Senin, 09 November 2015

Evaluasi dan Supervisi Visi dan Misi Sekolah

BAB I
PENDAHULUAN
Oleh: Sumanto
A.      Latar Belakang
Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pngejaran karena kedua hal ini mempunyai keterkaitan dan hubungan yang sangat erat. Maherens dan Lehman mengutip sebuah ungkapan yang berbunyi to teach without testing is unthinkable (mengajar tanpa melakukan tes tidak masuk akal).[1]
Demikian pula, Pamel mengemukakan bahwa pengukuran adalah langkah awal pengajaran. Tanpa pengukuran tidak akan diperoleh pengetahuan yang baik tentang hasil, tidak dapat terjadi perbaikan yang sistematis dalam belajar.[2]
Kutipan diatas makin jelas menunjukkan kepada kita bahwa evaluasi merupakan suatu komponen yang sangat erat dengan komponen lain-lain dalam pengajaran. Dapat dikatakan bahwa evaluasi dan pengajaran itu saling membantu. Evaluasi haruslah membantu pengajaran dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah di tetapkan.
Kegiatan supervisi pendidikan sangat diperlukan oleh guru, karena bagi guru yang bekerja setiap hari di sekolah tidak ada pihak lain yang lebih dekat dan mengetahui dari dalam segala kegiatannya, kecuali Kepala Sekolah. Guru merupakan salah satu faktor penentu rendahnya mutu hasil pendidikan.
Dalam rangka pelaksanaan program supervisi pendidikan maka harus mencakup semua komponen yang terkait dan mempengaruhi terhadap keberhasilan program supervisi pendidikan. Keberhasilan tersebut dilihat dari komponen perencanaan, implementasi dan dampak dari program supervisipendidikan.
Kepala Sekolah dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai supervisor
Secara efektif, maka Kepala Sekolah memiliki kompetensi yaitu kemanusiaan, manajerial, dan.  teknis. Kesemuanya  merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Dewasa ini pendidikan untuk semua (education for all) akan menjadi dambaan setiap orang. Pendidikan seutuhnya (holisticeducation) akan banyak dibicarakan. Manusia akan sadar bahwa hidup ini membutuhkan belajar,untuk memperoleh pengalaman berarti menemukan kemanusiannya manusia. Orang yang belajar memerlukan bantuan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran mendambakan orang yang mampu mendapat bantuan (assisting), mendapat support (supporting) dandiajak untuk tukar menukar (informasi).
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasionalyangmerumuskan tujuan  pendidikan  yang ingin  dicapai yaitu mengembangkan kemampuan  dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlamulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta tanggung jawab.
Untuk mencapai tujuan nasional tersebut perlu adanya peningkatan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar guru mempunyai perananyangsangatpenting karena gurulah yang berfungsisecaralangsung dalam proses belajar mengajar.
Kepala sekolah menduduki posisi yang strategis didalam pencapaian  keberhasilan suatu sekolah dan berperan sebagai pemimpin pendidikan, administrator dan supervisor. Kepala Sekolah sebagai pemimpin karena mempunyai tugas untuk memimpin staf (guru-guru, pegawai dan pesuruh) untuk membina kerjasama yang harmonis antara anggota staf sehingga dapat membangkitkan semangat, serta motivasi kerja sebagai staf yang dipimpin serta meningkatkan suasana yang kondusif.
Kepala sekolah sebagai supervisor pendidikan mempunyai kewajiban membimbing dan membina guru atau staf lainnya. Pembinaan dan bimbingan guru akan berpengaruh besar terhadap kelangsungan dan kelancaran proses belajar mengajar.
Tugas kepala sekolah sebagai supervisor tersebut adalah memberi bimbingan, bantuan dan pengawasan dan penilaian pada masalah-maslah yang berhubungan dengan tehnis penyelenggara dan pengembangan pendidikan, pengajaran yang berupa perbaikan program pengajaran dan kegiatan-kegiatan pendidikan pengajaran untuk dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
Melihat hal tersebut diatas maka penulis mencoba untuk menulis sebuah makalah yang berjudul “Evaluasi, Supervisi, Visi, Dan Misi Sekolah” yang dimaksudakan disini adalah evaluasi pendidikan.










BAB II
PEMBAHASAN
B.       Evaluasi dan Supervisi Visi dan Misi Sekolah
Jika diperhatikan kebijakan tentang pendidikan, sebenarnya telah ada upaya-upaya pemerintah dalam mengatasi masalah pendidikan dasar. Contoh adanya upaya pemerintah dengan melahirkan berbagai kebijakan dan program-program yang dapat mengatasi masalah-masalah pendidikan, seperti masalah mutu, pemerataan, relevansi efektifitas, dan efisiensi pendidikan. Akan tetapi banyak hal yang menjadi penghambat bagi upaya yang dilakukan tersebut, diantaranya dari berbagai kebijakan yang dilahirkan oleh pihak pemerintah. Diantaranya dari berbagai upaya dan kebijakan yang dilahirkan oleh pihak pemerintah yang kadang-kadang kurang menyentuh didalam implementasinya. Secara kontekstual. Kebijakan dan program yang dimunculkan sudah maksimal, namun tidak membumi dalam praktiknya, sehingga hal ini tidak banyak memberi pengaruh dalam mengatasi berbagai masalah dalam pendidikan.[3]
Harian “Pikiran Rakyat” mengemukakan bahwa ditingkat dunia, Indonesia termasuk negara penghutang (debitor) nomor 6, negara terkorup no 3, peringkat SDM ke-112 dari 127 negara, dengan penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan mencapai 30%, dan pengangguran  terbuka mencapai 12 juta.[4] Akar masalah tersebut adalah faktor politik dan keamanan yang tidak mendukung, penegakan hukum yang tidak konsisten, iklim investasi yang kurang kondusif, serta birokrasi pemerintahan yang berbelit-belit, disamping semerawutnya sistem pendidikan nasional, sebagai lembaga yang bertugas menyiapkan SDM. Inilah tantangan bangsa Indonesia dalam memasuki millenium goals, era global, dan era informasi. Ini merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak dapat kita pisahkan dalam kehidupan sehari-hari dana kan berdampak pula terhadap kebijakan dalam dunia pendidikan Indonesia.
1.      Evaluasi Kebijakan Pendidikan
Seperti telah dikemukakan dalam pembicaran diatas, evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk mengukur dan selanjutnya menilai sampai dimanakah tujuan yang dirumuskan dicapai. Apabila tujuan yang telah dirumuskan itu direncanakan untuk dicapai secara bertahap, maka dengan evaluasi yang berkepanjangan akan dapat dipantau tahapan manakan yang sudah dapat diselesaikan, tahapan manakah yang berjalan dengan mulus, dan manapula tahapan yang mengalami kendala dalam pelaksanaanya. Alhasil dengan evluasi terbuka kemungkinan bagi evaluator untuk mengukur sebab seberapa jauh atau seberapa besar kemajuan atau perkembangan program yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan yang telah dirumuskan.[5]
Eliot W. Eisener mengatakan  A fifth function of evaluation and the most traditionally employed in the curriculum theory, is a means for determining wheter education objectives have been attained. (sebuah fungsi kelima dari evaluasi dan fungsi yang digunakan secara paling tradisional dalam teori kurikulum adalah sebagai sebuah cara untuk menentukan apakah tujuan pendidikan telah tercapai.
Masalah yang sangat serius dalam bidang pendidikan di negara kita adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Berbagai kalangan masyarakat, termasuk ahli pendidikan, berpendapat bahwa masalah mutu pendidikan sebuah proses pendidikan sebagai salah satu faktor yang dapat menghambat penyediaan sumber daya manusia sebagai modal utama pembangunan bangsa dalam berbagai bidang.[6] Mutu pendidikan negara kita berada di bawah Vietnam dan kualitas pendidikan negara Malaysia lebih jauh meninggalkan negara kita, padahal sebelumnya Malaysia belajar dari bangsa kita, Indonesia.
Mutu pendidikan, khususnya pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, masih rendah. Sebuah informasi data bahwa indikator mutu pendidikan tidak ditujukan untuk perubahan yang berarti. Indikator nilai rata-rata Ujian Nasional (UN), misalnya pada dua dekade terakhir menunjukkan angka konstan antara 4-5 untuk mata pelajaran MIPA, sedangkan untuk mata pelajaran lainya tidak lebih dari angka 6. Indikator mutu pendidikan lainya seperti ketrampilan, disiplin, dan akhlak siswa tidak menunjukkan kecenderungan membaik, bahkan yang terjadi sebaliknya. Oleh karena itu upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan perlu dilakukan melalui peningkatan efektiitas sekolah, peningkatan kuaitas supervisi para pengawas, peningkaran peran komite sekolah, kualitas guru sebagai tenaga profesional yang kompeten, perbaikan kegiatan proses belajar mengajar, pengadaan buku, dana dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, serta peningkatan kualitas kepemimpinan, kinerja, dan manajemen.[7]
2.         Output Evaluasi Sekolah
Setidak-tidaknya ada kemungkinan hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi yaitu:
a.         Hasil evaluasi itu ternyata menggembirakan sehingga dapat memberikan rasa lega bagi evaluator, sebab tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai sesuai dengan apa yang drencanakan.
b.        Hasil evaluasi itu ternyata tidak menggembirakan atau bahkan mengkhawatirkan dengan alasan bahwa berdasar hasil evaluasi ternyata dijumpai adanya penyimpangan-penyimpangan, hambatan atau kendala sehingga mengharuskan evaluator untuk bersikap waspada. Ia perlu memikirkan dan melakukan engkajian ulang terhadap rencana yang telah disusun atau mengubah dan memperbaiki cara pelaksanaanya.[8]
Menurut Suke Selverius, hasil dapat menunjukkan tepat tidaknya metode mengajar yang diperlukan oleh guru dalam menyajikan suatu materi tertentu.
Apabila hasil evaluasi mengecewakan, terdapat kemungkinan bahwa metode pengajaran yang diterapkan untuk penyajian suatu materi tidak atau belum selesai. Guru berkewajiban untuk mencari metode lain yang lebih cocok untuk mengajarkan materi pegejaran tertentu.[9] Sudah barang tentu perubahan-perubahan itu membawa konsekuensi berupa perencanaan ulang atau perencanaan baru. Dengan demikian dapat diaktakan bahwa evaluasi itu memliki fungsi menunjang penyusunan rencana.
3.         Evaluasi Sebagai Tindakan Penyempurnaan
Apabila berdasarkan evaluasi itu diperkirakan baha tujuan tidak akan dapat dicapai sesuai dengan rencana, maka evaluator akan berusaha untuk mencuri dan menemukan faktor-faktor penyebabnya, serta mencari dan menemukan jalan keluar atau cara-cara penyelesaianya. Bukan tidak mungkin bahwa atas dasar data hasil evaluasi itu evaluator perlu mengadakan perubahan-perubahan, penyempurnaan-peneyempurnaan dan perbaikan-perbaikan.baik perbaikan dalam lingkup lingkungan sekolah, tata kerja dan bahkan mungkin juga perbaikan terhadap tujuan organisasi itu sendiri. Jadi kegiatan evaluasi pada dasarnya juga dimaksudkan untuk melakukan perbaikan atau penyempurnaan usaha. Perbaikan usaha tanpa didahului oleh kegiatan evaluasi adalah tidak mungkin. Sebab untuk melaksanakan perbaikan terlebih dahulu harus diketahui apa yang harus diperbaiki, dan mengapa hal itu tidak diperbaiki. Kegiatan evaluasi yang tidak menghasilkan titik tolak untuk perbaikan adalah hampa dan tidak ada artinya sama sekali.[10]
Secara khusus fungsi evaluasi dalam dunia pendidikan dapat ditilik dari tiga segi. Yaitu segi psikologis, segi didaktik, dan segi administrasi.[11] Secara psikologis, kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan disekolah dapat disoroti dari peserta didik dan pendidik. Bagi peserta didik, evaluasi pendidikan secara psikologis akan memberikan pedoman atau pegangan batin kepada mereka untuk mengenal kapasitas dan status dirinya masing-masing ditengah-tengah kelompok atau kelasnya. Dengan dilakukanya evaluasi terhadap hasil belajar siswa misalnya, maka ara siswa akan mengatahui apakah dirinya termasuk siswa yang berkemampuan tinggi, berkemampuan rata-rata, ataukah berkemampuan rendah.[12]
Bagi pendidik, evaluasi pendidikan akan memberikan kepastian atau ketetapan hati kepada diri pendidik tersebut, sudah sejauh manakah kiranya usaha yang telah dilakukanya selama ini telah membawa hasil, sehingga ia secara psikologis memliki pedoman atau pegangan batin yag pasti guna menentukan langkah-langkah apa saja yang dipandang perlu untuk dilakukan selanjutnya.[13]
Secara didaktik, maka kegiatan evaluasi pendidikan akan memberikan dorongan kepada mereka untuk memperbaiki, meningkatkan, dan memperhatikan potensinya. Evaluasi hasil belajar itu misalnya, akan menghasilkan nilai-nilai hasil belajar untuk masing-masing individu siswa. Ada siswa yang nilainya jelek (prestasinya rendah), karena itulah siswa siswi tersebut terdorong untuk memperbaikinya.[14]
Meskipun demikian, hasil serupa dapat menimbulkan akibat motivasi belajarnya menurun atau bahkan hilang sama sekali. Ada siswa yang nilaina tidak jelek, karena itu siswa-siswi tersebut terdorong untuk memperbaikinya, agar untuk waktu yang akan datang nilai hasil belajarnya tidak sejelek sekarang.[15] Meskipun demikian, hasil serupa dapat mempunyai akibat motivasi belajarna menurun atau bahkan hilang sama sekali.[16]
Secara khusus, fungsi evaluasi dalam dunia pendidikan dapat ditilik dari tiga segi yaitu segi psikologis, segi didaktik, dan segi administrasi.[17]
Secara psikologis, kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan di sekolah dapat disoroti yaitu dari peserta didik dan dari segi si pendidik. Selain fungsi-fungsi evaluasi tersebut diatas, dapat pula fungsi evaluasi dilihat dari segi kepentingan dengan evaluasi yang dilakukan oleh Chabib Thaha yang berpendapat bahwa fungsi evaluasi pendidikan bila dilihat dari segi kepentingan masing-masing pihak dapat disimpulkan sebagaia berikut:
a.         Mengetahui kemajuan peserta didik.
b.        Mengetahui kedudukan masing-masing individu peserta didik.
c.         Mengetahui kelemahan-kelemahan dalam cara belajar mengajar.
d.        Memperbaiki proses belajar mengajar dan menentukan kelulusan peserta didik.
e.         Mengetahui kemampuan dan hasil belajar.
f.         Memperbaiki cara belajar siswa
g.        Menumbuhkan motivasi dalam belajar.
h.        Mengukur hasil belajar anaknya.
i.          Mengetahui kemajuan dan kemunduran sekolah.
j.          Membuat keputusan kepada peserta didik.
k.        Mengadakan perbaikan kurikulum.[18]
Fungsi evaluasi pendidikan bagi orang tua peserta didik adalah untuk hal-hal sebagai berikut:
a.         Mengetahui hasil belajar anaknya.
b.        Mengingkatkan pengawasan dan bimbingan serta bantuan kepada anaknya dalam usaha belajar.
c.         Mengarahkan pemilihan jurusan atau jenis sekolah pendidikan lanjutan bagi anaknya.[19]


4.         Supervisi Pendidikan Sekolah
a.         Latar Belakang Munculnya Supervisi Pendidikan
Usaha untuk meningkatkan atau memperbaiki mutu pada setiap jenjang pendidikan dalam suatu sistem pendidikan nasional merupakan sebuah keniscayaan. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang psikologi, telah memberikan isyarat bagi pengembangan metodologi pembelajaran yang sebagian besar guru daat mendalaminya. Pengaruh perubahan sosial dan ekonomi telah membawa perubahan dalam paradigma pembinaan. Perubahan tersebut juga telah berimplikasi pada sebuah pengertian bahwa kurikulum harus dikembangkan apabila para generasi muda akan dipersiapkan untuk menghadapi berbagai persoalan dimasa depan, sekaligus pendidikan bukan obat mujarab untuk mengobati berbagai persoalan bangsa dan negara.[20]
b.        Konsep Supervisi Pendidikan Modern
Konsep supervisi pendidikan yang modern menekankan pada pendekatan demokratis. Usaha-usaha yang ditempuh baik oleh supervisor maupun yang disupervisi terdaat kesepakatan keduanya. Proses supervisi yang menekankan  pada pendekatan otokratis tidak sesuai lagi dengan hakikat manusia yang pada hakikatnya manusia ingin dihargai. Inti supervisi adalah bagaimana guru dapat melakukan proses pembelajaran yang sebaik-baiknya sehingga peserta didik dengan mudah melakukan proses pembelajaran.[21] Douglas Membedakan konsep supervisi pendidikan menjadi tiga kelompok:
1)        Supervisi yang Demokratis
Supervisi yang baik menurut Douglas adalah supervisi yang demokratis, karena kita hidup dalam masyarakat yang demokratis. Sikap demokratis sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Untuk itulah maka proses pendidikan juga harus bersifat demokratis. Implikasi terhadap supervisi adalah pelaksanaan supervisi juga harus bersifat demokratis. Guru sebagai individu bebas berfikir untuk melatih diri untuk berinisiatif, mengembangkan kepercayaan, dan mengembangkan keikutsertaan dalam pembuatan keputusan, baik yang terkait dengan tujuan maupun kebijakan pengajaran. Demokrasi dalam dunia pendidikan dilakukan dengan cara memasukkan unsur-unsur kerjasama antara guru dengan supervisor. Mereka secara bersama-sama memecahkan masalah bersama. Supervisor yang demokratis juga menekankan pada pertumbuhan jabatan guru, disukusi dan penentuan tujuan yang bervariasi, menciptakan metode dan prosedur untuk perbaikan pembelajaran dan penegmbangan kemampuan guru dalam rangka pemantapan diri.[22]
2)        Supervisi yang Objektif dan Sistematis
Karakteristik supervisi ini terletak pada penggunaan metode yang objektif dalam melaksanakan pengukuran proses pebelajaran dan hasil-hasilnya, serta pengelompokan yang objektif disertai dengan analisis statistik. Terdapat nilai-nilai signifikan yang digunakan dalam penggunaan metode yang objektif dan sistematis mengarah pada pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis-hipotesis dan teori-teori ang baru. Sifat objektif dan sistematis juga berlaku bagi riset dan percobaan-percobaan yang perlu untuk menentukan efektivitas dan validitas metode dan prosedur, baik bagi program pembelajaran maupun bagi keperluan supervisi, terutama sekali bagi supervisi pendidikan.[23]
3)        Supervisi yang Baik adalah Supervisi yang Kreatif
Supervisi yang demokratis dan ilmiah memiliki nilai-nilai yang penting. Supervisi yang ilmiah memerlukan metode-metode yang demokratis, sedangkan supervisi yang demokratis membutuhkan metode-metode yang ilmiah guna mencapai hasil yang telah ditetapkan. Supervisi yang kreatif membutuhkan suatu situasi dimana para guru dan peserta didik dapat tumbuh kemampuanya dibawah tenaga profesional. Tujuan supervisi yang kreatif adalah mengembangkan program kerjasama yang berkenaan dengan perhatian umum, penguunaan riset ilmiah dan memersiapkan tenaga-tenaga yang menuntut problem-problem ilmiah, bebas dari pengawasan dan menstimulir melalui pengawasan dan semangat penemuan. Supervisi pendidikan memiliki program perbaikan, tidak hanya terbatas ditentukan dan sekaligus ditangani oleh atasan, tetapi usaha kerjasama dipertahankan dan dipelihara dalam rangka pengembangan riset ilmiah. Para guru diharapkan dapat secara bebas mengembangkan profesi, bakat, dan kemampuan kerjasama, dalam usaha pemecahan masalah melalui semangat penemuan. Para guru dibantu dalam mengembangkan pengetahuan perofesionalnya dan daat menghadapi perubahan yang ada dan terjadi serta yang akan terjadi dalam masyarakat.[24]
5.         Visi dan Misi Sekolah
a.         Keterkaitan Visi dan Misi Sekolah Dalam MBS (Manajemen Berbasis Sekolah)
Manajemen barbasis sekolah dimaknai sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah, memberikan fleksibilitas lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumber daya sekolah, dan mendorong sekolah untuk meningkatkan partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk mencapai tujuan sekolah dalam rangka pendidikan nasional. Esensi MBS adalah otonomi sekolah, fleksibilitas, dan partisipasi untuk sasaran mutu sekolah.[25]
Dari sudut konsep, sekolah ditempatkan sebagai pelaku utama bukan objek. Mutu sekolah sebagai produk adanya mutu manajerial, umumnya dilihat dari:
1)        Kualitas konteks lingkungan masyarakat pendukung  termasuk sosio ekonomi dan geografisnya.
2)        Kualitas input, terutama minat calon siswa dan hasil perekrutan siswa baru.
3)        Kualitas proses belajar mengajar secara menyeluruh.
4)        Kualitas lulusan.
5)        Kualitas dampak, suatu nilai tambah kerja sekolah bagi tiap-tiap lulusan sendiri bagi masyarakat.[26]
Mengacu kepada dimensi-dimensi tersebut diatas, sekolah memiliki wewenang lebih besar dalam pengelolaan lembaganya. Pengambilan keputusan akan dilakukan secara partisipatif dengan mengikutsertakan peran masyarakat sebesar-besarnya. Melalui penerapan MBS akan nampak karakteristik lainya dari profil sekolah mandiri, diantaranya sebagai berikut:
1)        Pengelolan sekolah akan lebih desentralistik
2)        Perubahan sekolah akan lebih didorong oleh motivasi internal sekolah
3)        Regulasi pendidikan akan menjadi lebih sederhana
4)        Peranan para pengawas bergeser dari mengntrol menjadi mengawasi
5)        Akan mengalami peningkatan manajemen
6)        Akan menggunakan team work
7)        Informasi menyeluruh
8)        Menggunakan pemberdayaan dan struktur organisasi akan lebih datar sehingga akan lebih sederhana dan efisien. Hal tersebut terjabar dalam gambaran sekolah yang efektif berikut ini.[27]


 











b.        Contoh Visi dan Misi Sekolah
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang apa itu visi dan misi dalam satu instansi, maka disini penulis memberikan contoh salah satu visi dan misi sebuah instansi pendidikan sebagai berikut:
Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah
1.         Visi Sekolah
Visi SMA Negeri 1 Bangli merupakan pandangan tentang keadaan masa depan yang diharapkan oleh SMA Negeri 1 Bangli, yang dirumuskan sebagai berikut:[28]
”Terwujudnya kultur sekolah sebagai wahana belajar yang kondusif untuk memberdayakan peserta didik berkembang menjadi insan yang berakhlak mulia, cerdas, kreatif, inovatif dan kompetitif dalam dunia global.”
School Vision
“ To Construct School Culture as a Condusive Learning Area to Develop Learners to Have a Good Moral, Cleverness, Creativity, Innovation and Competition in Global Word “
Berdasarkan Visi tersebut di atas SMA Negeri 1 Bangli berhasrat untuk tahun 2015 menghasilkan :
”Insan yang Unggul Bidang Prestasi Bijak dalam Masyarakat”
This vision has indicators as follows:
1.           Meningkatkan keimanan dan Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. To upgrade the faith and belief to the Almighty God
2.           Menanamkan disiplin yang tinggi yang ditunjang oleh kondisi fisik yag prima To set up High discpline supported by healthy physical condition.
3.           Menanamkan semangat nasionalisme dan patriotisme To set up the spirit of nasionalism and patriotism
4.            Mengarahkan siswa agar memiliki kepekaan sosial dan kepemimpinan. To direct students in order to have social awareness and leadership
5.           Mengembangkan wawasan IPTEK yang mendalam dan luas. To develop science and technology
6.            Menumbuhkan motivasi dan komitmen yang tinggi untuk mencapai prestasi dan keunggulan dalam setiap ajang kompetisi. To raise high motivation and commitment to get achievement and superiority in every competition event.
7.            Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, efisien dan berkesinambungan. To do effective, effisient, and countinuous learning and counseling
8.            Menerapkan managemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah. To apply participative management by involving all compenet in the school

2.         Misi Sekolah
The school’s mission
Untuk mewujudkan visi di atas, maka misi SMA Negeri 1 Bangli adalah :
To establish the above motion, that the mission of SMAN 1 Bangli are :
1.      Menumbuhkembangkan penghayatan terhadap ajaran agama, budaya, dan budi pekerti yang menjadi sumber kearifan dalam bertindak. To grow and develop the understanding of religion, culture, and good conduct that become the source of wisdom in doing something.
2.      Mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler dalam bidang kesenian, olah raga, keterampilan, organisasi, dan ilmiah To develop extracurriculer activity in art, sport, organization and academic.
3.       Melaksanakan pembelajaran, bimbingan, dan pelatihan secara efektif, efisien dan berkesinambungan sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Conduct the effective, effisient, and continuous learning, consouling and training so that students can get optimum learning in accordant with the potency of the students.
4.      Menumbuhkembangkan etos berbakti kepada seluruh warga sekolah. To set and develop the sense of respect to all school community
5.       Menciptakan kondisi pola hidup sehat melalui dari bebas rokok sampai obat terlarang lainnya. To create a healty life style through free smoking and drugs
6.       Meningkatkan pengamalan Tri Hita Karana melalui kepedulian terhadap parahyangan, pawongan dan palemahan (lingkungan hidup). To increase the application Of Tri Hita Karana ( Three things for creating hapiness ) concept through caring the temples, the people and the environment
7.       Memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan kepada seluruh siswa untuk dapat digunakan dalam kehidupan bermasyarakat. To give knowledge and skill to all students so that they can use in their social life.
8.      Membangun citra positif masyarakat terhadap sekolah melalui penerapan manajemen ISO 9001-2008. To establish the postive image of the society toward the school through ISO 9001-2008 Manajemen Aplication

3.           Tujuan Sekolah
The school Objectives :
Looking at the above vision and mision, the objctive of the school can be formulated as follows :
1.             Mampu melaksanakan Kurikulum dan Sistem pengujian Berbasis Kompetensi (KSPBK) dengan pendidikan berbasis kecakapan hidup (lifeskill) serta peningkatan pelaksanaan sekolah Rintisan SBI untuk menuju ke sekolah SBI. Being able to do Curriculum and Assesment based on Competence(CABC) and eduction based on lifeskill as well as to increse the action of Preparation of International Standardized School to be International Standardized school.
2.             Rata-rata pencapaian nilai selisih (gain score achievement) nilai ujian akhir nasional minimal : +0,5 The gain score achievement of the minimum score of final national examination : + 0.5
3.             Mampu mencapai peringkat antara 1 sampai dengan 20 secara nasional dalam olympiade Sains. Being able to get the national first rank until the twentieth in Science Olympiad
4.             Jumlah siswa yang mengikuti ekstrakurikuler KIR adalah sebanyak 5 % dari jumlah siswa secara keseluruhan. The number of students joining the Research Writing Club is 5% of the total number of the students.
5.             Jumlah siswa yang diterima pada perguruan tinggi negeri melalui SPMB dan PMDK minimal 45% dari jumlah siswa. The number of students accepted in State university through Entry Test and The Search of interest, talent and achievement.
6.             Setiap siswa minimal menguasai satu jenis kesenian daerah atau nasional. Every students have to master one of local or national art.
7.              Memiliki tim olahraga minimal dua cabang yang mampu menjadi finalis tingkat provinsi. Possesing at leat two sport team which can become the finalis in province level.
8.             70% guru MIPA mampu mengajar dengan dua bahasa (bilingual). 70% of the science teachers can teach bilingually
9.              35% guru non MIPA mampu mengajar dengan dua bahasa (bilingual) 35% of the non science teachers can teach biingually
10.          70% guru mampu mengajar berbasis ICT dan E_learning. 70% of the teachers are able to teach based on ICT and E_learning.
11.         k. 30 % guru memiliki kualifikasi pendidikan S2 30 % teachers have master qualification

6.         Tujuan dan Sasaran Supervisi
Tujuan utama supervisi adalah memperbaiki pengajaran.[29] Tujuan umum Supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru dan staf agar personil  tersebut mampu meningkatkan kwalitas kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan proses belajar mengajar.
Secara operasional dapat dikemukakan beberapa tujuan konkrit dari supervisi pendidikan yaitu:
a.         Meningkatkan mutu kinerja guru:
b.        Membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut
c.         Membantu guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya.
d.        Membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam satu tim yang efektif, bekerjasama secara akrab dan bersahabat serta saling menghargai satu dengan lainnya.
e.         Meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan prestasi belajar siswa.
f.         Meningkatkan kualitas pengajaran guru baik itu dari segi strategi, keahlian dan alat pengajaran.
g.        Menyediakan sebuah sistim yang berupa penggunaan teknologi yang dapat membantu guru dalam pengajaran.
h.        Sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan bagi kepala sekolah untuk reposisi guru.
i.          Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana dengan baik
j.          Meningkatkan keefektifan dan keefesiensian sarana dan prasarana yang ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan keberhasilan siswa
k.        Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal yang selanjutnya siswa dapat mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan.
l.          Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta situasi yang tenang dan tentram serta kondusif yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan lulusan.
Adapun sasaran utama dari pelaksanaan kegiatan supervisi tersebut adalah  peningkatan kemampuan profesional guru.[30] Sasaran Supervisi Ditinjau dari objek yang disupervisi, ada 3 macam bentuk supervisi:
a.         Supervisi Akademik
Menitikberatkan pengamatan supervisor pada masalah-masalah akademik, yaitu hal-hal yang berlangsung berada dalam lingkungan kegiatan pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses mempelajari sesuatu
b.        Supervisi Administrasi
Menitikberatkan pengamatan supervisor pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dan pelancar terlaksananya pembelajaran.
c.         Supervisi Lembaga
Menyebarkan objek pengamatan supervisor pada aspek-aspek yang berada di sekolah. Supervisi ini dimaksudkan untuk meningkatkan nama baik sekolah atau kinerja sekolah secara keseluruhan. Misalnya: Ruang UKS (Unit Kesehatan Sekolah), Perpustakaan dan lain-lain.[31]
7.         Prinsip-prinsip Supervisi
Secara sederhana prinsip-prinsip Supervisi adalah sebagai berikut :
a.         Supervisi hendaknya memberikan rasa aman kepada pihak yang disupervisi.
b.        Supervisi hendaknya bersifat Kontrukstif dan Kreatif
c.         Supervisi hendaknya realistis didasarkan pada keadaan dan kenyataan sebenarnya.
d.        Kegiatan supervisi hendaknya terlaksana dengan sederhana.
e.         Dalam pelaksanaan supervisi hendaknya terjalin hubungan profesional, bukan didasarkan atas hubungan pribadi.
f.         Supervisi hendaknya didasarkan pada kemampuan, kesanggupan, kondisi dan sikap pihak yang disupervisi.
g.        Supervisi harus menolong guru agar senantiasa tumbuh sendiri tidak tergantung pada kepala sekolah
 Prinsip-prinsip Supervisi secara khusus adalah sebagai berikut:
a.         Supervisi bersifat memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada guru dan staf sekolah lain untuk mengatasi masalah dan mengatasi kesulitan dan bukan mencari-cari kesalahan.
b.        Pemberian bantuan dan bimbingan dilakukan secara langsung, artinya bahwa pihak yang mendapat bantuan dan bimbingan tersebut tanpa dipaksa atau dibukakan hatinya dapat merasa sendiri serta sepadan dengan kemampuan untuk dapat mengatasi sendiri.
c.         Apabila supervisor merencanakan akan memberikan saran atau umpan balik, sebaiknya disampaikan sesegera mungkin agar tidak lupa. Sebaiknya supervisor memberikan kesempatan kepada pihak yang disupervisi untuk mengajukan pertanyaan atau tanggapan.
d.        Kegiatan supervisi sebaiknya dilakukan secara berkala misalnya 3 bulan sekali, bukan menurut minat dan kesempatan yang dimiliki oleh supervisor.
e.         Suasana yang terjadi selama supervisi berlangsung hendaknya mencerminkan adanya hubungan yang baik antara supervisor dan yang disupervisi tercipta suasana kemitraan yang akrab. Hal ini bertujuan agar pihak yang disupervisi tidak akan segan-segan mengemukakan pendapat tentang kesulitan yang dihadapi atau kekurangan yang dimiliki.
f.         Untuk menjaga agar apa yang dilakukan dan yang ditemukan tidak hilang atau terlupakan, sebaiknya supervisor membuat catatan singkat, berisi hal-hal penting yang diperlukan untuk membuat laporan.
Sedangkan menurut Tahalele dan Indrafachrudi prinsip-prinsip supervisi sebagai berikut;
a.         supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif
b.        supervisi harus kreatif dan konstruktif
c.         supervisi harus ”scientific” dan efektif
d.        supervisi harus dapat memberi perasaan aman pada guru-guru
e.         supervisi harus berdasarkan kenyataan
f.         supervisi harus memberi kesempatan kepada supervisor dan guru-guru untuk mengadakan “self evaluation
Karena prinsip-prinsip supervisi di atas merupakan kaidah-kaidah yang harus dipedomani atau dijadikan landasan di dalam melakukan supervisi, maka hal itu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari para supervisor, baik dalam konteks hubungan supervisor-guru, maupun di dalam proses pelaksanaan supervisi.
8.         Fungsi Supervisi
Adapun fungsi dari supervisi sekolah adalah sebagai berikut:
a.         Fungsi Meningkatkan Mutu PembelajaranRuang lingkupnya sempit, hanya tertuju pada aspek akademik, khususnya yang terjadi di ruang kelas ketika guru sedang memberikan bantuan dan arahan kepada siswa.
b.        Fungsi Memicu Unsur yang Terkait dengan PembelajaranLebih dikenal dengan nama Supervisi Administrasi
c.         Fungsi Membina dan Memimpin[32]
9.         Tipe-tipe Supervisi
Adapun tipe-tipe supervisi adalah sebagai berikut:
a.         Tipe Inspeksi
Tipe seperti ini biasanya terjadi dalam administrasi dan model kepemimpinan yang otokratis, mengutamakan pada upaya mencari kesalahan orang lain, bertindak sebagai “Inspektur” yang bertugas mengawasi pekerjaan guru. Supervisi ini dijalankan terutama untuk mengawasi, meneliti dan mencermati apakah guru dan petugas di sekolah sudah melaksanakan seluruh tugas yang diperintahkan serta ditentukan oleh atasannya.
b.        Tipe Laisses Faire
Tipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Kalau dalam supervisi inspeksi bawahan diawasi secara ketat dan harus menurut perintah atasan, pada supervisi Laisses Faire para pegawai dibiarkan saja bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk yang benar. Misalnya: guru boleh mengajar sebagaimana yang mereka inginkan baik pengembangan materi, pemilihan metode ataupun alat pelajaran.[33]
c.         Tipe Coersive
Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi. Sifatnya memaksakan kehendaknya. Apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik, meskipun tidak cocok dengan kondisi atau kemampuan pihak yang disupervisi tetap saja dipaksakan berlakunya. Guru sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bertanya mengapa harus demikian. Supervisi ini mungkin masih bisa diterapkan secara tepat untuk hal-hal yang bersifat awal. Contoh supervisi yang dilakukan kepada guru yang baru mulai mengajar. Dalam keadaan demikian, apabila supervisor tidak bertindak tegas, yang disupervisi mungkin menjadi ragu-ragu dan bahkan kehilangan arah yang pasti.[34]
d.        Tipe Training dan Guidance
Tipe ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan. Hal yang positif dari supervisi ini yaitu guru dan staf tata usaha selalu mendapatkan latihan dan bimbingan dari kepala sekolah. Sedangkan dari sisi negatifnya kurang adanya kepercayaan pada guru dan karyawan bahwa mereka mampu mengembangkan diri tanpa selalu diawasi, dilatih dan dibimbing oleh atasannya.[35]
e.         Tipe Demokratis
Selain kepemimpinan yang bersifat demokratis, tipe ini juga memerlukan kondisi dan situasi yang khusus. Tanggung jawab bukan hanya seorang pemimpin saja yang memegangnya, tetapi didistribusikan atau didelegasikan kepada para anggota atau warga sekolah sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing.[36]
10.     Jenis teknik Supevisi
Sahertian dan Mataheru menyebutkan teknik supervisi terdiri dari individual deviation (bersifat individual) dan group devices (bersifat kelompok). Teknik supervisi yang bersifat individual antara lain; kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, saling mengunjungi kelas, dan menilai diri sendiri. Sedangkan teknik yang bersifat kelompok diantara adalah;  panel of forum discussion,curriculum laboratry, directed reading, demonstration teachingprofessional libraries, supervisory bulletin, teacher meeting, professional oraganization, workshop of group work.
Evan dan Neagly menyebutkan teknik supervisi terdiri dari; individual techniques (teknik perorangan) dan group techniques (teknik kelompok). Individual techniques terdiri atas; assignment of teachers, classroom visitation and observation, classroom experimentation, colleges course, conference (individual), demonstration teaching, evaluation, proffesional reading, professional writing, supervisory bulletins, informal contacts. Sedangkan yang termasuk teknik kelompok (group techniques) diantaranya adalah; orientation of new teacher, development of professional libraries, visiting other teachers, coordinating of student teacing.
11.     Supervisi Visi dan Misi Sekolah
Visi aadalah menyangkut tentang  sesuatu yang diinginkan dari sekolah dan keinginan ini dapat bersumber dari masyarakat sebagai pengguna sekolah dan pemerintah sebagai pihak yang berkepentingan dan bertanggung jawab terhadap sekolah. Sementara misi menyangkut teang sesuatu yag dilakukan oleh sekolah untuk memeuhi keinginan pihak-pihak pengguna dan yang berkepentingan dengan sekolah. Seiring dengan itu pihak sekolah pasti punya tujuan.[37]
Dalam perspektif otonomi pendidikan, maka apakah tujuan yang esensial dari sekolah?  Setidaknya tidak jauh dari visi dan misi yang telah ditetapkan sebelumnya, sebagaimana telah penulis sajikan contohnya diatas.
Visi dan misi merupakan bagian integaral dari usaha mewujudkan tujuan pendidikan nasional sekaligus sebagai strategi peningkatan mutu. Merujuk kepada amanat undang-undang  nomor 20 tahun 2003 tetang sistem pendidikan nasional, Departemen Pendidikan Nasional  menetapkan visi pendidikan nasional sebagai berikut:
“Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif dalam menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.”[38]
Misi pendidikan nasional adalah sebagai berikut: (1) mengupayakan perluasan dan pemerataan penempatan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu  bagi seluruh rakyat Indonesia. (2) meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing di tingkat nasional (3) meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan tantang global (4) membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secaa utuh sejak dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar. (5) meningkatkan kesiapan masukan  kepribadian yang bermoral. (6) meingkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap dan nilai berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks negara kesatuan republik indonesia.[39]
Dalam rangka mewujudkan visi dan menjalankan misi pendidikan nasional, diperlukan satu acuan dasar setiap penyelenggara dan satuan pendidikan yang antara lain meiputi kriteria dan kriteria minimal berbagai aspek yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan. Dalam kaitan ini, kriteria peyelengaraan pendidikan itu adalah sebagai berikut:
1.        Pendidikan yang memliki muatan yang seimbang dan holistik
2.        Pro pembelajaran yang demokratis, mendidik, memotivasi, mendorong kreativitas, dan dialogis.
3.        Hasil pendidikan yang bermutu dan terukur
4.        Berkembangnya profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan
5.        Tersedianya saran dan prasarana belajar yang meungkinkan berkembangnya potensi peserta didik secara optimal
6.        Berkembangnya pengelolaan pendidikan yang memberayakan satuan pendidikan
7.        Terlaksananya evaluasi, alridetasi dan sertifikasi yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan.[40]

Acuan dasar tersebut diatas merupakan standar nasional pendidikan yang dimaksudkan untuk mengacu pengelola, penyelenggara dan satuan pendidikan agar dapat meningkatkan kinerjanya dalam memberikan layanan pendidikan yang bermutu. Selain itu standar nasional pendidikan juga dimaksudkan sebagai perangkat untuk menorong terwujudnya transparansi dan akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan sistem pendidikan nasional.[41]
a.          Definisi Visi dan Misi Sekolah
Secara harfiah visi dapat diartikan apa yang diinginkan, sedangkan misi adalah apa yang kita lakukan. Visi adalah tujuan dari didirikanya sekolah tersebut.  Visi harus singkat, mudah diingat. Misi adalah pernyataan yang berhubungan dengan visi. Apabila visi menyatakan dasar tujuan dari sekolah maka misi adalah operasionalisasi dari visi, yang meliputi asek jangka panjang, penjabaran dari misi tersebut harus dibuat sedemikian rupa sehingga jelas dan berbeda dari yang lain. Pernyataan misi tersebut saat ini menjadi ujung tombak dibidang pendidikan.[42]
Hal yang penting diperhatikan penjabran misi harus didukung dengan misi harus didukung dengan strategi kualitas jangka panjang yang baik dan tujuan dari institusi tersebut harus dapat disampaikan dengan jelas.[43] Misi yang telah dijabarkan akan menjadi dasar rujukan dalam menyusun dan mengambangkan rencana program kegiatan yang memiliki indikator SMART (spesifik, measurabel, achievable, realistic, time bound). Misi harus dapat direalisasikan melalui kebijakan, rencana, program, dan kegiatan sekolah yang disusun secara cermat, futuristik, dan berbasis demam-driven.[44]
b.        Keharusan Keberadaan Visi dan Misi
Tujuan yang mendasar yang membedakan satu lembaga dengan lembaga sekolah lainya yang sejenis dan menjelaskan cakupan operasinya dalam bentuk output didefinisikan dan dijabarkan dalam misi sekolah. Misi sekolah adalah pernyataan atau rumusan umum yang luas dan bersifat tahan lama dimana merupakan maksud dari sekolah. Karena dia juga mengandung filosofi pendidikan daripada pengambilan keputusan strategis sekolah, menyiratkan citra yang ingin disampaikan oleh sekolah, yang mencerminkan konsep diri sekolah,  utamanya pelanggan yang akan dipenuhi sekolah. Dengan adanya visi dan misi sekolah tercapai pula pemberdayaan sarana dan prasarana.[45]
c.         Mekanisme Penyusunan Visi dan Misi Sekolah
Tujuan sekolah adalah segala sesuatu yang harus dicapai organisasi dalam melaksanakan misinya. Visi memuat statmen umum yang ideal dari satu sekolah. Berikut ini kita akan melihat beberapa rancangan syarat visi dan misi sekolah yang baik.
1)        Mudah diingat
2)        Mudah untuk dikomunikasikan
3)        Latar belakang usaha sekolah harus jelas
4)        Komitmen keberhasilan dan kualitas sekolah harus diungkap dengan jelas
5)        Pernyataan tujuan jangka panjang dari sekolah harus ada
6)        Fokus pada pelanggan dan fleksibel[46]


















BAB III
PENUTUP
C.      KESIMPULAN
Dari uraian makalah diatas, maka dapatlah disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1.         Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pngejaran karena kedua hal ini mempunyai keterkaitan dan hubungan yang sangat erat.Maherens dan Lehman mengutip sebuah ungkapan yang berbunyi to teach without testing is unthinkable (mengajar tanpa melakukan tes tidak masuk akal)
2.         Supervisi pendidikan diarahkan sebagai usaha untuk meningkatkan atau memperbaiki mutu pada setiap jenjang pendidikan dalam suatu sistem pendidikan nasional merupakan sebuah keniscayaan. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang psikologi, telah memberikan isyarat bagi pengembangan metodologi pembelajaran yang sebagian besar guru daat mendalaminya.
3.         Visi aadalah menyangkut tentang  sesuatu yang diinginkan dari sekolah dan keinginan ini dapat bersumber dari masyarakat sebagai pengguna sekolah dan pemerintah sebagai pihak yang berkepentingan dan bertanggung jawab terhadap sekolah.
4.         Misi adalah pernyataan yang berhubungan dengan visi. Apabila visi menyatakan dasar tujuan dari sekolah maka misi adalah operasionalisasi dari visi, yang meliputi asek jangka panjang, penjabaran dari misi tersebut harus dibuat sedemikian rupa sehingga jelas dan berbeda dari yang lain.



DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk Pelaksanaan Supervisi Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2008)

Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Buku 1. 2006)

Depdiknas, Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (Jakarta: tp., 2009)

Dersal William, Prinsip dan Teknik Supervisi Dalam Pemerintahan dan Perusahaan (Jakarta: Bhatara Karya Akasara, 2008)

Diat Prasojo, Lantip dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan (Yogyakarta: Gava Media, 2011)

Djam’an. Analisis Kebijaksanaan Dalam Konteks Desentralisasi Dan Otonomi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2009)

Douglas, Har. L., Democratic Supervision Secondary Schools (Cambridge: The Riverside Press, 2007)

Elliot W. Eisner, The Education Imagination (New York: Cooler Mc Milan Publisher, 2009)

Harian Pikiran Rakyat (edisi 26 Juni 2006)

Hikmat, Manajemen Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2009)

http://www.smanichibangli.sch.id/visi-a-misi-sekolah.html
James Marks, Hand Book Educational Supervition (Boston: Alin and Bacon Inc, 2005)

Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009)

Purwanto, M. Ngalim, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran cet ke X (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006)

Salim, Edward, Total Quality Management in Education (London: Kogan Page Limited, 1993)

Sudiyono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007)

Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik (Jakarta: Grasindo, 2005)

Suparman, Manajemen Pendidikan Masa Depan (Artikel, Jakarta; Dikti Depdiknas, 2005)

Thaha, M. Chabib, Teknik Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Grafindo, 2008)




ENDEKATAN SUPERVISI DALAM PEMBUATAN VISI DAN MISI
Oleh : Anang Nazaruddin, S.Pd.I.
Widyaiswara Pertama

Description: foto anang 2

ABSTRAK
Visi merupakan menyangkut tentang sesuatu yang diinginkan dari sekolah dan keinginan ini dapat bersumber dari masyarakat sebagai pengguna sekolah dan pemerintah sebagai pihak yang berkepentingan dan bertanggung jawab terhadap sekolah.
Misi adalah pernyataan yang berhubungan dengan visi. Apabila visi menyatakan dasar tujuan dari sekolah maka misi adalah operasionalisasi dari visi, yang meliputi asek jangka panjang, penjabaran dari misi tersebut harus dibuat sedemikian rupa sehingga jelas dan berbeda dari yang lain. Dalam perumusan visi dan misi bukanlah hal yang mudah, biasanya suatua sekolah hanya mampu membuat visi dan misi yang merupakan warisan dari pendahulu, dalam perkembangan dunia pendidikan sekarang pendekatan supervisi ketika merumuskan visi dan misi sangat jarang digunakan, oleh karena itu penulis mencoba untuk menganalisa bagaimana seharusnya penggunaan supervisi ketika sebuah sekolah mau merumuskan visi dan misinya

Kata Kunci : Visi dan Misi, Supervisi.


A.   Pendahuluan
Saat ini lingkungan pendidikan yang sangat kompetitif akan memiliki dampak seperti tuntutan untuk selalu membangun keunggulan kompetitif, pemutakhirkan peta perjalanan (roadmap) organisasi secara berkelanjutan, penentuan langkah-langkah strategik ke depan, pengerahkan, pemusatkan kapabilitas dan komitmen seluruh staf dalam mewujudkan masa depan organisasi.
Dan kecenderungan umum, pendidikan saat ini hanya mengandalkan anggaran tahunan sebagai alat perencana masa depan organisasi, sehingga menjadi tidak koheren antara Visi dan Misi, Tujuan organisasi, Rencana Jangka Pendek dan Jangka Panjang, Implementasi.
Sebagian besar organisasi hanya mengandalkan manajemen puncak untuk menyusun perencanaan strategik, sementara manajemen menengah sampai karyawan hanya melakukan implementasi rencana jangka panjang dan pendek. Sistem ini hanya pas untuk lingkungan yang stabil yang di dalamnya prediksi masih dapat diandalkan untuk memperkirakan masa depan organisasi. Dalam pengembangan aktivitas, sebuah sekolah harus melibatkan seluruh unit kerja dan personel didalamnya dalam perencanaan strategiknya untuk mengubah mode operasi organisasi dari plan and control menjadi sense and respond. Dengan mekanisme baru ini, diharapkan akan dapat terlihat dan terukur seluruh kinerja organisasi dalam berbagai level. Namun tidak semua sekolah dapat menyusun rencana strategiknya dengan baik sehingga semua hanya bisa terlihat dalam anggaran tahunan bahkan ada juga yang rencana strategiknya tersusun namun tidak terealisasi dalam anggaran tahunan, atau dalam kata lain apanya yang direncanakan tidak sesuai dengan apa yang dianggarkan.
Oleh karena itu dengan pendekatan supervisi hal tersebut dicoba untuk diselesaikan sehingga menulis mencoba untuk membuat analisa yang berjudul ‘Menyusun Rencana Strategik Sekolah Dengan Pendekatan Supervisi“.

B.   Permasalahan
Visi dan misi merupakan elemen yang sangat penting dalam organisasi, dimana visi dan misi digunakan agar dalam operasionalnya bergerak pada track yang diamanatkan oleh para stakeholder dan berharap mencapai kondisi yang diinginkan dimasa yang akan datang.
Pada saat perumusan visi misi biasanya merupakan proses yang melelahkan bahkan sering menjadi perdebatan sendiri antar anggota organisasi. Tetapi pada saat visi dan misi sudah terbentuk, pelaksanaannya menjadi tidak sesuai. Jadi sungguh disayangkan sekali jika proses perumusan visi misi yang melelahkan pada akhirnya hanya menjadi hiasan dinding semata. Dalam sebuah tulisan di Kompas (2009) mengungkapkan ”Sering kali pernyataan visi misi organisasi kurang tepat menggambarkan tujuan organisasi sehingga sering di jumpai adanya kesulitan pada saat melakukan deploy visi misi menjadi set of action yang akan digunakan untuk mengukur kinerja organisasi dengan menggunakan metode balance scorecard”. Pertanyaannya adalah kenapa hal ini bisa terjadi?
Jansen Sinamo (2005) yang memberikan 12 kriteria mengenai kriteria visi dan misi yang hidup dan efektif, yang terpenting yang bisa diambil yaitu:
1.Visi-misi harus sesuai dengan roh zaman dan semangat perjuangan organisasi
2.Visi-misi harus mampu menggambarkan sosok organisasi idaman yang mampu memikat hati orang
3.Visi-misi harus mampu menjelaskan arah dan tujuan organisasi
4.Visi-misi harus mudah dipahami karena diungkapkan dengan elegan sehingga mampu menjadipanduan taktis dan strategis
5.Visi-misi harus memiliki daya persuasi yang mampu mengungkapkan harapan, aspirasi, sentimen, penderitaan para stakeholder organisasi
6.Visi-misi harus mampu mengungkapkan keunikan organisasi dan menyarikan kompetensi khas organisasi tersebut yang menjelaskan jati dirinya dan apa yang mampu dilakukannya
7.Visi-misi harus ambisius, artinya ia harus mampu mengkiristalkan keindahan, ideal kemajuan, dan sosok organisasi dambaan masa depan, sehingga mampu meminta pengorbanan dan investasi emosional dari segenap stakeholder organisasi.
Dalam hal perumusannya, terdapat perbedaan pendapat mengenai mana yang harus ditetapkan terlebih dahulu; visi atau misi? di kalangan pakar dan praktisi manajemen strategik terdapat perbedaan pendapat mengenai apakah misi dulu yang dietapkan baru misi atau sebaliknya.
1.Fred R. David (2003) berpendapat visi dirumuskan lebih dulu baru misi.
2.Gerry Johnson dan Kevan Scholes (1996) serta Robert S. Kaplan dan David P. Norton (2003) berpendapat misi yang dirumuskan terlebih dulu.
3.Peter F Drucker berpendapat “hanya Terlepas dari apakah misi atau visi yang ditetapkan terlebih dahulu, pernyataan misi hendaknya dapat dengan jelas menunjukkan alasan keberadaan dan “bisnis” atau kegiatan pokok organisasi yang bersangkutan yang berkenaan dengan nilai dan harapan para stakeholder
Namun terlepas dari yang mana lebih dulu disusun maka hambatan yang sering terjadi disekolah ketika mau merumuskan visi dan misi adalah :
1.Kurangnya koordinasi dari semua  stakeholders sehingga ketika selesai disusun maka terkesan kurang menyentuh seluruh waga sekolah.
2.Kurangnya pengetahuan tentang apa yang seharusnya direncanakan dalam jangka pendek dan menengah sehingga dalam menyusun visi dan misi mengikuti punya sekolah lain atau mengikuti yang terdahulu saja.
   Dari dua permasalahan yang mendasar diatas maka penulis mencoba mencari solusi dengan pendekatan supervsi, dari literatur yang ada baik dari buku atau internet penulis agak kesulitan menemukannya karena ini merupakan hal yang baru, namun penulis berupaya untuk menyelesaikannya.           

C.   Hakekat strategi perumusan visi, misi, tujuan, sasaran dan kegiatan organisasi pendidikan
1.    Visi
            Visi adalah wawasan yang menjadi sumber arahan bagi sekolah dan digunakan untuk memandu perumusan visi sekolah. Dengan kata lain, visi adalah pandangan jauh ke depan kemana sekolah akan dibawa. Visi adalah gambaran masa depan yang diinginkan oleh sekolah, agar sekolah yang bersangkutan dapat menjamin kelangsungan hidup dan perkembangannya.
            Gambaran tersebut tentunya harus didasarkan pada landasan  yuridis, yaitu undang-undang pendidikan dan sejumlah peraturan pemerintahnya, khususnya jumlah pendidikan nasional sesuai jenjang dan jenis sekolahnya dan juga sesuai dengan profil sekolah yang bersangkutan. Dengan kata lain, visi sekolah harus tetap dalam koridor kebijakan pendidikan nasional tetapi sesuai dengan kebutuhan anak dan masyarakat yang dilayani. Tujuan pendidikan nasional sama tetapi profil sekolah khususnya potensi dan kebutuhan masyarakat yang dilayani sekolah tidak selalu sama. Oleh karena itu dimungkinkan sekolah memiliki visi yang tidak sma dengan sekolah lain, asalkan tidak keluar dari koridor nasional yaitu tujuan pendidikan nasional.
            Visi juga dapat dilihat sebagai pandangan kedepan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.    Berorientasi kemasa depan yang lebih baik , bukan status quo
b.    Antisipasi tentang kecenderungan perkembangan sejarah , budaya dan nilai-nilai yang dianut organisasi
c.    Keunikan (kekhasan) dan kompetensi yang ditonjolkan
d.    Standart keunggulan, mewujudkan cita-cita yang tinggi dan ambisi yang kuat
e.    Rangsangan insprisasi, antusiasme, dan komitmen
f.     Kejalan atau sebagai arah untuk ,mencapai tujuan.
            Sebagai contoh, sebuah sekolah yang terletak di perkotaan, mayorotas siswanya berasal dari keluarga mampu dan hampir seluruh lulusannya ingin nelanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi, merumuskan visinya sebagai berikut:
UNGGUL DALAM PRESTASI
BERDASARKAN IMTAQ
            Sementara itu sekolah yang terletak di daerah pedesaan yang umumnya tidak lebih maju dari pada sekolah di perkotaan, merumuskan visinya sebagai berikut :
TERDIDIK BERDASARKAN IMTAQ
Kedua visi tersebut sama-sama benar sepanjang masih dalam koridor tujuan pendidikan nasional. Tentu saja, perumusan visi harus disesuaikan dengan tujuan dari setiap jenjang jenis sekolah sebagaimana dituliskan dalam peraturan pemerintah.
Visi yang pada umumnya dirumuskan dalam kalimat yang filiosofis seperti contoh tersebut, seringkali memiliki aneka tafsir. Setiap orang menafsirkan secara berbeda-beda, sehingga dapat menimbulkan perselisihan dalamimplementasinya. Bahkan jika  teerjadi pergantian kepala sekolah yang baru tidak jarang memberi tafsir yang berbeda dengan kepala sekolah sebelumnya. Oleh karena itu, sebaiknya diberikan indikator sebagai penjelasan apa yang dimaksud oleh visi tersebut. Sebagai contoh, visi yang dituliskan  UNGGUL DALAM PRESTASI BERDASARKAN IMAN DAN TAQWA, diberi indikator sebagai berikut :
a.    Unggul dalam perolehan NEM;
b.    Unggul dalam persaingan melanjutkan ke jenjang pendidikan diatasnya;
c.    Unggul dalam lomba karya ilmiah;
d.    Unggul dalam lomba kreativitas;
e.    Unggul dalam lomba kesenian.

2.    Misi
            Misi adalah tindakan untuk mewujudkan/merealisasikan visi tersebut. Karena visi harus mengakomodasi semua semua kelompok kepentingan  yang terkait dengan sekolah, maka misi dapat juga diartikan sebagai tindakan untuk memnuhi kepentingan masing-masing kelompok yang terkait dengan sekolah. Dalam merumuskan misi, harus mempertimbangkan tugas pokok sekolah dan kelompok-kelompok kepenting yang terkait dengaan sekolah. Dengan kata lain, misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya.
            Misalnya, sebuah sekolah yang memiliki visi “UNGGUL DALAM PRESTASI BERDASARKAN IMTAQ” merumuskan misinya sebagai berikut :
a.    Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga setiap siswa berkembang secara optimal,sessuai dengan potensi yang dimiliki.
b.    Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga    sekolah.
c.    Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi       dirinya,sehingga dapat dikmbangkan secara optimal.
d.    Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan juga budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak
e.    Menerapkan manajemen partisiptif dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah (stakeholders).  

3.    Sasaran
            Bertolak dari visi dan misi, selanjutnya sekolah merumuskan tujuan. Tujuan  merupakan “apa” yang akan dicapai/dihasilkan oleh sekolah yang bersangkutan dan “kapan’ tujuan akan dicapai. Jika misi dan misi terkait dengan jangka waktu yang panjang, maka tujuan dikaitkan dengan jangka waktu 3-5 tahun. Dengan demikian tujuan pada dasarnya merupakan tahapan wujud sekolah menuju visi yang telah dicanangkan.
            Jika visi merupakan gambaran sekolah di masa depan secara utuh (ideal),  maka tujuan yang ingin dicapai dalam jangka waktu 3 tahun mungkin belum se ideal visi atau belum selengkap visi. Dengan kata lain, tujuan merupakan tahapan untuk mencapai visi  Sebagai contoh sebuah sekolah telah mendapatkan visi dengan indikator sebanyak 9 aspek,  tetapi,  tujuannya sampai tahun 2004 baru mencakup 5 aspek sebagai berikut  :
a.    Pada tahun 2004, gain score achievment (GSA) siswa meningkat +01.
b.    Pada tahun 2004, proposal lulusan yang melanjutkan ke sekolah unggul minimal 40%.
c.    Pada taghun 2004, memiliki kelompok KIR dan mampu menjadi finalis LKIR tingkat nasional.
d.    Pada tahun  2004, memiliki tim olah raga minimal 3 cabang dan mampu menjadi finalis tingkat propinsi.
e.    Pada tahun2004, memiliki tim kesenian yang mampu tampil pada acara setingkat kabupaten/kota.  

      4.   Sasaran / Tujuan Situasional
            Setelah tujuan sekolah (tujuan jangka menengah) dirumuskan, maka langkah selanjutnya adalah memetapkan sasaran /target/ tujuan situasional/ tujuan jangka pendek. Sasaran adalah penjabaran yaitu sesuatu yang akan dihasilkan/dicapai oleh sekolah dalam jangka waktu lebih singkat dibandingkan tujuan sekolah. Rumusan sasaran harus selalu mengandung peningkatan, baik peningkatan kualitas, efektifitas, produktivitas, maupun efisiensi (bisa salah satu atau kombinasi). Agar sasaran dapat dicapai dengan efektif, maka sasaran harus dibuat spesifik, terukur, jelas kriterianya, dan disertai indikator-indikator yang rinci. Meskipun sasaran bersumber dari tujuan namun dalam penentuan sasaran yang mana dan berapa besar kecilnya sasaran, tetap harus didasarkan atas tantangan nyata yang dihadapi oleh sekolah.

D.   Metode Supervisi yang Digunakan
      Dalam penyelesaian masalah yang terjadi ketika penyusunan visi dan misi sekolah maka supervisi yang digunakan adalah supervisi manajerial karena penekanan yang dilakukan adalah perbaikan manajerial sekolah, dalam supervisi manajerial ada beberapa hal yang dilakukan diantaranya adalah :
  1. Monitoring dan Evaluasi
a.    Monitoring/Pengawasan
Monitoring adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah, apakah sudah sesuai dengan rencana, program, dan/atau standar yang telah ditetapkan, serta menemukan hambatan-hambatan yang harus diatasi dalam pelaksanaan program (Rochiat, 2008: 115). Monitoring lebih berpusat pada pengontrolan selama program berjalan dan lebih bersifat klinis. Melalui monitoring, dapat diperoleh umpan balik bagi sekolah atau pihak lain yang terkait untuk menyukseskan ketercapaian tujuan. Aspek-aspek yang dicermati dalam monitoring adalah hal-hal yang dikembangan dan dijalankan dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). Dalam melakukan monitoring ini tentunya pengawas harus melengkapi diri de- ngan parangkat atau daftar isian yang memuat seluruh indikator sekolah yang harus diamati dan dinilai.
Secara tradisional pelaksanaan pengawasan melibatkan tahapan: (a) menetapkan standar untuk mengukur prestasi, (b) mengukur prestasi, (c) menganalisis apakah prestasi memenuhi standar, dan (d) mengambil tindakan apabila prestasi kurang/tidak memenuhi standar (Nanang Fattah, 1996: 102).
b.    Evaluasi
Kegiatan evaluasi ditujukan untuk mengetahui sejauhmana kesuksesan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah atau sejauhmana keber- hasilan yang telah dicapai dalam kurun waktu tertentu. Tujuan evaluasi utamanya adalah untuk (a) mengetahui tingkat keterlaksanaan program, (b) mengetahui keberhasilan program, (c) mendapatkan bahan/masukan dalam perencanaan tahun berikutnya, dan (d) memberikan penilaian (judgement) terhadap sekolah.
  1. Refleksi dan Focused Group Discussion
            Sesuai dengan paradigma baru manajemen sekolah yaitu pember- dayaan dan partisipasi, maka judgement keberhasilan atau kegagalan sebuah sekolah dalam melaksanakan program atau mencapai standar bukan hanya menjadi otoritas pengawas. Hasil monitoring yang dilakukan pengawas hendaknya disampaikan secara terbuka kepada pihak sekolah, terutama kepala sekolah, wakil kepala sekolah, komite sekolah dan guru. Secara bersama-sama pihak sekolah dapat melakukan refleksi terhadap data yang ada, dan menemukan sendiri faktor-faktor penghambat serta pendukung yang selama ini mereka rasakan. Forum untuk ini dapat ber- bentuk  Focused Group Discussion (FGD), yang melibatkan unsur-unsur stakeholder sekolah. Diskusi kelompok terfokus ini dapat dilakukan da- lam beberapa putaran sesuai dengan kebutuhan.Tujuan dari FGD adalah untuk menyatukan pandangan stakeholder mengenai realitas kondisi (kekuatan dan kelemahan) sekolah, serta menentukan  langkah-langkah strategis maupun operasional yang akan diambil untuk memajukan sekolah. Peran pengawas dalam hal ini adalah sebagai fasilitator sekaligus menjadi narasumber apabila diperlukan, untuk memberikan masukan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.
  1. Metode Delphi
Metode Delphi dapat digunakan oleh pengawas dalam membantu pihak sekolah merumuskan visi, misi dan tujuannya. Sesuai dengan konsep MBS, dalam merumuskan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) sebuah sekolah harus memiliki rumusan visi, misi dan tujuan yang jelas dan realistis yang digali dari kondisi sekolah, peserta didik, potensi daerah, serta pandangan seluruh stakeholder.
Sejauh ini kebanyakan sekolah merumuskan visi dan misi dalam  susunan kalimat “yang bagus”, tanpa dilandasi oleh filosofi dan pendalaman terhadap potensi yang ada. Akibatnya visi dan misi tersebut tidak realistis, dan tidak memberikan inspirasi kepada warga sekolah untuk mencapainya.
Metode Delphi merupakan cara yang efisien untuk melibatkan banyak stakeholder sekolah tanpa memandang faktor-faktor status yang sering menjadi kendala  dalam sebuah diskusi atau musyawarah. Misalnya sekolah mengadakan pertemuan bersama antara sekolah, dinas pendidikan, tokoh masyarakat, orang murid dan guru, maka biasanya pembicaraan hanya didominasi oleh orang-orang tertentu yang percaya diri untuk berbicara dalam forum. Selebihnya peserta hanya akan menjadi pendengar yang pasif.
Metode Delphi dapat disampaikan oleh pengawas kepada kepala sekolah ketika hendak mengambil keputusan yang melibatkan banyak pihak. Langkah-langkahnya menurut Gorton (1976: 26-27) adalah sebagai berikut:
a.    Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap memahami persoalan dan hendak dimintai pendapatnya mengenai pengembangan sekolah;
b.    Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara tertulis tanpa disertai nama/identitas;
c.    Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan membuat daftar urutannya sesuai dengan jumlah orang yang berpendapat sama.
d.    Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai pihak tersebut untuk diberikan urutan prioritasnya.
e.    Mengumpulkan kembali urutan prioritas menurut peserta, dan menyampaikan hasil akhir prioritas keputusan dari seluruh peserta yang dimintai pendapatnya.
  1. Workshop
Workshop atau lokakarya merupakan salah satu  metode yang dapat ditempuh pengawas dalam melakukan supervisi manajerial. Metode ini tentunya bersifat kelompok dan dapat melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan/atau perwakilan komite sekolah. Penyelenggaraan workshop ini tentu disesuaikan dengan tujuan atau urgensinya, dan dapat diselenggarakan bersama dengan Kelompok Kerja Kepala Sekolah atau orga- nisasi sejenis lainnya.  Sebagai contoh, pengawas dapat mengambil inisiatif untuk mengadakan workshop tentang pengembangan KTSP, sistem administrasi, peran serta masyarakat, sistem penilaian dan sebagainya
      Dari empat metode yang digunakan dalam mensupervisi manajerial maka metode yang terbaik adalah metode delphi ketika mau menyusun visi dan misi sekolah namun metode ini masih sangat jarang digunakan oleh supervisor mungkin banyak hambatan yang menghadang ketika mau menerapkan metode ini


E.    Kesimpulan
      Penyusunan visi dan misi sekolah bukanlah hal yang mudah, perlu kajian yang mendalam dan melibatkan semua stakeholders sehingga apa yang diinginkan tercakup didalamnya. Visi dan misi sekolah memuat banyak hal yang besar seperti tujuan yang ingin dicapai sampai hal yang kecil namun sangat urgen seperti anggaran tahunan, semua ini harus direncakan dengan sebaik-baiknya sehingga dalam pelaksanaan identitas sebuah sekolah dapat terlihat hanya dengan membaca visi dan misi nya.
      Namun pada kenyataannya menyusun visi dan misi bukanlah hal yang mudah walaupun semua stakeholders dilibatkan tetapi masih saja kesulitan, oleh karena itu diperlukan supervisi ketika kesulitan ini terjadi, adapun metode yang digunakan adalah supervisi manajerial, dalam supervisi manajerial ada beberapa metode yang digunakan yaitu monitoring dan evaluasi, refleksi dan focused group discussion, metode delphi dan terakhir workshop, adapun metode yang paling tepat digunakan dalam hal ini adalah metode delphi.

             




              


DAFTAR  PUSTAKA


Glickman, C.D 1995. Supervision of Instruction. Boston: Allyn And Bacon Inc.
Gwynn, J.M. 1961. Theory and Practice of Supervision. New York: Dodd, Mead & Company.
http://pakguruonline.pendidikan.net  
Junaedi, edy. 2006. Visi yang Bervisi. http://www.btn.co.id
McPherson, R.B., Crowson, R.L., & Pitner, N.J. 1986. Managing Uncertainty: Administrative Theory and Practice in Education. Columbus, Ohio: Charles E. Merrill Pub. Co.
Oliva, Peter F. 1984. Supervision For Today’s School. New York: Longman.
Rusydi, febdian. 2004. Kenapa Misi – Visi?. http://kampanye.febdian.net/misi-visi.htm Hru. 2006. Mereview Kembali Visi Misi Organisasi.
Sergiovanni, T.J. 1982. Editor. Supervision of Teaching. Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development.
Sinamo, Jansen. 2005 .Visi dan Misi; Kekuatan atau Hiasan. http://www.pembelajar.com
Tadjudin, M.K., 2002. Asesmen Institusi untuk Penentuan Kelayakan Perolehan Status Lembaga yang Mengakreditasi Diri bagi Perguruan Tinggi: Dari Akreditasi Program Studi ke Audit Lembaga Perguruan Tinggi. Jakarta: BAN-PT.

Supervisi
Top of Form
Bottom of Form
Recent Posts
Recent Comments
Meta
BAB I
PENDAHULUAN                  
1.1.Latar Belakang
Pengawasan atau yang biasa disebut supervisi merupakan salah satu unsur penting dalam dunia pendidikan. Supervisi dapat membantu dalam mewujudkan tujuan pendidikan dan menyempurnakan penyelenggaraan pendidikan, oleh karena itu supervisi perlu dilakukan dengan cara yang baik dan benar, sebab pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, karena dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Supervisi juga berupaya untuk menjadikan guru-guru yang professional dalam mengajar, karena guru merupakan ujung tombak dari keberhasilan pendidikan. Pendidikan itu dikatakan berhasil apabila dapat mencapai tujuan-tujuannya. Salah satu realita yang terjadi saat ini adalah kekeliruan paradigma guru tentang adanya supervisi. Masih ada guru-guru yang takut bila disupervisi. Padahal supervisor tidak bertindak sebagai pihak yang  hanya mencari kesalahan-kesalahan guru dalam melaksanakan tugasnya, melainkan supervisor berperan untuk memberikan layanan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh guru.
Agar program pendidikan dapat berjalan efektif, maka diperlukan pengawasan dalam pelaksanaanya. Oleh karena itu supervisi harus tanggap terhadap segala sesuatu yang sedang terjadi di sekolah, terutama mengenai masalah-masalah yang dialami guru-guru maupun karyawan. Menyadari hal itu diperlukan pembahasan tentang supervisi pendidikan yang lebih mendetail agar para pelaku pendidikan dapat memahami akan pentingnya supervisi pendidikan itu.
Berdasarkan hal tersebut diatas penyusun merasa tertarik untuk memilih tema supervisi pendidikan di sekolah dalam makalah ini.

1.2.Rumusan Masalah
1.2.1. Identifikasi Masalah
Supervisi dianggap sebagai suatu hal yang menakutkan bagi para guru, sebab pandangan guru mengenai supervisi yaitu hanya mencari kesalahan-kesalahan guru dalam melaksanakan tugasnya. Padahal hakekat supervisi adalah melakukan pembinaan terhadap guru menyangkut perbaikan proses belajar mengajar dan tujuan supervisi pendidikan adalah membantu sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Bahkan supervisi berperan untuk membantu dalam mengatasi segala masalah yang dihadapi oleh para guru. Semua aspek dalam pembelajaran menjadi sasaran supervisi.
1.2.2. Pertanyaan Masalah
  1. Bagaimanakah upaya supervisi dalam meningkatkan proses belajar mengajar yang lebih kondusif?
  2. Teknik supervisi apa yang paling efektif untuk diterapkan dalam pelaksanaan di sekolah?
  3. Apakah respon dan sikap guru-guru terhadap supervisi?
  4. Apakah kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan supervisi?
1.3. Tujuan Penulisan Makalah
  1. Tujuan Umum
Untuk memperdalam pemahaman tentang seluk beluk dari supervisi pendidikan di sekolah.
  1. Tujuan Khusus
    1. Untuk mengidentifikasi peran supervisi dalam meningkatkan proses belajar mengajar yang lebih kondusif.
    2. Untuk mengidentifikasi pengertian supervisi pendidikan, prinsip-prinsip supervisi pendidikan, tujuan supervisi pendidikan, fungsi supervisi pendidikan, tipe supervisi pendidikan, proses supervisi pendidikan, teknik supervisi pendidikan, metode supervisi pendidikan, dan jenis supervisi pendidikan.
    3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan supervisi pendidikan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1  Pengertian
Supervisi adalah usaha mencapai hasil yang diinginkan dengan cara mendayagunakan bakat/kemampuan alami manusia dan sumber-sumber yang memfasilitasi, yang ditekankan pada pemberian tantangan dan perhatian yang sebesar-besarnya terhadap bakat/kemampuan alami manusia. (George R. Terry )
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara ( UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 )
Supervisi Pendidikan adalah proses memberi bantuan kepada sekolah agar mampu menciptakan situasi dan kondisi yang lebih kondusif, sehingga sekolah mampu mewujudkannya ke arah tercapainya tujuan pendidikan
2.2  Prinsip-prinsip supervisi
  1. Prinsip ilmiah
1)      Sistematis
Pelaksanaannya secara teratur, terprogram dan berkelanjutan.
2)      Objektif
Berdasarkan data konkrit yang dapat dipertangggungjawabkan, yang dapat diperoleh dari observasi atau penelitian.
3)      Instrument
Menggunakan alat yang dapat memberikan informasi yang akurat, dapat dianalisis, dan dapat mengukur ataupun menilai terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar.
  1. Prinsip demokratis
Supervisor memberikan kesempatan pada orang yang disupervisi untuk mengemukakan pendapatnya. Menjunjung tinggi asas musyawarah, memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat serta sanggup menerima pendapat orang lain.
  1. Prinsip kooperatif
Supervisor selalu mengutamakan kerjasama  dengan bawahannya demi kemajuan dan pengembangan pendidikan dalam rangka menciptakan ituasi belajar mengajar yang kondusif.
  1. Prinsip konstruktif dan kreatif
Supervisor senantiasa berusaha membangkitkan  semangat membangun, mengembangkan potensi bawahannya demi peningkatan prestasi dan produktivitas kerja. Kritik yang bersifat membangun adalah ciri dari proses supervisi. Supervisor juga memperhatikan pada inisiatif, daya cipta, penelitian, dan hasil-hasil penemuan bawahannya dengan memberikan penghargaan, piagam atau predikat-predikat keteladanan.
2.3  Tujuan supervisi pendidikan
Tujuan umum supervisi harus sama dengan tujuan pendidikan nasional sesuai dengan Keputusan MPR yang tertera dalam GBHN, melalui perbaikan serta peningkatan kegiatan belajar mengajar.
Tujuan khusus supervisi, sebagai berikut:
  1. Membina para guru agar lebih memahami tujuan umum pendidikan, sehinggga satiap guru dapat mengajar dan mencapai prestasi maksimal bagi siswa-siswanya.
  2. Membina para guru mengatasi masalah-masalah siswa untuk kemajuan prestasi belajarnya.
  3. Membina para guru mempersiapkan siswanya untuk menjadi anggota masyarakat yang produktif, kreatif, etis serta religious.
  4. Membina para guru meningkatkan kemampuan mengevaluasi, mendiagnosa kesulitan belajar, dan lain-lain.
  5. Membina para guru memperbesar kesadaran tentang tata kerja yang demokratis, kooperatif, serta kegotongroyongan.
  6. Memperbesar ambisi para guru dan karyawan dalam meningkatkan mutu profesinya.
  7. Membina para guru dan karyawan meningkatkan popularitas sekolahnya.
  8. Memberikan perlindungan untuk para guru dan karyawan pendidikan terhadap tuntutan serta kritik-kritik tak wajar dari masyarakat.
  9. Mengembangkan sikap kesetiakawanan dan ketemansejawatan dari seluruh tenaga kependidikan.

2.4  Fungsi supervisi pendidikan
  1. Fungsi Utama
Membantu sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan, khususnya perkembangan individu para siswa.
  1. Fungsi Tambahan
Membantu sekolah membina guru-guru agar dapat bekerja dengan baik dan berontrak dengan masyarakat dalam rangka penyesuaian diri dan penggalakan kemajuan masyarakat.
Dengan lebih terjabar, Sahertian & Mataheru (1981) mengemukakan tujuan operasional supervisi pendidikan:
  • Membantu guru-guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan
  • Membantu guru-guru dalam membimbing pengalaman belajar murid-murid
  • Membantu guru-guru dalam menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar
  • Membantu guru-guru dalam menggunkan metode-metode dan alat-alat pelajaran modern
  • Membantu guru-guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid-murid
  • Membantu guru-guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru-guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka
  • Membantu guru-guru baru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yag diperolehnya
  • Membantu guru-guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber-sumber masyarakat dan seterusnya.
  • Membantu guru-guru agar waktu dan tenaga guru tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolah.
Sedangkan fungsi supervisi pendidikan, menurut analisis Swearingen (yang dikutip Sahertian & Mataheru,1981:26) yaitu:
  • Mengoordinasi semua usaha sekolah
  • Memperlengkapi kepemimpinan sekolah
  • Memperluas pengalaman guru-guru
  • Member stimulus untuk usaha-usaha yang kreatif
  • Memberikan fasilitas dan penilaian yang terus menerus
  • Menganalisis situasi belajar dan mengajar
  • Memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada setiap anggota staf
  • Mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan mengajar guru
2.5  Tipe-tipe Supervisi
  1. Tipe Inspeksi
Tipe seperti ini biasanya terjadi dalam administrasi dan model kepemimpinan yang otokratis, mengutamakan pada upaya mencari kesalahan orang lain, bertindak sebagai “Inspektur” yang bertugas mengawasi pekerjaan guru. Supervisi ini dijalankan terutama untuk mengawasi, meneliti dan mencermati apakah guru dan petugas di sekolah sudah melaksanakan seluruh tugas yang diperintahkan serta ditentukan oleh atasannya.
  1. Tipe Laisses Faire
    Tipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Kalau dalam supervisi inspeksi bawahan diawasi secara ketat dan harus menurut perintah atasan, pada supervisi Laisses Faire para pegawai dibiarkan saja bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk yang benar. Misalnya: guru boleh mengajar sebagaimana yang mereka inginkan baik pengembangan materi, pemilihan metode ataupun alat pelajaran.
  2. Tipe Coersive
    Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi. Sifatnya memaksakan kehendaknya. Apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik, meskipun tidak cocok dengan kondisi atau kemampuan pihak yang disupervisi tetap saja dipaksakan berlakunya. Guru sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bertanya mengapa harus demikian. Supervisi ini mungkin masih bisa diterapkan secara tepat untuk hal-hal yang bersifat awal. Contoh supervisi yang dilakukan kepada guru yang baru mulai mengajar. Dalam keadaan demikian, apabila supervisor tidak bertindak tegas, yang disupervisi mungkin menjadi ragu-ragu dan bahkan kehilangan arah yang pasti.
  3. Tipe Training dan Guidance
    Tipe ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan. Hal yang positif dari supervisi ini yaitu guru dan staf tata usaha selalu mendapatkan latihan dan bimbingan dari kepala sekolah. Sedangkan dari sisi negatifnya kurang adanya kepercayaan pada guru dan karyawan bahwa mereka mampu mengembangkan diri tanpa selalu diawasi, dilatih dan dibimbing oleh atasannya.
  4. Tipe Demokratis
    Selain kepemimpinan yang bersifat demokratis, tipe ini juga memerlukan kondisi dan situasi yang khusus. Tanggung jawab bukan hanya seorang pemimpin saja yang memegangnya, tetapi didistribusikan atau didelegasikan kepada para anggota atau warga sekolah sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing.
2.6  Jenis supervisi pendidikan
No
Jenis Supervisi Pendidikan
Supervisi Umum
Supervisi Klinis
1
Ide datang dari supervisor
Ide datang dari guru yang bersangkutan (guru mengemukakan keluhan kepada supervisor untuk memperoleh solusi)
2
Sasarannya segala aspek
Sasarannya hanya khusus mengenai kemampuan guru dalam proses belajar mengajar
3
Memperbaiki semua aspek pendidikan di sekolah
Memperbaiki kinerja guru dalam meningkatkan proses belajar mengajar yang kondusif


2.7  Teknik-teknik supervisi pendidikan
Ada berbagai teknik supervisi pendidikan yang dapat diterapkan pada berbagai kesempatan dan kondisi yang berbeda. Secara umum teknik-teknik itu dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu teknik yang bersifat individual dan teknik yang bersifat kelompok. Teknik yang bersifat individual atau perseorangan adalah teknik yang diperuntukkan bagi guru seorang diri. Sedangkan yang bersifat kelompok adalah teknik yang digunakan bagi sekelompok guru secara bersama-sama.
Berikut ini akan diuraikan secara singkat beberapa teknik supervisi ( yang dapat pula disebut teknik-teknik “in-service training”:
  1. Ceramah
Metode ceramah adalah salah satu metode in-service training dimana penceramah yang paling giat menyampaikan pengetahuan dan ulasan, sedangkan pendengar hanya mendengarkan dan membuat catatan. Pada masa lampau metode ini didewa-dewakan, tetapi kini dalam dunia persekolahan telah dibatasi. Metode ceramah akan menjadi efektif apabilamemperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1)      Garis besar penceramah hendaknya sudah berada di tangan pendengar dua atau tiga hari sebelum ceramah diadakan. Hal ini mempermudah pendengar mengikuti dan menangkap isinya.
2)      Ruangan dan perlengkapan lainnya hendaknya sudah dipersiapkan sebelum ceramah dimulai.
3)      Ceramah hendaknya diselenggarakan di tempat yang tenang dan menyenangkan.
4)      Penceramah hendaknya menyampaikan ceramahnya dengan cara atau gaya menarik.
5)      Setelah ceramah usai, hendaknya para pendengar diberi kesempatan mengajukan pertanyaan, tanggapan, atau saran-saran yang berguna.
6)      Setelah ceramah, kepada para pendengar dibagikan lembar evaluasi untuk mengetahui reaksi dari pihak pendengar. Dat dari lembar ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan atau umpan balik untuk perencanaan dan pelaksanaan ceramah yang akan datang.
  1. Metode kunjungan
Yang dimaksud metode kunjungan ialah perjalanan sekolah atau school journey, dimana para guru mengunjungi objek pendidikan dengan maksud mempelajarinya, seperti studi banding.
  1. Kunjungan kelas
Kunjungan kelas adalah suatu metode yang dilakukan oleh orang yang berfungsi sebagai supervisor kedalam kelas ketika guru sedang mengajar ( dan murid sedang belajar).
Kunjungan kelas dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1)      Kunjungan tanpa pemberitahuan
Kunjungan tanpa pemberitahuan dapat menemukan fakta-fakta riil dan otentik, tetapi hasilnya belum tentu mutlak karena ketidaksiapan psikologis dari guru maupun siswa dengan adanya supervisor. Jadi belum tentu mendapatkan bukti otentik.
2)      Kunjungan dengan pemberitahuan
Kunjungan dengan diberitahukan terlebih dahulu  bertujuan untuk melihat kemampuan yang maksimal dari seorang guru karena yang dilakukan pada kegiatan dalam kelas merupakan manipulasi guru. Sehinggga supervisor hanya memberikan penguatan terhadap sesuatu yang kurang memenuhi syarat.
3)      Kunjungan atas undangan guru
Kunjungan atas permintaan dari guru bertujuan untuk mengobservasi guru dalam mengajar atas permintaan dari guru tersebut.
  1. Pengajaran contoh
Pengajaran contoh dapat dilakukan oleh supervisor atau orang yang dianggap mampu mendemonstrasikan hal tertentu. Demonstrasi mengajar ini dilaksanakan di dalam kelas sungguhan sedangkan para guru turut hadir di belakang dan mengamatinya.
  1. Pemutaran film
Pemutaran film dapat pula digunakan sebagai metode untuk membantu para guru bertumbuh dalam jabatannya. Misalnya film tentang system modul. Dengan menonton film ini, guru memperoleh tambahan pengetahuan tentang cara mengajar dengan system modul. Pada prinsipnya pemutaran film sama dengan demonstrasi mengajar karena film yang diperlihatkan adalah hasil rekamn visual dari demonstrasi mengajar. Perbedaan dari kedua metode ini ialah yang satu diperagakan langsung (demonstrasi mengajar), sedangkan pemutaran film bersifat tidak langsung yaitu melalui gambar.
  1. Perpustakaan
Perpustakaan sering diibaratkan sebagai gudang ilmu pengetahuan karena terdapat berbagai ragam buku pengetahuan. Apabila perpustakaan digunakan sebagaimana mestinya, maka akan berpengaruh terhadap mutu pendidikan di sekolah. Untuk itu perpustakaan perlu dilengkapi dengan berbagai buku dan berkala mutakhir.
  1. Mengikuti kursus
Kursus umumnya bertujuan membekali para peserta dengan ketrampilan tertentu yang berguna bagi pengembangan karir lebih lanjut. Guru-guru dapat mengikuti kursus tertentu yang menunjang pengajarannya atau pengelolaan pendiidkan di sekolahnya.
  1. Lokakarya
Lokakarya  dapat diartikan dengan berbagai cara mulai dari bengkel sampai tempat untuk menggodok suatu gagasan atau konsep.dengan lokakarya, guru diberi kesempatan melatih atau menempa dirinya untuk lebih mumpuni sebagai pengajar dan pendidik di sekolah.
2.8  Metode-metode  supervisi pendidikan
  1. a.      Supervisi Manajerial
1. Monitoring dan Evaluasi
Metode utama yang mesti dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan
dalam supervisi manajerial tentu saja adalah monitoring dan evaluasi.
a. Monitoring/Pengawasan
Monitoring adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah, apakah
sudah sesuai dengan rencana, program, atau standar yang telah
ditetapkan, serta menemukan hambatan-hambatan yang harus diatasi
dalam pelaksanaan program (Rochiat, 2008: 115). Monitoring lebih
berpusat pada pengontrolan selama program berjalan dan lebih bersifat
klinis. Melalui monitoring, dapat diperoleh umpan balik bagi sekolah atau pihak lain yang terkait untuk menyukseskan ketercapaian tujuan. Aspek-aspek yang dicermati dalam monitoring adalah hal-hal yang dikembangan dan dijalankan dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). Dalam melakukan monitoring ini tentunya pengawas harus melengkapi diri dengan perangkat atau daftar isian yang memuat seluruh indikator sekolah yang harus diamati dan dinilai.
Secara tradisional pelaksanaan pengawasan melibatkan tahapan:
(a)    menetapkan standar untuk mengukur prestasi
(b)   mengukur prestasi
(c)    menganalisis apakah prestasi memenuhi standar
(d)   mengambil 19 tindakan apabila prestasi kurang/tidak memenuhi standar (Nanang Fattah,1996: 102).
Dalam perkembangan terakhir, kecenderungan pengawasan dalam dunia pendidikan juga mengikuti apa yang dilakukan pada industri, yaitu dengan menerapakan Total Quality Controll. Pengawasan ini tentu saja terfokus pada pengendalian mutu dan lebih bersifat internal. Oleh karena itu pada akhir-akhir ini setiap lembaga pendidikan umumnya memiliki unit penjaminan mutu.
b. Evaluasi
Kegiatan evaluasi ditujukan untuk mengetahui sejauhmana kesuksesan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah atau sejauhmana keberhasilan
yang telah dicapai dalam kurun waktu tertentu.
Tujuan evaluasi utamanya adalah:
(a) mengetahui tingkat keterlaksanaan program
(b) mengetahui keberhasilan program
(c) mendapatkan bahan/masukan dalam perencanaan tahun berikutnya
(d) memberikan penilaian (judgement) terhadap sekolah.
2. Refleksi dan Focused Group Discussion
Sesuai dengan paradigma baru manajemen sekolah yaitu pemberdayaan dan partisipasi, maka judgement keberhasilan atau kegagalan sebuah sekolah dalam melaksanakan program atau mencapai standar bukan hanya menjadi otoritas pengawas. Hasil monitoring yang dilakukan pengawas hendaknya disampaikan secara terbuka kepada pihak sekolah, terutama kepala sekolah, wakil kepala  sekolah, komite sekolah dan guru. Secara bersama-sama pihak sekolah dapat melakukan refleksi terhadap data yang ada, dan menemukan sendiri faktor-faktor penghambat serta pendukung yang selama ini mereka rasakan. Forum untuk ini dapat berbentuk Focused Group Discussion (FGD), yang melibatkan unsur-unsur stakeholder sekolah. Diskusi kelompok terfokus ini dapat dilakukan dalam beberapa putaran sesuai dengan kebutuhan.Tujuan dari FGD adalah untuk menyatukan pandangan stakeholder mengenai realitas kondisi (kekuatan dan kelemahan) sekolah, serta menentukan langkah-langkah strategis maupun operasional yang akan diambil untuk memajukan 20 sekolah. Peran pengawas dalam hal ini adalah sebagai fasilitator sekaligus
menjadi narasumber apabila diperlukan, untuk memberikan masukan
berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.
3. Metode Delphi
Metode Delphi dapat digunakan oleh pengawas dalam membantu pihak sekolah merumuskan visi, misi dan tujuannya. Sesuai dengan konsep MBS, dalam merumuskan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) sebuah sekolah harus memiliki rumusan visi, misi dan tujuan yang jelas dan realistis yang digali dari kondisi sekolah, peserta didik, potensi daerah, serta pandangan seluruh stakeholder. Sejauh ini kebanyakan sekolah merumuskan visi dan misi dalam susunan kalimat “yang bagus”, tanpa dilandasi oleh filosofi dan pendalaman terhadap potensi yang ada. Akibatnya visi dan misi tersebut tidak realistis, dan tidak memberikan inspirasi kepada warga sekolah untuk mencapainya.
Metode Delphi merupakan cara yang efisien untuk melibatkan banyak stakeholder sekolah tanpa memandang faktor-faktor status yang
sering menjadi kendala dalam sebuah diskusi atau musyawarah.
Misalnya sekolah mengadakan pertemuan bersama antara sekolah, dinas pendidikan, tokoh masyarakat, orang murid dan guru, maka biasanya pembicaraan hanya didominasi oleh orang-orang tertentu yang percaya diri untuk berbicara dalam forum. Selebihnya peserta hanya akan menjadi pendengar yang pasif.
Metode Delphi dapat disampaikan oleh pengawas kepada kepala
sekolah ketika hendak mengambil keputusan yang melibatkan banyak
pihak. Langkah-langkahnya menurut Gorton (1976: 26-27) adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap memahami
persoalan dan hendak dimintai pendapatnya mengenai pengembangan
sekolah;
b. Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara tertulis tanpa disertai nama/identitas;
c. Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan membuat daftar urutannya sesuai dengan jumlah orang yang berpendapat sama.
d. Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai pihak tersebut untuk diberikan urutan prioritasnya.
e. Mengumpulkan kembali urutan prioritas menurut peserta, dan
menyampaikan hasil akhir prioritas keputusan dari seluruh peserta yang dimintai pendapatnya.
4. Workshop
Workshop atau lokakarya merupakan salah satu metode yang dapat ditempuh pengawas dalam melakukan supervisi manajerial. Metode ini tentunya bersifat kelompok dan dapat melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan/atau perwakilan komite sekolah. Penyelenggaraan workshop ini tentu disesuaikan dengan tujuan atau urgensinya, dan dapat diselenggarakan bersama dengan Kelompok Kerja Kepala Sekolah atau organisasi sejenis lainnya. Sebagai contoh, pengawas dapat mengambil inisiatif untuk mengadakan workshop tentang pengembangan KTSP, system administrasi, peran serta masyarakat, sistem penilaian dan sebagainya.
2.9  Pelaksanaan supervisi pendidikan di sekolah
Seorang supervisor yang datang ke sekolah untuk melakukan supervisi dapat memilih/memulai dengan menyupervisi sesuatu atau beberapa aspek yang dapat dipilihnya sebagai salah satu bidang garapan atau sub bidang garapan.
Kegiatan supervisor berturut-turut dapat dilukiskan sebagai berikut:
  1. Menyupervisi rencana kerja (program)
  2. Menyupervisi pelaksanaan
  3. Menyupervisi hasil pelaksanaan
  4. Dari pelaksanaan supervisi a, b, dan c maka supervisor dapat memberikan evaluasi terhadap seluruh kegiatan tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
3.1         Upaya supervisi dalam meningkatkan proses belajar mengajar yang lebih kondusif.
Tindakan dan upaya supervisi dalam meningkatkan proses belajar mengajar yang lebih kondusif yaitu supervisor harus bisa memberi bantuan layanan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh guru. Oleh sebab itu, supervisor harus benar-benar paham mengenai tujuan, fungsi, prinsip-prinsip, metode, serta teknik supervisi agar memperoleh manfaat yang optimal berupa guru yang professional. Karena guru memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar dan guru juga berhubungan secara langsung dengan peserta didik.
Supervisi yang baik hendaknya mengembangkan kepemimpinan di dalam kelompok, membangun program latihan dalam jabatan untuk meningkatkan keterampilan guru, dan membantu guru meningkatkan kemampuannya dalam menilai hasil pekerjaannya.
3.2         Teknik supervisi yang paling efektif untuk diterapkan dalam pelaksanaan di sekolah.
Teknik-teknik supervisi, yaitu:
  1. Ceramah
  2. Metode kunjungan
  3. Metode kunjungan kelas
  4. Pengajaran contoh
  5. Pemutaran film
  6. Perpustakaan
  7. Mengikuti kursus
  8. Lokakarya
Diantara seluruh teknik-teknik supervisi diatas, teknik yang paling efektif untuk diterapakan dalam pelaksanaan di sekolah yaitu teknik yang sesuai dengan kebutuhan atau karakteristik sekolah tersebut. Jadi penggunaan teknik yang disesuaikan dengan kondisi sekolah merupakan teknik yang paling tepat.
3.3         Respon dan sikap guru-guru terhadap supervisi.
Respon dan sikap guru-guru terhadap supervisi:
  1. Para guru menghendaki supervisi dari kepala sekolah, sebagaimana yang seharusnya dikerjakan oleh tenaga personel yang berjabatan supervisor.
  2. Kepala sekolah tidak melakukan supervisi dengan baik
  3. Para guru lebih menghargai dan menilai secara positif perilaku supervisi yang “hangat”, saling mempercayai, bersahabat, dan menghargai guru,
  4. Supervisi dianggap bermanfaat bila direncanakan dengan baik, supervisor menunjukkan sifat membantu dan menyediakan model-model pengajaran yang efektif
  5. Supervisor memberikan peran serta yang cukup tinggi kepada guru untuk pengambilan keputusan dalam wawancara supervisi
  6. Supervisor mengutamakan pengembangan keterampilan hubungan insani, seperti halnya dengan keterampilan teknis
  7. Supervisor seharusnya menciptakan iklim organisasional yang terbuka, yang memungkinkan pemantapan hubungan yang saling menunjang (supportive).
  8. Sikap dan respon guru tidak terlalu positif terhadap supervisi yang dilakukan supervisor
3.4         Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan supervisi.
Kendala-kendala yang kurang menunjang keefektifan supervisi, antara lain:
  1. Sikap personil sekolah yang kurang positif terhadap supervisi pengelola teknis edukatif.
  2. Kurangnya keterampilan supervisi kepala sekolah.
  3. Pengendalian emosional supervisor dalam menerima respons guru.
  4. Kepala sekolah yang berperan juga sebagai supervisi karena kurangnya tenaga guru harus memegang kelas atau bidang studi tertentu, sehingga kurang fokus terhadap perannya sebagai supervisor.
  5. Supervisor tidak mengkomunikasikan rencana atau program supervisinya kepada para guru sebagai subyek supervisi.
  6. Fokus supervisi hanya terarah pada aspek administrasi, kurang menyentuh pada pengembangan kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar.
  7. Supervisor tidak melaksanakan kunjungan kelas secara serius.
  8. Supervisor mendominasi pembicaraan dan berjalan satu arah.
  9. Tidak ada penilaian umpan balik.
  10. Supervisor tidak pernah meminta pada guru untuk meminta pada guru untuk memberikan komentar maupun penilaian terhadap supervisi yang telah dilaksanakan.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1  Simpulan
Supervisi pendidikan adalah suatu kegiatan yang digunakan dalam pendidikan untuk menyempurnakan penyelenggaraan pendidikan dalam sasaran segala aspek, guna tercapainya tujuan pendidikan.Hakekat dari supervisi itu adalah pembinaan. Tujuan supervisi adalah mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih kondusif melalui pembinaan dan peningkatan profesionalisme. Sasaran utama supervisi pendidikan adalah meningkatkan professional guru dan karyawan sekolah guna menunjang akuntabilitas siswa dalam belajar, sehingga siswa benar-benar menjadi manusia yang berilmu, berbudi dan kreatif dalam segala hal sesuai dengan amanah UUD 45.
Supervisor harus benar-benar paham mengenai tujuan, fungsi, prinsip-prinsip, metode, serta teknik supervisi agar memperoleh manfaat yang optimal berupa guru yang professional. Berbagai kendala yang terjadi dalam supervisi, sebagian besar disebabkan oleh kurangnya komunikasi antara guru dan supervisor, sehingga  respon guru terhadap adanya supervisi kurang maksimal dan cenderung dianggap sebagai suatu hal yang menegangkan pada saat di supervisi.
Supervisi yang baik akan menghasilkan pola kinerja yang baik, jika supervise dilakukan dengan cara dan metode yang benar pula, tentu ini menuntut pengetahuan yang benar pula bagi para supervisi dalam melaksanakan tugasnya.
4.2  Saran
Dari hasil kesimpulan diatas, penyusun dapat memberikan saran sebagai berikut:
  1. Pelaksanaan supervisi sebaiknya profesional dan supervisor menjalin komunikasi yang baik dengan pihak yang disupervisi agar tercipta hubungan kerjasama yang saling menunjang satu sama lain.
  2. Supervisor sebaiknya tidak hanya mencari kesalahan-kesalahan guru, melainkan dapat membina dan membantu mengatasi masalah guru agar paradigma guru yang menganggap supervisi sebagai suatu hal yang ditakuti oleh para guru dapat diubah.


DAFTAR PUSTAKA
Gunawan,Ary H.2002.Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro).Jakarta:PT Rineka Cipta
Kaluge,Laurens.2003.Sendi-Sendi Manajemen Pendidikan.Surabaya:UNESA University Press


PELAKSANAAN PROGRAM SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012
DISUSUN OLEH : TITIN SULISTIAWATI, S.Pd.
KEPALA SLB AYAHBUNDA
PENGESAHAN
Mengetahui dan mengesahkan Tanggal : …………………………………….
Pengawas SLB Provinsi Jawa Barat
Asep A.S. Hidayat, M.MPd
NIP.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami sampaikan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan pelaksanaan supervisi guru oleh kepala sekolah semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Laporan Pelaksanaan Supervisi ini merupakan salah satu wujud dari pelaksanaan kompetensi kepala sekolah sebagai supervisor yakni melakukan pemantauan, supervisi, mengevaluasi dan melakukan tindaklanjut dari pelaksanaan supervisi tersebut. Laporan ini berisikan pendahuluan, profil sekolah, program supervisi valuasi dan penutup dalam supervisi kepala sekolah. Kami menyadari pelaksanaan tugas yang tertuang dalam laporan supervisi ini masih jauh dari kesempurnaan. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan pada masa yang akan datang.
Bogor, Juli 2012
Kepala SLB Ayahbunda
 TitinSulistiawati, S.Pd

DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ………………………………………………………….. i
Kata Pengantar ………………………………………………………………… ii
Daftar Isi ………………………………………………………………………… iii
I. Pendahuluan
a. Latar Belakang …………………………………………….. 1
b. Tujuan ……………………………………………………….. 3
c. Sasaran ……………………………………………………… 3
II. Profil Sekolah …………………………………………………… 5
a. Visi …………………………………………………………….. 6
b. Misi ……………………………………………………………. 6
c. Tujuan ……………………………………………………….. 7
d. Pelaksanaan Program Supervisi Kepala sekolah Tahun 2011/2012 ……………………………………………. 7
III. Evaluasi
a. Deskripsi Hasil ……………………………………………….. 15
b. Pembahasan ………………………………………………….. 17
IV. Penutup a. Kesimpulan ……………………………………………………. 18
V. Daftar Pustaka …………………………………………………… 20
Lampiran ………………………………………………………………………… 21
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Dalam upaya menuju tercapainya tujuan pendidikan dengan baik, apakah itu tujuan Instruksional, tujuan ekstrakurikuler, maupun tujuan nasional, banyak faktor yang mempengaruhi dan berperan penting didalamnya, diantaranya supervisi-supervisi dalam tugas dan fungsi kepengawasan ditujukan kepada usaha memperbaiki situasi belajar mengajar, sehingga terciptanya proses interaksi yang baik antara pendidikan dengan peserta didik dalam usaha mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan.
Kepala sekolah mempunyai tugas yang sangat penting di dalam mendorong guru untuk melakukan proses pembelajaran untuk mampu menumbuhkan kemampuan kreatifitas, daya inovatif, kemampuan pemecahan masalah, berpikir kritis dan memiliki naluri jiwa kewirausahaan bagi siswa sebagai produk suatu sistem pendidikan.
1Kegiatan supervisi bukan mencari-cari kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan semata-mata kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki. Supervisi juga merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya lebih human, manusiawi.
2Secara semantik Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar dan belajar pada khususnya.
Tidak diragukan lagi keampuhan supervisi dalam meningkatkan kesadaran dan pemahaman pendidik dan tenaga kependidikan mengenai tugas dan fungsinya di sekolah, sehingga mereka mempunyai dedikasi dan loyalitas tinggi, tetapi supervisi dapat juga mengembangkan sumberdaya manusia (pendidik dan tenaga kependidikan).Apalagi berpegang pada prinsip supervisi yang konstruktif dan kreatif. Para pendidik dan tenaga kependidkan akan sungguh merasa terbina, merasa dalam suasana aman, sehingga lahirlah inisiatif, aktivitas, kreativitas dan inovasi dalam mengembangkan potensi mereka yang seoptimal mungkin dengan penuh tanggungjawab, yang pada akhirnya akan menghasilkan para pendidik yang berkualitas, karena itu pelaksanaan mekanisme supervisi harus dilakukan secara terprogram, teratur, terencana, dan kontinyu. Bertitik tolok dari uraian di atas maka koordinasi antara kepala sekolah dan pengawas mutlak dilakukan.

3B. Tujuan
1.    Memperoleh keadaan tentang keberhasilan dan masalah yangdihadapi oleh Guru, dan Tenaga Kependidikan dalampenyelenggaran KBM dan sekolah.
2.    Memberi masukan kepada Guru, Tenaga Kependidikan di sekolah, Pendidikan, Bupati dan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

C. Sasaran
1.    Tugas dan fungsiWakil Kepala Sekolah,Guru dalam upaya kualitas kerja dan peningkatan mutu pendidikan
2.    Pembuatan program, penjabaran kelender pendidikan, laporan terhadap semua perangkat/bidang tugas yang ada, dan lain-lain yang berhubungan dengan pengelolaan pembelajaran dalam upaya membangun mekanisme kerja di sekolah.
3.    Point 2, disampaikan dalam bentuk format, contoh-contoh dan makalah yang dipersiapkan oleh kepala sekolah, sehingga apa yang harus dilakukan dapat segera ditindak lanjuti oleh Wakil Kepala Sekolah, dan Guru.
4.    Kompetensi Guru, dan persyaratan sekolah untuk melaksanakan KTSP dengan berbasis karakter dalam Pelaksanaan KBM.
5.    4Beberapa upaya yang harus dilakukan dalam membangun kembali kultur guru yang diharapkan, sehingga tugas yang berat dalam meningkatkan mutu pendidikan dapat dilaksanakan dengan baik



BAB II
PROFIL SEKOLAH

Nama Sekolah                  : SLB Ayahbunda
Alamat Sekolah                 :
Jalan                      : Anggur Raya No. 5-6 Perum II
   Parungpanjang
Desa / Kec              : Parungpanjang
Kabupaten              : Bogor                  Kode Pos      : 16360
Provinsi                  : Jawa Barat
Telpon                   : 021 – 94353661 /  081386341482
Email                     : slbaybun@yahoo.co.id
Status Sekolah        : Swasta
Penyelenggara        : Yayasan Ayahbunda
Akta Notaris           : Nadira,SH. Akta tanggal 2 Agustus 2004 No. 1
Ijin Operasional      : No. 421.9/SK-5759-PLB
5tanggal 9 Agustus 2004
6          Kegiatan Pembelajaran      : Pagi Hari
          Status Bangunan               : Permanen (Milik Sendiri)
          Status Tanah                    : Hak Guna Bangunan No. 487
Desa                                : Lumpang
Kecamatan                       : Parungpanjang
          Kabupaten                        : Bogor                 
Kode Pos                         : 16360
          Provinsi                           : Jawa Barat
A.   Visi SLB Ayahbunda
“Membina anak menjadi aktif, kreatif, inovatif, produktif, mandiri dan berbudi pekerti”.
B.    Misi SLB Ayahbunda
1.      Mengutamakan kualitas pendidikan
2.      Meningkatkan kualitas pendidikan secara kontinyu
3.      Menjalin kerjasama dengan pemerintah dan masyarakat
4.      Meningkatkan kelengkapan sarana dan prasarana
pendidikan
5.      Partisipasi aktif orang tua, pendidik dan peserta didik.
C.   7Tujuan SLB Ayahbunda     
“ Mewujudkan lulusan SLB yang taqwa kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa dan berkarakter mulia yang aktif, kreatif, inovatif, produktif, mandiri.

D.   Pelaksanaan Program Supervisi Kepala Sekolah Tahun Pelajaran 2011/2012
Kepala sekolah mempunyai tugas yang sangat penting di dalam mendorong guru untuk melakukan proses pembelajaran untuk mampu menumbuhkan kemampuan kreatifitas, daya inovatif, kemampuan pemecahan masalah, berpikir kritis dan memiliki naluri jiwa kewirausahaan bagi siswa sebagai produk suatu sistem pendidikan.
Salah satu tugas kepala sekolah/madrasah adalah melaksanakan supervisi akademik. Untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal (Glickman, at al; 2007). Oleh sebab itu,  setiap kepala sekolah/madrasah harus memiliki dan menguasai konsep supervisi akademik yang meliputi: pengertian, tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip, dan dimensi-dimensi substansi supervisi akademik.
8Supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah/madrasah antara lain adalah sebagai berikut.
1.    Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan kecenderungan perkembangan tiap bidang pengembangan pembelajaran kreatif, inovatif, pemecahan masalah, berpikir kritis dan naluri kewirausahaan
2.    Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap bidang pengembangan di sekolah/madrasah atau mata pelajaran di sekolah/madrasah berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP.
3.    Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/ metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa.
4.    Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/ bimbingan (di kelas, laboratorium, dan/atau di lapangan) untuk mengembangkan potensi siswa.
5.    Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran.
6.    Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk pembelajaran.
9Kompetensi supervisi akademik intinya adalah membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Sasaran supervisi akademik adalah guru dalam melaksanakan pro­ses pembelajaran, yang terdiri dari materi pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP, pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran serta penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu, kegiatan ini  bertujuan untuk meningkatkan kompetensi supervisi akademik yang meliputi (1) Memahami konsep supervisi akademik; (2) membuat rencana program supervisi akademik; (3) menerapkan teknik-teknik supervisi akademik; (4) menerapkan supervisi klinis; (5) Melaksanakan tindak lanjut supervisi akademik.
1.   Konsep Supervisi Akademik
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al; 2007). Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja  guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?, apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas?, aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang bermakna bagi guru dan murid?, apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik?, apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakukan penilaian kinerja berarti selesailah pelaksanaan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan tindak lanjutnya berupa pembuatan program supervisi akademik dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.
2.   10Tujuan dan fungsi supervisi akademik
Tujuan supervisi akademik adalah:
a.    membantu guru mengembangkan kompetensinya,
b.    mengembangkan kurikulum,
c.    mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK) (Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 1987).
11Gambar tiga tujuan supervisi akademik sebagaimana dapat dilihat pada gambar di bawah ini.








Gambar 1.  Tiga tujuan supervisi akademik
Supervisi akademik merupakan salah satu (fungsi mendasar (essential function) dalam keseluruhan program sekolah (Weingartner, 1973; Alfonso dkk., 1981; dan Glickman, et al; 2007). Hasil supervisi akademik berfungsi sebagai sumber informasi bagi pengembangan profesionalisme guru.
3.   Antisipatif
a.    Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah.
b.    Sistematis, artinya dikembangan sesuai perencanaan program supervisi yang matang dan tujuan pembelajaran.
c.    Objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrumen.
d.    Realistis, artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya.    
e.    12Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi.
f.     Konstruktif, artinya mengembangkan kreativitas dan inovasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran.
g.    Kooperatif, artinya ada kerja sama yang baik antara supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran.
h.    Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh dalam mengembangkan pembelajaran.
i.     Demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademik.
j.     Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi.
k.    Humanis, artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor
l.     Berkesinambungan (supervisi akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh Kepala sekolah).
m.  Terpadu, artinya menyatu dengan dengan program pendidikan.
n.    Komprehensif, artinya memenuhi ketiga tujuan supervisi akademik di atas (Dodd, 1972)
4.   13Dimensi-dimensi subtansi supervisi akademik
a.        Kompetensi kepribadian.
b.        Kompetensi pedagogik.
c.        Kompotensi profesional.
d.        Kompetensi sosial.

14Jadwal Supervisi Kunjungan Kelas
No
Hari/Tgl
Nama Guru
Mata Pelajaran
Kelas/
Klp.
Jam ke
Pelaksana Supervisi
Keterangan
1.
Senin, 16-1-12
Ihat Muslihat,S.Pd.I.
Tematik
B
2-3
Kepala SLB Ayahbunda
Terlaksana
2.
Senin, 30-1-12
Yulia Fitri
Tematik
A
2-3
Kepala SLB Ayahbunda
Terlaksana
3.
Rabu, 8-2-12
Eva Sa’adah Noor
Tematik
I
1-2
Kepala SLB Ayahbunda
Terlaksana
4.
Kamis,16-2-12
Tati Herawati
Tematik
III
1-2
Kepala SLB Ayahbunda
Terlaksana
5.
Selasa,6-3-12
Titin Yuliati
Tematik
IV
1-2
Kepala SLB Ayahbunda
Terlaksana
6.
Selasa,13-3-12
Ermiyati
Mulok
VI
3-4
Kepala SLB Ayahbunda
Terlaksana
7.
Senin,19-3-12
Erminah
Tematik
II
2-3
Kepala SLB Ayahbunda
Terlaksana
8.
Selasa, 20-3-12
Irma Indah Sari
Tematik
V
1-2
Kepala SLB Ayahbunda
Terlaksana

Bogor, 9 Januari 2012
Kepala SLBAyahbunda

Titin Sulistiawati, S.Pd.


BAB III
EVALUASI

A.   Deskripsi Hasil
Dari pelaksanaan supervisi akademik SLB Ayahbunda didapatkan hasil-hasil sebagai berikut :
Guru yang disupervisi 8 orang
Pelaksanaan antara Januari 2012 sampai dengan Maret 2012
Mata pelajaran yang disupervisi adalah Tematik dan mulok
Kelas yang menjadi tempat supervisi adalah TKLB Kel. A dan TKLB Kel. B juga kelas 1 sampai kelas 6 SDLB
No
Nama Guru
Nilai
Temuan
Tindak Lanjut
1
Ihat Muslihat,S.Pd.I.
A
Kesulitan dalam pemahaman ABK
Adanya pelatihan atau IHT tentang ABK
2
Yulia Fitri
A
Kesulitan dalam pemahaman ABK
Adanya pelatihan atau IHT tentang ABK
3
Eva Sa’adah Noor
B
Kesulitan dalam bahan ajar dan alat peraga
Adanya pelatihan atau IHT tentang bahan ajar dan alat peraga untuk ABK
4
Tati Herawati
15C
Persiapan kurang memadai, kurang penguasaan ABK
Adanya pelatihan atau IHT tentang ABK dan pendalaman perangkat 16pembelajaran
5
Titin Yuliati
C
Persiapan kurang memadai, kurang penguasaan ABK
Adanya pelatihan atau IHT tentang ABK dan pendalaman perangkat pembelajaran
6
Ermiyati
C
Persiapan kurang memadai, kurang penguasaan ABK
Adanya pelatihan atau IHT tentang ABK dan pendalaman perangkat pembelajaran
7
Erminah
C
Persiapan kurang memadai, kurang penguasaan ABK
Adanya pelatihan atau IHT tentang ABK dan pendalaman perangkat pembelajaran
8
Irma Indah Sari
C
Persiapan kurang memadai, kurang penguasaan ABK
Adanya pelatihan atau IHT tentang ABK dan pendalaman perangkat pembelajaran


B.   17Pembahasan
Secara keseluruhan semua guru telah mendapatkan hasil yang baik,  dari hasil wawancara pra observasi didapat bahwa 100% guru telah siap untuk melaksanakan pembelajaran.
Untuk daftar periksa observasi didapatkan hasil secara umum semua guru telah membuat persiapan mengajar, dalam kegiatan pembelajaran belum seluruhnya dapat memberikan motivasi dan apersepsi, namun untuk kesiapan alat bantu dan media pembelajaran serta kesiapan bahan ajar 25% telah dapat dilaksanakan dengan baik. Dalam kegiatan pokok 50% telah dapat melakukan sebagian besar aspek yang diamati supervisor, 50% masih banyak kekurangan. Sedangkan dalam kegiatan penutup seluruh guru telah melaksanakan dengan baik.
Sedangkan pada bagian wawancara pasca observasi 75% guru dapat mengemukakan pendapatnya tentang observasi yang telah dilaksanakan, 25% belum dapat menganalisa secara baik  dikarenakan pengalaman mengajarnya yang belum banyak.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Supervisi meningkatkan kesadaran dan pemahaman pendidik dan tenaga kependidikan mengenai tugas dan fungsinya di sekolah, sehingga mereka mempunyai dedikasi dan loyalitas tinggi.
Supervisi merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh kepala sekolah sebagai bagian dari tugasnya sebagai supervisor, pelaksanaannya disesuaikan dengan waktu guru yang telah disepakati dengan jadwal supervisi sehingga pelaksanaannya dapat berjalan lancar dan mencerminkan pelaksanaan mengajar yang sesungguhnya tidak dibuat-buat.
Pogram dan pelaksanaan supervisi dipersiapkan dengan rapi dan teratur dan diharapkan dari hasil supervisi dapat menjadi pegangan dalam perbaikan pengajaran untuk guru yang bersangkutan.
Pelaksanaan supervisi di SLB Ayahbunda dapat terlaksana dengan baik dengan persiapan dan juga pelaksanaan yang didfukung oleh seluruh komponen sekolah.
18Hasil dari supervisi ini digunakan untuk memperbaiki kinerja dan juga pelaksanaan KBM agar dapat berjalan dengan baik di semester berikutnya.
19B. Saran
1. Pelaksanaan supervisi dijadwalkan dan dilaksanakan sesuai dengan
kondisi sekolah.
2. Guru harus mempersiapkan semua kelengkapan untuk pelaksanaan
supervisi.
3. Kepala sekolah dapat menjadikan hasil supervisi sebagai pegangan
dalam perbaikan kinerja guru dan sekolah.
4. Pelaksanaan supervisi tidak mengganggu proses pembelajaran dan
program pengajaran.






BAB V
DAFTAR PUSTAKA

APSI Pusat.2006, Instrumen Supervisi Akademis, Jakarta

Direktorat Tenaga Kependidikan. 2010. Supervisi Akademik.  Direktorat
          Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
          Kementerian Pendidikan Nasional

Dodd, W.A. 1972. Primary School Inspection in New Countries. London: Oxford University Press.

Glickman, C.D., Gordon, S.P., and Ross-Gordon, J.M. 2007.Supervision and Instructional Leadership A Development Approach. Seventh Edition. Boston: Perason.

Gwynn, J.M. 1961. Theory and Practice of Supervision. New York: Dodd, Mead & Company.

Robbins, S.P.2008. The Truth about Managing People.Second Edition. Upper Sadle River, New Jersey: Pearson Education, Inc.

Sergiovanni, T.J. 1982. Supervision of Teaching.Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development.

Sullivan, S. & Glanz, J. 2005.Supervision that Improving Teaching Strategies and Techniques.Thousand Oaks, California: Corwin Press.

20Verma, V.K. 1996. The Human Aspects of Project Management Human Resources Skills for the Project Manager.Volume Two. Harper Darby,PA: Project Management Institute.



21Lampiran
Format-format yang digunakan
A.   Panduan Wawancara Pra Observasi
B.    Daftar Periksa Observasi
C.   Panduan Wawancara Pasca Observasi




[1]M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran cet ke X (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 8
[2]Ibid., hlm. 9
[3]Hikmat, Manajemen Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 298
[4]Harian Pikiran Rakyat edisi 26 Juni 2006, hlm. 12
[5]Ibid., hlm. 10
[6]Hikmat, Manajemen Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 294
[7]Ibid., hlm. 295
[8]Elliot W. Eisner, The Education Imagination (New York: Cooler Mc Milan Publisher, 2009), hlm. 198.
[9]Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik (Jakarta: Grasindo, 2005), hlm. 8
[10]Anas Sudiyono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 10
[11]Ibid.
[12]Ibid.
[13]Ibid., hlm. 11
[14]Ibid., hlm. 12
[15]Ibid.
[16]Ibid, hlm. 8
[17]Anas Sudiyono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 10
[18]M. Chabib Thaha, Teknik Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Grafindo, 2008), hlm. 13
[19]Ibid.
[20]Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan (Yogyakarta: Gava Media, 2011), hlm. 11
[21]Har. L. Douglas, Democratic Supervision Secondary Schools (Cambridge: The Riverside Press, 2007)  hlm. 2-3
[22]Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan (Yogyakarta: Gava Media, 2007), hlm. 27 
[23]Ibid.
[24]Ibid., hlm. 28
[25]Admadipura, MBS Perbesar Potensi Ekonomi Sekolah? Kompas, 15 Desember 2003
[26]Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Buku 1. 2006), hlm. 10
[27]Suparman, Manajemen Pendidikan Masa Depan (Artikel, Jakarta; Dikti Depdiknas, 2005), hlm. 2
[28]http://www.smanichibangli.sch.id/visi-a-misi-sekolah.html
., diakses pada hari Senin, 09 April 2012
[29]William Dersal, Prinsip dan Teknik Supervisi Dalam Pemerintahan dan Perusahaan (Jakarta: Bhatara Karya Akasara, 2008), hlm. 27
[30]Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk Pelaksanaan Supervisi Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2008)
[31]James Marks, Hand Book Educational Supervition (Boston: Alin and Bacon Inc, 2005), hlm. 76
[32]Ibid, hlm. 35
[33] Ngalim Purwanto, Muhammad, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan  (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 87
[34]Ibid.
[35]Ibid.
[36]Djam’an. Analisis Kebijaksanaan Dalam Konteks Desentralisasi Dan Otonomi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 31
[37]Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), hlm. 16
[38][38]Depdiknas, Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (Jakarta: tp., 2009), hlm. 19
[39]Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), hlm. 17
[40]Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), hlm. 19
[41][41]Penjelasan atas aturan pemerintah RI no 19 tahun 2005 tetang standar pendidikan nasional
[42]Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), hlm. 19
[43]Mukhtar dan Widodosuparto, Manajemen Berbasis Sekolah (Jakarta: Misaka Galiza, 2003), hlm. 34
[44]Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), hlm. 19
[45]Ibid., hlm. 19
[46]Edward Salim, Total Quality Management in Education (London: Kogan Page Limited, 1993), hlm. 110-111. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar