sangat diperlukan karena memiliki pengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja karyawan. Dengan demikian, motivasi etos kerja islami perlu ditanamkan khusus kepada setiap karyawan karena motivasi bekerja bukan hanya karena faktor materi tetapi karena adanya dorongan spritual atau bekerja untuk beribadah. Sehingga dapat bekerja dengan sungguh-sungguh, displin dan bertanggung jawab.









DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Ary G., 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun islam. Jakarta : Penerbit Arga.
Ahmad, Mustaq. 2001. Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar.
Al-Qur’an. Departemen Agama RI,Al-Quran dan Terjemahanya. Bandung : Syaamil.
Asifudin, Ahmad. 2006. Etos Kerja Islami. Yogyakarta : UII Press.
Luth, Thohir. 2001. Antara Perut dan Etos Kerja Dalam Presfektif Islam. Jakarta : Gema Insan Press.
Mangkunegara, Anwar Prabowo. Perencanaan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia. PT. Refika Aditama, Bandung.
Ruky, Ahmad, S. 2004. Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta : Gramedia
Tasmara, Toto. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta : Gema Insan
Press.








[1] Tasmara, Toto. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta : Gema Insan Press.

[2] Asifudin, Ahmad. 2006. Etos Kerja Islami. Yogyakarta : UII Press.

[3] Ahmad, Mustaq. 2001. Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar.

[4] Al-Qur’an. Departemen Agama RI,Al-Quran dan Terjemahanya. Bandung : Syaamil

[5] Tasmara, Toto. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta : Gema Insan Press.
[6] Luth, Thohir. 2001. Antara Perut dan Etos Kerja Dalam Presfektif Islam.

[7] Asifudin, Ahmad. 2006. Etos Kerja Islami. Yogyakarta : UII Press.
[8] Asifudin, Ahmad. 2006. Etos Kerja Islami. Yogyakarta : UII Press.
[9] Prawirosentono, Suyadi. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia.Yogyakarta : BPFE niversitas Gajah Mada.
[10] Ruky, Ahmad, S. 2004. Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta : Gramedia

[11] Al-Qur’an. Departemen Agama RI,Al-Quran dan Terjemahanya. Bandung : Syaamil

2 komentar:

  1. Pak, maaf ada kontak yang bisa dihubungi?
    Saya sedang skripsi dan dosen saya mengharuskan menggunakam referensi Asifudin, Ahmad. 2006. Etos Kerja Islami. Yogyakarta : UII Press. Bukunya bisa dipinjam/beli dimana ya pak? Mohon bantuannya. Terima kasih

    BalasHapus
  2. Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.

    Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    BalasHapus