MAKALAH
ETOS KERJA DALAM ISLAM
O l e h:
SUMANTO
Nim: DMP.
14.110
PASCASARJANA
MAJEMEN
PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2015
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Era globalisasi merupakan era yang penuh dengan
tantangan, termasuk bagi suatu organisasi atau institusi, yakni adanya
persaingan yang sangat ketat antar organisasi. Organisasi dan institusi
dituntut untuk mampu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini, dan
semua itu dapat dilakukan oleh organisasi yang didukung oleh kualitas
sumberdaya manusia yang memadai.
Kualitas sumberdaya manusia yang tinggi akan sangat
menunjang dalam pencapaian tujuan organisasi, sebab manusialah yang merupakan
pengelola, pengatur dan penggerak aktivitas sumberdaya yang lain dalam suatu
organisasi. Sehingga diperlukan instrumen, pola, atau pendekatan dalam
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.
Pendekatan dalam upaya peningkatan kualitas
sumberdaya manusia bisa melalui pendekatan psikologi dan organisasi, budaya
serta agama.
Islam sebagai salah satu agama samawi, telah
menekankan kepada ummat untuk bekerja. Sebagaimana sabdanya” bekerjalah untuk
duniamu seakanakan kamu hidup selamanaya dan beribadahlah untuk akhiratmu
seakan-akan kamu mati besok”. Mangkunegara (2005:06) berpendapat sebenarnya
kitab suci Al-Qur’an dari agama Islam juga mengajarkan unsur-unsur tersebut
seperti manusia harus bekerja keras (Al-Qur’an surat Al-Qashash:77;
Al-Jumu’ah:11; At-Taubah:105; bekerja merupakan ciri mukmin yang sukses
(Al-Mukminun:3); Islam mengangkat nilai kerja (Al-Baqoroh:110; An-Nahl:97);
Islam melarang berusaha secara batil (An-Nisa’:29); Allah SWT tidak merubah
nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri berusaha keras untuk merubahnya
(Ar-Ra’du:11).
Selanjutnya Tasmara (2002:16)[1]
berpendapat bahwa dengan etos kerja yang bersumber dari keyakinan Al-Qur’an ada
semacam keterpanggilan yang sangat kuat dari lubuk hatinya, untuk menunjukkan
hasil kerja kerasnya yang berkualitas.
PEMBAHASAN
Al-Qur’an
dan Etos Kerja Islami
1.
Pengertian Etos Kerja Islami
Menurut Tasmara (2002:15), secara etimologis, kata
etos kerja itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, yakni ethos yang
berarti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu.
Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga dimiliki oleh kelompok
bahkan masyarakat.
Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh
budaya serta sistem nilai yang diyakininya. Adapun kata kerja, dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia,artinya adalah kegiatan melakukan sesuatu.
Menurut El-Qussy, seorang pakar Ilmu Jiwa berkebangsaan Mesir, kerja merupakan
aktivitas yang disengaja, bermotif dan bertujuan, biasanya terikat dengan
penghasilan atau upaya memperoleh hasil, baik bersifat materil maupun non
materiil.
Kata etos kerja, menurut Mochtar Buchori dalam
Asifudin (2004:27) dapat diartikan sebagai sikap dan pandangan terhadap kerja,
kebiasaan kerja, ciri-ciri atau sifat-sifat mengenai cara kerja yang dimiliki
seseorang, suatu kelompok manusia atau suatu bangsa. Ia juga menjelaskan bahwa
etos kerja merupakan bagian tata nilai baik individu, masyarakat atau bangsa
itu sendiri.
Sedangkan menurut Tasmara (2002:9), etos kerja
adalah totalitas kepribadian diri serta cara mengekspresikan, memandang,
meyakini, dan memberikan makna pada sesuatu yang mendorong dirinya untuk
bertindak dan meraih amal yang optimal.
Adapun yang dimaksud dengan etos kerja islami itu
sendiri, menurut Asifudin (2004:234)[2]
merupakan karakter dan kebiasaan manusia berkenaan dengan kerja, terpancar dari
sistem keimanan/aqidah Islam yang merupakan sikap hidup mendasar terhadapnya.
Menurut Tasmara (2002:26), etos kerja islami adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh,
dengan mengerahkan seluruh aset, pikiran, dan zikirnya untuk mengaktualisasikan
atau menampakan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukan dunia dan
menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (khairul
ummah) atau dengan kata lain dapat juga kita katakan bahwa hanya dengan
bekerja manusia itu memanuisakan dirinya.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa etos kerja islami adalah karakter atau kebiasaan manusia
dalam bekerja yang bersumber pada keyakinan/aqidah Islam dan didasarkan pada
Al-Qur’an dan Sunnah. Manusia bekerja bukan hanya motif mencari kehidupan dunia
tetapi bekerja merupakan perintah dari agama.
2.
Al-Qur’an dan Etos Kerja Islami
Menurut Ahmad (2001:16)[3]
Islam adalah agama yang menghargai kerja keras. Kenyataan ini dapat terlihat
dari serangkaian firman Allah dalam Al-Qur'an yang sangat menekankan arti
penting, diantaranya :
قل ياقوم اعملوا على مكانتكم
اني عامل فسوف تعلمون
"Katakanlah, hai
kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu,sesungguhnya Aku akan bekerja (pula)
maka kelak kamu akan mengetahui. " (Q.S.
Az Zumar : 39),
Menurut Ahmad (2001:17) Islam tidak hanya
memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja, namun manusia juga diperintahkan
untuk mencari rezeki di bumi.
Etos kerja islami itu sendiri berasal dari Al-Qur'an
dan Hadits Nabi Muhammad SAW, yang mengajarkan bahwa dengan bekerja keras yang disebabkan
karena telah berbuat dosa akan diampuni oleh Allah SWT dan tidak ada makanan
yang lebih baik dibandingkan apa yang dimakan dari hasil jerih payahnya atau
kerja kerasnya. Etos kerja islami memberikan pandanganmengenai dedikasi yang
tinggi dalam bekerja keras sebagai sebuah kewajiban yang wajib. Usaha yang
cukup haruslah menjadi bagian dari kerja yang dilakukan seseorang, yang
terlihat sebagai kewajiban individu yang cakap (Tasmara, 2002:25).
Menurut Tasmara (2002:26), etos kerja islami
menekankan pada kerja sama dalam bekerja, dan konsep konsultasi yang terlihat
sebagai jalan untuk mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan.
Hubungan sosial dalam bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan
kebutuhan seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan
kehidupan sosial.
Etos
kerja islami memberikan tekanan pada kerja yang rata-rata dapat membantu
pertumbuhan atau kemajuan personal, penghargaan terhadap diri sendiri atau
orang lain, kepuasan kerja, dan pemberdayaan diri. Selain itu tekanan untuk
bekerja secara kreatif dapat sebagai sumber dari kesenangan dan prestasi.
Bekerja keras dipandang sebagai kebaikan, dan barang siapa yang bekerja keras
maka akan lebih mungkin mendapatkan kemajuan dalam hidupnya dan sebaliknya,
jika tidak mau bekerja keras maka akan dipandang sebagai penyebab kegagalan
dalam hidup.
Menurut Ali
(1989:515), dinyatakan bahwa nilai kerja di dalam etos kerja islami didapatkan
dari maksud yang mengiringinya pada hasil dari kerja itu.
Dalam hal ini penekanan terdapat dalam keadilan dan
kedermawanan di dalam tempat kerja yang merupakan suatu kondisi yang penting
untuk kesejahteraan karyawan dengan gaji yang layak diterimanya.
Menurut Nashir (1989:515), bekerja keras sebagai bentuk wujud
tanggung jawab dan berkompetisi yang mendorong dan bertujuan untuk memperbaiki
kualitas kerja karyawan. Dengan kata lain etos kerja islami memperlihatkan
bahwa kehidupan tanpa kerja keras tidak mempunyai arti apaapa, dan waktu
pekerjaan dalam aktivitas ekonomi adalah kewajiban yang harus dipenuhi. Selain
itu aktif bekerja merupakan perintah agama, etos yang dominan dalam Islam ialah
menggarap kehidupan ini secara giat, dengan mengarahkannya kepada yang lebih
baik (islah). Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam
surat Al Jumu’ah :
فإذا قضيت الصلوة فالنتشروا
في الارض وابتغوا من فضل الله واذكروا الله كثيرا لعلكم تفلحون
"Maka apabila
telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah
karunia Allah, serta banyaklah ingat kepada Allah, agar kamuberjaya." (Q.S. Al Jumu’ah : 10).[4]
Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu
hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan, namun kita juga harus bekerja
mencari rezeki dari kemurahan Allah. Bersama dengan itu, kita senantiasa ingat
kepada-Nya.
Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam
bekerja itu, dengan menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap
bentuk kerja kita. Semua perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim
dengan kesadaran penuh sebagai rahmatan lil alamin, integritas yang
sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh Allah, bukan karena atasan,
atau sekedar upah belaka, dan jabatan hanya dilihat sebagai amanah Allah
(Agustian, 2001:52). Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa henti
untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang dipandang
dalam etos kerja islami. Ada hikmah yang terkandung dalam perkataan Ali bin Abi
Thalib, laisal fataa man yaquula kaana abii, wa laakinnal fataa ma yaquula
haa anadza yang berarti bahwa pemuda sejati itu yang mampu mengatakan
inilah aku, bukan inilah bapakku (Tasmara, 2002:40).[5]
Terkandung
hikmah bahwa seorang pribadi pekerja muslim, sudah seharusnya mengembangkan
potensi diri tanpa harus tergantung pada orang tuanya. Hasil pengembangan
pribadi ini dapat terlihat dalam sikap, pola kerja, karya, dan kinerja yang
mereka hasilkan.
Apabila sikap dan pola kerja prestatif sudah
membudaya dan sudah menjadi etos kerja pribadi muslim, sudah selayaknya mereka
akan menjadi contoh dalam menikmati kepuasan kerja, pekerjaan dan kinerja
terbaiknya sebagaimana Rasulullah, yang selalu menjaga kualitas dalam ibadah
dan urusan duniawi. Dengan memenuhi syarat dalam bekerja, segala bentuk aktivitas
manusia baik itu amal sholeh atau ibadah harus memenuhi syarat yang diantaranya
adalah keikhlasan, cinta, istiqomah, bersedia berkorban, dan membelanjakan
harta di jalan yang benar. Semua itu dapat tergambarkan dalam aktivitas manusia
yang dilandasi dengan etos kerja islami (Luth, 2001:21-22).[6]
3.
Terbentuknya Etos kerja Islami
Salah satu karateristik yang melekat pada etos kerja
manusia, ia merupakan pancaran dari sikap hidup mendasar pemiliknya terhadap
kerja.
Menurut Sardar dalam Asifudin (2004:29) bahwa
nilai-nilai adalah serupa dengan konsep dan cita-cita yang menggerakan perilaku
individu dan masyarakat. Mitsou dalam Asifudin (2004:30) menerangkan bahwa
dorongan kebutuhan dan aktualisasi diri, nilai-nilai yang dianut, keyakinan
atau ajaran agama tertentu dapat pula menjadi sesuatu yang berperan dalam
proses terbentuknya sikap hidup mendasar.
Penjelasan di atas memberikan pemahaman kita bahwa
latar belakang keyakinan dan motivasi berlainan, maka cara terbentunya etos
kerja yang bersaungkut paut dengan agama (non agama) dengan sendirinya
mengandung perbedaan dengan cara terbentuknya etos kerja yang berbasis ajaran
agama, dalam hal ini etos kerja islami.
4.
Paradigma terbentuknya etos kerja islami
Etos kerja islami terpancar dari sistem
keimanan/aqidah islam berkenaan dengan kerja. Aqidah ini terbentuk dari ajaran
wahyu dan akal yang bekerja sama secara proporsional menurut fungsi
masing-masing.
5.
Karateristik Etos kerja Islami
Menurut Asifudin (2004:101),[7]
karakteristik etos kerja islami digali dan dirumuskan berdasarkan konsep iman
dan amal shaleh dengan memberikan prioritas penekanan pada etos kerja islami
beserta prinsip-prinsip dasarnya sebagai fokus. Karena etos kerja apapun
menurut Qurany tidak dapat menjadi islami bila tidak dilandaskan pada
konsep iman dan amala shaleh. Lanjut Asifudin (2004:104) bahwa dari konsep
iman, ilmu dan amal, dapat digali dan dirumuskan karakteristik-karakteristik
etos kerja islami:
(a).
Kerja merupakan penjabaran Aqidah
Manusia adalah makhluk yang dikendalikan oleh
sesuatu yang bersifat batin dalam dirinya, bukan oleh fisik yang tampak. Ia
terpengaruh dan diarahkan oleh keyakinan yang mengikatnya. Keyakinan tersebut
bila telah tertanam mantap dalam hati, akan berusaha menyembul bersama kehendak
pemiliknya. Faktor agama memang tidak menjadi syarat timbulnya etos kerja
tinggi seseorang. Hal itu terbukti dengan banyaknya orang yang tidak beragama
mempunyai etos kerja yang baik. Tetapi berdasarkan
teori tersebut di atas, orang itu pasti memiliki keyakinan, pandangan atau
sikap hidup tertentu menjadi pemancar bagi etos kerja yang baik tersebut. Jadi
ajaran agama merupakan salah satu faktor yang menjadi sebab timbulnya
keyakinan, pandangan, sikap hidup mendasar yang menyebabkan etos kerja tinggi
manusia terwujud. Lanjut Saifudin (2004:224) ciri-ciri orang yang mengganggap
bahwa kerja merupakan penjabaran dari aqidah adalah;
1. Dapat
menerima kenyataan berkenaan dengan diri sendiri, orang lain, dan alam
2. Berperilaku
wajar tidak dibuat-buat
3. Berpendirian
teguh dan tidak mudah terpengaruh
4. Konsentrasi
perbuatan tidak pada ego, melainkan pada kewajiban dan rasa tanggung jawab
5 Memiliki kesegaran apresiasi terhadap alam
dan kehidupan
6
Mempunyai kehidupan motivasi yang
terutama digerakan oleh motivasi ibadah dan hasrat memperoleh kehidupan surgawi
di akhirat kelak.
(b).
Kerja Dilandasi Ilmu
Ciri-ciri orang yang mengganggap bahwa kerja
dilandasi ilmu
adalah(Asifudin:225):
1. Pernah
atau sering mengalami pengalaman puncak
2. Mampu
membedakan antara tujuan benar dan salah, baik dan buruk
3. Menyukai
efisiensi dan efektivitas kerja
4. Mempunyai
disiplin pribadi
(c).
Kerja dengan Meneladani Sifat-sifat Ilahi serta Mengikuti PetunjukpetunjukNya
Ciri-ciri
orang yang mengganggap bahwa kerja dengan meneladani sifat-sifat Ilahiah serta
mengikuti petunjuk-petunjukNya adalah (Asifudin:226) :[8]
1. Memiliki
jiwa sosial dan sifat demokratis
2. Mengembangkan
kreativitas
3. Percaya
pada potensi insani karunia Tuhan untuk melaksanakan tugasnya: bertawakkal
kepada Allah SWT
4. Mengembangkan
sikap hidup kritis konstruktif
6.
Kinerja
a.
Konsep Kinerja
Prawirosentono (1999:2)[9]
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kinerja (performance) adalah hasil
kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam
rangka pencapaian tujuan organisasi.
Sedangkan A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2005:67)
mengatakan bahwa kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya
sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Mengkunegara (2005:9)
berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kinerja adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Dari beberapa definisi di atas, maka kinerja yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil kerja (output) baik kualitas
maupun kuantitas yang dicapai per satuan periode waktu dalam melaksanakan tugas
kerjanya sesuia dengan tanggung jawab yang diberikan dan sesui dengan standar kerja
yang ada. Jadi kinerja dalam konsep ini adalah kuantitas dan kualitas pekerjaan
yang diselesaikan karyawan.
b.
Pengukuran Kinerja
Prawirosentono (1999:193) berpendapat sebagai
berikut : ”Kinerja setiap unit kerja harus diukur dengan metode statistik, khususnya
tentang mutu suatu produksi. Para manajer harus menerima tanggung jawab atas
kinerja bawahannya. Bila bawahan berkinerja buruk, jangan sekedar menyalahkan
bawahan saja. Oleh karena itu manajer harus memonitor setiap bawahannya
berdasarkan kendali secara statistik.”
Ruky (2004:158)[10]
berpendapat bahwa : ”Pengukuran kinerja dilakukan pada akhir kurun waktu
(periode) yang ditetapkan, yakni pada saat melakukan penilaian yang merupakan perbandingan
antara hasil sebenarnya diperoleh dengan yang direncanakan. Sasaran tersebut
harus diteliti satu persatu, mana yang telah dicapai sepenuhnya, mana yang di
atas standar (target), dan mana yang di bawah target”.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada ukuran tunggal yang dapat mencakup semua aspek kinerja, yang
diperlukan adalah seperangkat ukuran yang sesuai dengan aktivitas obyektif yang
akan diukur.
7.
Hubungan Etos Kerja Islami terhadap Kinerja
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kinerja
karyawan. Sebagian besar faktor yang mendorong atau memotivasi kerja karyawan
tersebut diukur dengan materi yang berupa upah dan gaji serta kompensasi
lainnya, sehingga hal tersebut mendorong seseorang untuk menghalalkan segala
cara termasuk korupsi yang banyak terjadi dewasa ini. Selain itu, faktor yang
masih sedikit terangkat dan diperhatikan oleh manajer atau atasan adalah etos
kerja islami.
Motivasi etos kerja islami bagi karyawan sangat
diperlukan karena memiliki pengaruh secara langsung maupun tidak langsung
terhadap kinerja karyawan. Dengan demikian, motivasi etos kerja islami perlu
ditanamkan khusus kepada setiap karyawan karena motivasi bekerja bukan hanya
karena faktor materi tetapi karena adanya dorongan spritual atau bekerja untuk
beribadah. Sehingga dapat bekerja dengan sungguh-sungguh, displin dan
bertanggung jawab.
Sebagaimana
disebutkan dalam Al-Quran:
وقل اعملوا فسيرى الله عملكم ورسوله والمؤمنون
.......
"Katakanlah:
bekerjalah kamu, niscaya Allah melihat pekerjaanmu serta RasulNya dan
orang-orang beriman..." QS
At-Taubah 105).[11]
Menurut Ali (1989:515), dinyatakan bahwa nilai kerja
di dalam etos kerja islami didapatkan dari maksud yang mengiringinya pada hasil
dari kerja itu. Dalam hal ini penekanan terdapat dalam keadilan dan kedermawanan
di dalam tempat kerja yang merupakan suatu kondisi yang penting untuk
kesejahteraan karyawan dengan gaji yang layak diterimanya.
Dengan etos kerja islami maka semangat kerja
karyawan akan terdorong, sehingg hal ini akan dapat membawa perusahaan pada
tercapainya tujuan dan kemajuan secara optimal. Salah satu tantangan yang
dihadapi oleh perusahaan pada saat ini adalah masalah sumber daya manusia.
Sehingga perusahaan dituntut untuk memiliki karyawan yang tidak hanya
berorentasi pada materi tetapi juga berorentasi pada akhirat.
Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk
menanamkan etos kerja islami kepada seluruh karyawan, sehingga pekerjaan
dianggap sebagai kewajiban yang harus dipenuhi. Selain itu aktif bekerja
merupakan perintah agama, etos yang dominan dalam Islam ialah menggarap
kehidupan ini secara giat, dengan mengarahkannya kepada yang lebih baik (islah).
Dengan prinsip ini dapat meningkatkan profesionalisme karyawan. Profesionalisme
yang tinggi dapat meningkatkan kinerja karyawan sehingga tujuan perusahaan
dapat tercapai.
KESIMPULAN
Etos kerja islami itu sendiri berasal dari Al-Qur'an
dan Hadits Nabi Muhammad SAW, yang mengajarkan bahwa dengan bekerja keras yang
disebabkan karena telah berbuat dosa akan diampuni oleh Allah SWT dan tidak ada
makanan yang lebih baik dibandingkan apa yang dimakan dari hasil jerih payahnya
atau kerja kerasnya.
Etos kerja
islami adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh
aset, pikiran, dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakan arti
dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukan dunia dan menempatkan dirinya
sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (khairul ummah) atau dengan
kata lain dapat juga kita katakan bahwa hanya dengan bekerja manusia itu
memanuisakan dirinya.
Dengan etos kerja islami maka semangat kerja
karyawan akan terdorong, sehingg hal ini akan dapat membawa perusahaan pada
tercapainya tujuan dan kemajuan secara optimal. Salah satu tantangan yang
dihadapi oleh perusahaan pada saat ini adalah masalah sumber daya manusia.
Sehingga perusahaan dituntut untuk memiliki karyawan yang tidak hanya
berorentasi pada materi tetapi juga berorentasi pada akhirat.
Motivasi etos kerja islami bagi karyawan sangat
diperlukan karena memiliki pengaruh secara langsung maupun tidak langsung
terhadap kinerja karyawan. Dengan demikian, motivasi etos kerja islami perlu
ditanamkan khusus kepada setiap karyawan karena motivasi bekerja bukan hanya
karena faktor materi tetapi karena adanya dorongan spritual atau bekerja untuk
beribadah. Sehingga dapat bekerja dengan sungguh-sungguh, displin dan bertanggung
jawab.
DAFTAR
PUSTAKA
Agustin,
Ary G., 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual
Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun islam. Jakarta : Penerbit Arga.
Ahmad,
Mustaq. 2001. Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar.
Al-Qur’an.
Departemen Agama RI,Al-Qur’an
dan Terjemahanya. Bandung : Syaamil.
Asifudin,
Ahmad. 2006. Etos Kerja Islami. Yogyakarta : UII Press.
Luth,
Thohir. 2001. Antara Perut dan Etos Kerja Dalam Presfektif Islam. Jakarta
: Gema Insan Press.
Mangkunegara,
Anwar Prabowo. Perencanaan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia. PT.
Refika Aditama, Bandung.
Ruky,
Ahmad, S. 2004. Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta : Gramedia
Tasmara,
Toto. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta : Gema Insan
Press.
[1]
Tasmara,
Toto. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta : Gema Insan Press.
[3]
Ahmad,
Mustaq. 2001. Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar.
[5]
Tasmara,
Toto. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta : Gema Insan Press.
[6]
Luth,
Thohir. 2001. Antara Perut dan Etos Kerja Dalam Presfektif Islam.
[7]
Asifudin, Ahmad. 2006. Etos
Kerja Islami. Yogyakarta : UII Press.
[9]
Prawirosentono,
Suyadi. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia.Yogyakarta : BPFE niversitas
Gajah Mada.
[10]
Ruky,
Ahmad, S. 2004. Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta : Gramedia
Pak, maaf ada kontak yang bisa dihubungi?
BalasHapusSaya sedang skripsi dan dosen saya mengharuskan menggunakam referensi Asifudin, Ahmad. 2006. Etos Kerja Islami. Yogyakarta : UII Press. Bukunya bisa dipinjam/beli dimana ya pak? Mohon bantuannya. Terima kasih
Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
BalasHapusJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)