Selasa, 20 Oktober 2015

Makalah Budaya Organisasi Dalam Islam

Makalah Budaya Organisasi Dalam Islam

Oleh: Sumanto, S.Pd.I,M.Pd.I
BAB I
PENDAHULUAN
                  
            Adalah Allah Swt Dzat Yang Maha Sempurna dalam penciptaan dan pengaturanya (Al Khaliq, Al Mudabbir) alam, manusia dan kehidupan. Dialah yang menciptakan sistem kehidupan ini tidak cacat dan tidak pula bathil sedikitpun. Hal ini sebagaimana firman-Nya dalam Al Qur’an surat Ali ’Imran ayat 191: ربنا ما خلقت هذا باطلا سبحنك فقنا عذاب النار  (Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau maka peliharalah kami dari siksa neraka”.
          Dan, diantara kesempurnaan penciptaan-Nya adalah terciptanya sistem organisasi alam, manusia dan kehidupan (al kaun, al insan, al hayah). Terhadap penciptaan alam, demikian sempurnanya sistem tata surya, makro kosmos hingga mikro kosmos. Dalam tata surya, Allah Swt telah menciptakan sistem pengorganisasian yang luar biasa bagaimana ciptaan itu berstatus dan berperan sesuai garis edarnya masing-masing sehingga tidak bertabrakan. Hal ini sebagaimana firman-Nya dalam surat Yasin ayat 38 yang artinya : “dan matahari berjalan di tempat peredaranya. Demikian ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”.
          Demikian halnya terhadap penciptaan manusia, terdapat sebuah sistem yang demikian dahsyatnya. Tubuh sebagai suatu sistem tersusun dari sub-sistem anggota tubuh dengan super kerumitanya. Jika dalam diri manusia antar lain terdapat mata, hidung, telinga, kaki, syaraf, darah, otak, jantung, dsb...semuanya sebagai suatu sistem tubuh yang memiliki fungsi masing-masing dan terorganisasi secara sempurna hingga menghasilkan sosok manusia yang sempurna. Di sini, jika dicermati maka terdapat fungsi organizing sehingga menghasilkan output super sempurna tiada tara.[1]
          Selanjutnya, ketika Allah Swt menciptakan realitas gharizah atau naluri dalam diri manusia sebagai makhluk sosial, maka ketika itu pula Allah Swt. melengkapi aturan main dalam bentuk syariah Islam. Dalam tataran implementatif, ketika manusia tercipta sebuah kebutuhan hidup dan dorongan bagaimana upaya pemenuhanya maka terjadilah interaksi sosial yang saling berperan. Di sinilah fungsi manajemen perilaku manusia secara naluriah akan dibutuhkan. Di sini berlakulah konsepsi Planning, Organizing, Actuiting, dan Controling.























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Budaya Organisasi dalam Islam
Di dalam Islam Budaya merupakan norma, aturan atau nilai-nilai yang harus di patuhi dan dilaksanakan oleh organisasi, selama norma dan aturan tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Islam (Al-Qur’an dan Al-hadits.
         Pengorganisasian atau organizing secara alamiah merupakan fase kedua (setelah planning) Disamping secara faktual, dalam tataran syariah dari setiap sistem organisasi besar atau sekecil apapun. Dikatakan secara alamiah sebab fakta organizing tersebut secara logical ataupun factual berlaku dimanapun dan kapanpun walaupun dalam bentuk sederhana. [2]Semua ini merupakan sistem penciptaan Allah Swt yang bersifat intangible (ada fakta sekalipun tidak bisa diraba). Kalaulah seandainya terdapat organisasi yang tidak menjalankan fungsi organizing (sekalipun terdapat planning yang komprehensif) maka tidak akan pernah berjalan atau berhasil secara optimal melainkan hanya unsur kebetulan.        Hal tersebut  dapat diambil dari nash Al Quran ataupun ketauladanan Rasulullah Saw dalam berperilaku. Secara nash, Allah swt berfirman dala Al Qur’an surat  ash-Shaff ayat 4 :[3]
إن الله يحب الذين يقاتلون في سبيله صفا كأنهم بنيانا مرصوص
 Artinya : Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
          Demikian halnya firman Allah Swt dalam Al Qur’an surat At Taubah ayat 71 : Artinya : Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
          Jadi, setidaknya dua ayat dari dua surat tersebut memberikan pelajaran bagi kaum muslimin terhadap urgensinya sebuah pengorganisasian untuk mencapai tujuan. Ayat tersebut turun dari Allah Dzat yang Maha Pencipta, Pengatur dan Maha Tahu sehingga memberikan pengajaran pada kaum muslim sebagai sebuah syariah kehidupan. Dan, realitasnya benar adanya tanpa organisasi maka apapun tidak akan berjalan, bahkan justru kegagalan.

          Bahkan dalam buku Manajemen Syariah dalam Praktek yang disusun oleh Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc dan Hendri Tanjung, S.Si., M.M) mengatakan  bahwa sahabat Ali Bin Abi Thalib menggambarkan bahwa kebatilan yang diorganisir dengan rapi akan dapat mengalahkan perkara yang haq namun tidak diorganisir dengan baik.

)   الحق بلا نظام يغلبه الباطل بنظام   (

          Demikian halnya, jika dicermati, Rasulullah Saw senantiasa melaksanakan fungsi pengorganisasian dalam menjalankan aktivitas hidupnya, termasuk ad da’wah. Dalam sebuah kitab Ad Daulah Al Islamiyah terdapat bab antara lain : nuqthatul ibtidak, takatul ash shahabat, inthilaqud da’wah, tausi’ majalud da’wah, bai’atul ’aqabah al awwal, bai’atul ’aqabah stani, qiyamud da’watul Islamiyyah, binaul mujtama’, badaul qital, al hayah fil madinah, ghazwah badar, ghazwah khaibar, dsb. Semuanya itu dapat dilaksanakan dan berhasil dipastikan adanya sistem pengorganisaian yang sistematis.
          Selanjutnya, dalam urusan politik pemerintahan (riayah syuunil ummah), bagaimana Rasulullah Saw mengurus negara yang di dalamnya mengurus seluruh aspek kehidupan (sosial, ekonomi, pendidikan dan kebudayaan, dsb). Dalam kitab Ajhizah Daulah al Khilafah terdapat sistem organisasi struktur pemerintahan antara lain : al Khalifah, al mu’awin, wuzarut tanfidz, al wulat, al jihad, amirul jihad—dairatul harbiyyah, al amnud dakhily, al kharijiyah, ash-shina’ah, al qadlak, al jihazul idaary (mashalihunnas), al i’lam, majlis syura (ash-syura wal muhasabah).[4]
          Sebenarnya sangat banyak literatur Islam yang menjelaskan kerangka manajemen pengorganisasian untuk fokus suatu urusan kehidupan. Diantara literatur lain adalah an Nidlomul Iqtishady Fil Islam, atau Al Amwal fid Daulatil Khilafah yang diterbitkan oleh Hizbut Tahrir (sebuah partai politik Islam Internasional yang concern dan konsisten berjuang mengembalikan Khilafah dan Syariah Islam sebagai ideologi dunia).
B.     Pengertian Pengorganisasian

          Secara lughah atau bahasa, ”pengorganisasian” berasal dari kata ”organisasi” yang diserap dari bahasa inggeris. Sementara itu, organisasi dalam konteks bahasa arab sering disebut dengan istilah ”an-Nidzam” bentuk kalimat ismun marfu’un yang ma’rifat dengan penujukkan pasti sistem atau aturan.[5]
         
C.    Prinsip Pengorganisasian
          Dalam upaya memastikan bahwa organisasi memiliki sistem dan target pencapaian sasaran dan tujuan maka perlu difahami sejumlah prinsip. Dalam bukunya Pengantar Manajemen Syariah yang ditulis oleh M. Karebet Widjayakusuma mengatakan bahwa terdapat tujuh prinsip suatu organisasi sebagai berikut. Dengan hanya mengambil ketujuh pointer, kami mencoba mempertajamnya sebagai berikut.[6]
  • Perumusan Tujuan. Organisasi harus menetapkan tujuan yang hendak dicapai yang bersifat fokus, spesifik, terukur, target waktu, memiliki nilai manfaat di sisi Allah Swt. Dalam sebuah kitab Sur’atul Badihah dikatakan bahwa ciri seseorang yang berfikir serius (fikrun jiddiyyah) adalah ditetapkanya tujuan yang kongrit dan tergambar pasti (tashwirul maadah)
  • Kesatuan Arah. Organisasi harus memiliki konsistensi dan komitmen sejak dari pimpinan hingga anggota/bawahan. Pimpinan berkewajiban mengurus, mengarahkan, melindungi, dsb. Sementara anggota/bawahan wajib mendengarkan dan mentaatinya. Hal ini sebagaimana kepemimpinan Rasulullah Saw dan para Khulafaurrasyidin. Rasulullah saw pernah mengatakan bahwa : Sesungguhnya pimpinan adalah laksana perisai, tempat orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya (HR. Muslim).
          Bahkan terdapat hadits lain yang mengatakan : Siapa saja yang telah membaiat seseorang imam/khalifah serta telah memberikan genggaman tanganya dan buah hatinya, maka hendaknya ia mentaatinya sesuai kemampuanya. Lalu jika datang orang yang hendak merebut kekuasaanya, maka penggalah leher (bunuhlah) orang itu (HR.Muslim)
          Jadi, pengorganisasian akan berjalan lancar jika adanya prinsip komitmen dan konsistensi dan sama-sama taan asas baik pimpinan ataupun anggota.
D.    Pembagian Kerja
          Organisasi dapat berjalan jika terdapat kejelasan dalam struktur organisasinya dan job deskripsinya. Prinsip ini sudah ada sejak zaman para Nabi terdahulu termasuk Rasulullah Muhammad Saw. hingga saat ini. Bahkan dalam Al Qur’an surat az-Zuhruf ayat 32 Allah Swt berfirman :
أهم يقسمون رحمت ربك نحن قسمنا بينهم معيشتهم في الحياة الدنيا ورفعنا بعضهم فوق بعض درجات ليتخذ بعضهم بعضا سخريا ورحمت ربك خير م ما يجمعون
Artinya : Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? kami Telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami Telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.
          Dalam sebuah kitab Ajhizah Daulah Khilafah dikatakan bahwa Rasulullah Saw telah menetapkan struktur organisasi untuk menentukan penempatan SDM dengan jabatan dan pembagian pekerjaan. Dikatakan dalam kitab tersebut bahwa Rasulullah Saw telah mengangkat sahabat Abu Bakar untuk mengurus ibadah haji. Sementara Sahabat Umar diangkat Rasul untuk menarik zakat.[7]
          Fenomena tersebut sudah merupakan bentuk manajemen SDM bagaimana Rasulullah mengangkat SDM yang kredibel sesuai soft kompetensinya, dan menetapkan jabaran pekerjaanya. Jika dibandingkan dengan sistem manajemen di abad 21 ini bentuk struktur, job deskrips, job analisis, dst didokumentasikan.

E.     Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab
          Organisasi dapat mencapai target dan sasaran  jika berjalanya fungsi pendelegasian wewenang. Dalam konsepsi Islam terdapat pemikiran yang sangat cerdas, dimana ketika seseorang diangkat menjadi pemimpin maka pada hukum asalnya (ashluhu) dia bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap uraian pekerjaan yang telah diamanhkanya, sejak dari hulu hingga hilir, termasuk menetapkan kebijakan hingga peran office boy.[8]
          Hanya persoalanya, jika seorang pemimpin tersebut tidak mampu menjalankan amanahnya yang demikian besar, maka ia memiliki wewenang untuk mendelegasikan kepada seseorang melaksanakan fungsi suatu pekerjaan hingga tuntas. Dalam konteks ini terdapat hadits yang sanagt populer dimana Rasulullah Saw mendelegasikan wewenang pemerintahanya dengan mengangkat sahabat Muadz Bin Jabal menjadi wali (setingkat gubernur) di kota Yaman.
          Fakta tersebut dapat dijadikan istinbath hukum bagaimana sistem manajemen dilakukan terutama dalam hal pendelegasian wewenang dan tanggung jawab seorang pemimpin. 

F.     Koordinasi
          Oraganisasi dapat berjalan efektif jika terdapat fungsi koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam sistem ataupun dengan pihak di luar sistem. Hal ini sangat wajar, sebab realitas organisasi hampir dipastikan terdapat struktur lini yang memiliki persamaan level. Mereka harus menjadil kerjasama untuk mencapai tujuan. Misalnya, General Manager dapat sukses jika seluruh manajer di bawahnya bergerak saling mendukung, mislanya manajer pemasaran, produksi, logistik, dsb. Jika terdapat satu manajer yang menghalangi koordinasi maka gagal seluruh target organisasi.[9]

G.    Rentang Manajemen
          Organisasi dapat berjalan sukses jika penempatan tanggung jawab terhadap timnya secara terukur. Misalnya, seorang supervisor hanya bertanggung jawab terhadap pekerjaan 10 orang di bawahnya. Prinsip ini sangat logis sebab manusia memiliki keterbatasan kompetensinya.

H.    Tingkat Pengawasan
          Organisasi dapat efektif jika terdapat mekanisme controling atau pengawasan yang disusun dan dijalankan secara konsisten. Banyak pekerjaan menjadi gagal jika monitoring lemah. Dalam pandangan Islam, pimpinan memiliki wewenang penuh terhadap fungsi monitoring dengan berbagai metode dan tekniknya.[10] Pada era kekhilafahan Islam, kepala negara acapkali melakukan sidak ke lapangan untuk memastikan efektifitas pendelegasianya. Hal ini berpijak pada hadits shohih yang mengatakan bahwaكلَ كُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِه ”setiap kamu adalah pemimpin dan kelak akan dimintai pertanggungan jawab atas kepemimpinanya”.
          Hal ini berbeda sekali dengan sistem di luar syariah Islam, dimana monitoring hanya dilaksanakan secara formalitas. Kalaulah pimpinan melakukan sidak atau inspeksi mendadak hampir dipastikan adanya pembocoran terlebih dahulu di palangan agar citra pejabat tersebut tetap baik dimata publik, bukan dalam pandangan Allah Swt.

I.       Struktur dan Bentuk Organisasi
          Sebagaimana dikatakan di atas bahwa Islam sangat mengajarkan adanya kepastian struktur organisasi sebagai mana tercantum dalam Al Qur’an surat az-Zukhruf ayat 32 :
أهم يقسمون رحمت ربك نحن قسمنا بينهم معيشتهم في الحياة الدنيا ورفعنا بعضهم فوق بعض درجات ليتخذ بعضهم بعضا سخريا ورحمت ربك خير م ما يجمعون
Artinya : Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? kami Telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.[11]
          Dengan adanya struktur organisasi maka sistem sosial akan berjalan secara lancar. Dapat dibayangkan jika Allah tidak memperkenalkan dan mengajarkan struktur organisasi pada manusia maka kehidupan menjadi tidak dinamis. Wallahu a’lam. Hanya saja secara kaidah fakta, struktur organisasi yang membuat dunia dinamis dan bergerak maju. Andaikan di tengah organisasi yang didirikan semua mengklaim menjadi pimpinan, atau sebaliknya jika seluruhnya  menyatakan dirinya hanya sebagai karyawan yang dipimpin maka dijamin organisasi tersebut tidak akan pernah berjalan.[12]
          Kiranya pemilihan model struktur organisasi tersebut adalah perkara mubah yang boleh diambil sesuai keyakinanya pada founders-nya. Hanya rambu-rambu syariahnya secara global yang perlu menjadi acuan. Sebab Rasulullah Saw ketika ditanya seseorang tentang bagaimana cara mengkawinkan kurma, beliau hanya menjawab : antum a’lamu bi umuriddunyakum (kalian lebih mengetahui dengan urusan duniamu).
          Setelah adanya struktur organisasi, pada umumnya pihak pimpinan atau manajemen SDM akan menentukan job deskripsi ataupun lainya. Atau, dalam hal ini lebih luas menyangkut dunia manajemen SDM antara lain : Persoalan manajemen SDM tersebut dilakukan dengan prinsip ilmu dan seni atau Science and Art sepanjang sesuai rambu-rambu syariah. Misalnya, dalam masalah penggajian dikatakan dalam hadits berikan upahnya sebelum kering keringatnya. Sementara dalam organisasi kapitalis, acapkali karyawan tidak dibayar sebab uang kantor masih dipakai membeli asset. Inilah yang membedakan dengan sistem manajemen selain Islam yang acapkali hanya mengacu hawa nafsu semata.[13]
J.      Musyawarah dalam Segala Hal
Dalam mengambil suatu keputusan hendaknya sebuah organisasi melakukan musyawarah terlebih dahulu untuk mencapai mufakat dan tujuan bersama, sebagimana yang telah di contohkan oleh Nabi Muhammad SAW, dan sejalan dengan Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah As-Syuurah : 38
... وامرهم شورى بينهم....
Artinya: sedang urusan mereka (diputuskan) dengan Musyawarah antara mereka.
K.    Manfaat Organisasi
Sementara manfaat dari adanya organisasi adalah:[14]
1.      Organisasi sebagai penuntun pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan akan lebih efektif dengan adanya organisasi yang baik.
2.       Organisasi dapat mengubah kehidupan masyarakat. Jika organisasi itu di bidang pendidikan, maka akan turut mencerdaskan masyarakat serta membimbing masyarakat agar tetap menerapkan nilai-nilai ajaran Islam.
3.      Organisasi menawarkan karier. Karier berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan. Jika kita menginginkan karier untuk kemajuan hidup, berorganisasi dapat menjadi solusi.
4.      Organisasi sebagai cagar ilmu pengetahuan. Organisasi selalu berkembang seiring dengn munculnya fenomena-fenomena organisasi tertentu. Peran penelitian dan pengembangan sangat dibutuhkan sebagai dokumentasi yang nanti akan mengukir sejarah ilmu pengetahuan.
5.      Dalam ajaran Islam, juga diperlukan organisasi. Rasulullah SAW bersabda bahwa Shalat berjama'ah lebih utama daripada shalat sendirian 27 derajat.
Hadis ini mengisyaratkan tentang:
a.       Keutamaan shalat berjamaah
b.      Aplikasinya dalam kehidupan bermasyarakat bahwa hidup secara berjamaah atau berorganisasi dengan dipimpin oleh seorang pemimpm/imam lebih besar keuntungannya dari¬pada tanpa berorganisasi atau berjamaah.
            Begitu pula pernyataan Ali bin Abi Thalib: "al-haqqu bila nizhamin sayaghlibuhu al-bathil bi nizhamin", (Kebenaran yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir). Pernyataan ini menunjukkan begitu pentingnya organisasi untuk mewujudkan suatu tujuan, termasuk dalam menerapkan kebenaran.







BAB III
KESIMPULAN

            Dalam konteks bahasa arab organisasi sering disebut dengan istilah ”an-Nidzam” bentuk kalimat ismun marfu’un yang ma’rifat dengan penujukkan pasti sistem atau aturan.
            Organisasi dapat efektif jika terdapat mekanisme controling atau pengawasan yang disusun dan dijalankan secara konsisten. Banyak pekerjaan menjadi gagal jika monitoring lemah. Dalam pandangan Islam, pimpinan memiliki wewenang penuh terhadap fungsi monitoring dengan berbagai metode dan tekniknya.
            Oraganisasi dapat berjalan efektif jika terdapat fungsi koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam sistem ataupun dengan pihak di luar sistem. Hal ini sangat wajar, sebab realitas organisasi hampir dipastikan terdapat struktur lini yang memiliki persamaan level. Mereka harus menjadil kerjasama untuk mencapai tujuan. Misalnya, General Manager dapat sukses jika seluruh manajer di bawahnya bergerak saling mendukung, mislanya manajer pemasaran, produksi, logistik, dsb. Jika terdapat satu manajer yang menghalangi koordinasi maka gagal seluruh target organisasi.












DAFTAR PUSTAKA

Akkas, M. Amin, "Potret Kepemimpinan dalam Masyarakat Madani", dalam Nurcholish Madjid et.al., Kehampaan Spiritual Masyarakat Modern, Jakarta: Mediacita, 2000
Atmosudirdjo, Prajudi, Dasar-dasar Ilmu Administrasi Umum, Jakarta: Galia Indonesia, 1982
Hasibuan, Malayu S.P., Organisasi dan Motivasi; Dasar Peningkatan Produktivitas, Jakarta: Bumi Aksara, 2007, cet. ke-5
al-Hasyimi, Sayid Ahmad, Mukhtarul Ahadits an-Nabawiyah, Penj. Mahmud Zaini, Jakarta: Pustaka Amani, 1995
Khaldun, Abdurrahman Ibn, Muqaddimah Ibn Khaldūn; wa Hiya Muqaddimah al-Kitāb al-Musamma Kitāb al-Ibar wa Dīwān al-Mubtada’ wa al-Khabar fī Ayyām al-Arb wa al-‘Ajam wa al-Barbar wa Man ‘Āsharahum min Dzawī al-Sulthān al-Akbar, Beirut: Dar al-Kitab al-Ilmiyah, 1993
Rivai, Veithzal, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2003
Siagian, Sondang P., Teori Pengembangan Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2007 cet. ke-5
Winardi, J., Teori Organisasi dan Pengorganisasian, Jakarta: Rajawali Press, 2006
_______, Manajemen Perilaku Organisasi, Jakarta: Kencana, 2007, cet. ke-2, edisi revisi




            [1] Hasibuan, Malayu S.P., Organisasi dan Motivasi; Dasar Peningkatan Produktivitas, Jakarta: Bumi Aksara, 2007, cet. ke-5

                [2] Ndraha, Taliziduhu, Budaya Organisasi, Jakarta: Rineka Cipta, 2003
                [3] Al-qur’an dan Terjemahan, Mekah ; Saudi Arabia
                [4] Khaldun, Abdurrahman Ibn, Muqaddimah Ibn Khaldūn; wa Hiya Muqaddimah al-Kitāb al-Musamma Kitāb al-Ibar wa Dīwān al-Mubtada’ wa al-Khabar fī Ayyām al-Arb wa al-‘Ajam wa al-Barbar wa Man ‘Āsharahum min Dzawī al-Sulthān al-Akbar, Beirut: Dar al-Kitab al-Ilmiyah,
                [5] al-Hasyimi, Sayid Ahmad, Mukhtarul Ahadits an-Nabawiyah, Penj. Mahmud Zaini, Jakarta: Pustaka Amani, 1995
                [6] Winardi, J., Teori Organisasi dan Pengorganisasian, Jakarta: Rajawali Press, 2006
            [7] al-Hasyimi, Sayid Ahmad, Mukhtarul Ahadits an-Nabawiyah, Penj. Mahmud Zaini, Jakarta: Pustaka Amani, 1995
            [8] Hasibuan, Malayu S.P., Organisasi dan Motivasi; Dasar Peningkatan Produktivitas, Jakarta: Bumi Aksara, 2007, cet. ke-5

            [9] Rivai, Veithzal, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2003
                [10] Atmosudirdjo, Prajudi, Dasar-dasar Ilmu Administrasi Umum, Jakarta: Galia Indonesia, 1982
                [11] Al-qur’an dan Terjemahan, Mekah ; Saudi Arabia
[12]          _______, Manajemen Perilaku Organisasi, Jakarta: Kencana, 2007, cet. ke-2, edisi revisi

            [13] Akkas, M. Amin, "Potret Kepemimpinan dalam Masyarakat Madani", dalam Nurcholish Madjid et.al., Kehampaan Spiritual Masyarakat Modern, Jakarta: Mediacita, 2000
            [14] Hasibuan, Malayu S.P., Organisasi dan Motivasi; Dasar Peningkatan Produktivitas, Jakarta: Bumi Aksara, 2007, cet. ke-5

3 komentar: