1.
Pengertian
Guru Kreatif
Kreativitas guru merupakan istilah yang
banyak digunakan, baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Pada umumnya
orang menghubungkan kreativitas dengan produk-produk kreasi. Dengan kata lain
produk-produk kreasi itu merupakan hal yang penting untuk menilai kreativitas.
Clark Monstakos, seorang psikolog humanistis menyatakan bahwa kreativitas
adalah pengalaman mengekspresikan (mengaktualisasikan) identitas individu dalam
bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam dan orang lain.[11]
Pada dasarnya pengertian kreatif
berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu
yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada.[12]
Dari situlah sehingga dapat diartikan
bahwa guru yang kreatif adalah guru yang mampu mengaktualisasikan dan
mengekspresikan secara optimal segala kemampuan yang ia miliki dalam rangka
membina dan mendidik anak didik dengan baik. Seorang guru yang kreatif akan
memiliki sikap kepekaan, inisiatif, cara baru dalam mengajar, kepemimpinan
serta tanggungjawab yang tinggi dalam pekerjaan dan tugasnya sebagai seorang
pendidik.
2.
Ciri-ciri
Guru yang Kreatif
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya,
bahwa guru bukanlah sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk
menyampaikan materi pengetahuan tertentu, akan tetapi adalah anggota masyarakat
yang harus ikut aktif dan berjiwa besar serta kreatif dalam mengarahkan
perkembangan anak didiknya untuk menjadi anggota masyarakat yang dewasa.
Pada hakikatnya, mengajar jika dilakukan
dengan baik telah dikatakan kreatif. Kunci keberhasilan pengembangan kreatif
itu terletak pada mengajar dengan kreatif dan efisien dalam interaksi yang kondusif.
Hal ini tidaklah mudah dan dibutuhkan keahlian dan kreativitas dalam kegiatan
pembelajaran agar tercapai apa yang diharapkan. Secara umum dapat dinyatakan
bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan
ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Memiliki
hasrat keingintahuan yang cukup besar.
b.
Bersikap
terbuka terhadap pengalaman baru.
c.
Panjang
akal.
d.
Mempunyai
keingintahuan untuk menemukan (meneliti).
e.
Cenderung
lebih menyukai tugas yang berat (sulit).
f.
Cenderung
mencari jawaban yang luas dan memuaskan.
g.
Memiliki
dedikasi, bergerak dan aktif menjalankan tugas.
h.
Berfikir
fleksibel.
i.
Menanggapi
pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban yang lebih banyak.
j.
Kemampuan
membuat analisis dan sintesis.
k.
Memiliki
semangat bertanya serta meneliti.
l.
Memiliki
daya abstraksi yang cukup baik.
m.
Memiliki
latar belakang membaca yang cukup luas.[13]
Ada yang mengatakan bahwa mengajar itu adalah seni (art), karena
mengajar itu membutuhkan inspirasi, intuisi, dan kreativitas.[14]
A. A.
Mangun-harjana yang menukil salah satu ilmuwan barat mengata-kan bahwa mengembangkan
kreativitas itu menjadi sesuatu yang sangat berpengaruh dalam kemajuan hidup. Orang
yang berkreatif atas itu bercirikan lincah, kuat mental .dapat berfikir dari
segala arah maupun ke segala arah, dan yang terpenting mempunyai keluwesan
konseptual, orisinalitas dan menyukai kerumitan. Ciri-ciri tersebut masih harus
ditambah lagi dengan sifat mau bekerja keras, mandiri, pantang menyerah, dan
lebih tertarik pada konsep besar, punya selera humor dan fantasi serta tidak
menolak ide-ide yang ada di depanya.[15]
3.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi Kreativitas Guru
Proses perkembangan pribadi seseorang pada
umumnya ditentukan oleh perpaduan antara faktor-faktor internal (warisan dan
psikologis) dan faktor eksternal (lingkungan sosial dan budaya). Faktor internal
adalah hakikat dari manusia itu sendiri yang dalam dirinya ada suatu dorongan
untuk berkembang dan tumbuh ke arah usaha yang lebih baik dari semula, sesuai
dengan kemampuan pikirnya untuk memenuhi segala kebutuhan yang diperlukannya. Begitu
juga seorang guru dalam hal melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana pendidikan
pasti menginginkan dirinya untuk tumbuh dan berkembang ke rah yang lebih baik
dan berkualitas
Ada teori yang mengatakan "kreativitas merupakan titik pertemuan
yang khas antara tiga atribut Psikologis yaitu intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian atau motivasi.
Secara bersamaan tiga segi dalam pikiran ini membantu memahami apa yang melatar
belakangi individu yang kreatif [16]
Intelegensi meliputi kemampuan verbal, pemikiran
lancar, pengetahuan, perumusan masalah, penyusunan strategi, representasi
mental, keterampilan pengambilan keputusan dan keseimbangan serta integrasi
intelektual secara umum.
Gaya kognitif atau intelektual dari pribadi kreatif menunjukkan
kelonggaran dan keterikatan konvensi, menciptakan aturan sendiri, melakukan hal-hal
dengan caranya sendiri dan menyukai masalah yang tidak terlalu berstruktur.
Dimensi kepribadian dan motivasi meliputi ciri-ciri seperti kelenturan,
dorongan untuk berprestasi dan mendapat pengakuan keuletan dalam menghadapi
rintangan dan pengambilan resiko yang
moderat.
Faktor eksternal juga sangat berpengaruh
pada dorongan dan potensi dari dalam, yaitu pengaruh-pengaruh yang datangnya dari
luar yang dapat mendorong guru untuk mengembangkan diri. Faktor eksternal ini
dapat dikelompokkan menjadi empat, sebagai berikut :
a.
Latar
belakang pendidikan Guru
Guru yang berkualifikasi profesional,
yaitu guru yang tahu secara mendalam tentang apa yang diajarkannya, cakap dalam
mengajarkannya secara efektif dan efisien dan guru tersebut berkepribadian yang
mantap.[17]
Untuk mewujudkan guru yang cakap dan ahli tentunya diutamakan dari lulusan lembaga
pendidikan keguruan seperti PGSD (Diploma) FKIP (Universitas) atau lembaga
pendidikan keguruan lainnya. Karena kecakapan dan kreativitas seorang guru yang
profesional bukan sekedar hasil pembicaraan atau latihan-latihan yang
terkondisi, tetapi perlu pendidikan pra jabatan yang terprogram secara relevan
serta berbobot, terselenggara secara efektif
dan efisien dan tolak ukur evaluasinya terstandar.
b.
Pelatihan-pelatihan
Guru dan organisasi keguruan
Pelatihan-pelatihan dan organisasi sangat
bermanfaat bagi guru dalam mengembangkan pengetahuannya serta pengalamannya terutama
dalam bidang pendidikan. Dengan mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut, guru
dapat menambah wawasan baru bagaimana cara-cara yang efektif dalam proses
pembelajaran yang sedang dikembangkan saat ini dan kemudian diterapkan atau
untuk menambah perbendaharaan wawasan, gagasan atau ide-ide yang inovatif dan
kreatif yang akan semakin meningkatkan kualitas guru.
c.
Pengalaman
mengajar Guru
Seorang guru yang telah lama mengajar dan
telah menjadikannya sebagai profesi yang
utama akan mendapat pengalaman yang cukup dalam pembelajaran. Hal ini pun juga
berpengaruh terhadap kreativitas dan keprofesionalismenya, cara mengatasi
kesulitan, yang ada dan sebagainya. Pengalaman mendorong guru untuk lebih
kreatif lagi dalam menciptakan cara-cara baru atau suasana yang lebih edukatif
dan menyegarkan.
d.
Faktor
kesejahteraan Guru
Tidak dapat dipungkiri bahwa guru adalah
juga seorang manusia biasa yang tak terlepas dari berbagai kesulitan hidup,
baik hubungan rumah tangga, dalam pergaulan sosial, ekonomi, kesejahteraan,
ataupun masalah apa saja yang akan mengganggu kelancaran tugasnya sebagai seorang
guru dalam proses pembelajaran.
Gaji yang tidak seberapa ditambah dengan
keadaan ekonomi negara saat ini sedang dilanda krisis berpengaruh pada kesejahteraan
guru. Oleh karena itu, tidak sedikit guru yang berprofesi ganda misalnya
seorang guru sebagai tukang ojek demi memenuhi kebutuhan keluarganya. Hal ini
akan sangat berpengaruh pada kreativitas guru dalam kegiatan pembelajaran.
Dikarenakan kesibukan di luar profesi
keguruannya menyita banyak waktu, maka ia tidak mempunyai kesempatan untuk
berpikir kreatif tentang pelaksanaan pembelajaran di sekolah dan terkesan
asal-asalan. Akan tetapi jika gaji guru yang diperoleh mampu memenuhi kebutuhannya,
maka ia pun akan memiliki waktu yang longgar untuk lebih memaksimalkan diri
dalam menciptakan suasana belajar yang lebih edukatif, karena tidak
dibayang-bayangi pekerjaan lainnya.
4.
Usaha-usaha
dalam meningkatkan kreativitas Guru
Tugas mengajar dan mendidik diumpamakan
dengan sumber air, jika tidak terisi air maka akan kering. Demikian juga
jabatan guru, jika tidak berusaha menambah wawasan baru, melalui membaca, dan
terus belajar maka materi yang ia sajikan ketika mengajar akan terasa gersang.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi yang semakin cepat, menuntut para guru untuk terus belajar dalam
banyak hal yang terkait dengan pembelajaran secara berkesinambungan agar peran
guru dalam pengajarannya tetap bermutu, kreatif dalam membimbing siswa.
Adapun hal-hal yang dapat dilakukan oleh
guru dalam memacu kreativitas antara lain aktif membaca, gemar berapresiasi,
mencintai seni, respek terhadap perkembangan, menghasilkan sejumlah karya dan
dapat memberi contoh dari hal-hal yang dituntut siswa.
Usaha pengembangan profesi tenaga
kependidikan, khususnya guru meliputi :
a.
Program
Pre Service Education[18]
Sejak Indonesia merdeka sampai sekarang
Pemerintah telah mengusahakan berbagai lembaga yang menata usaha perbaikan mutu
guru. Usaha tersebut adalah dengan mengadakan sekolah-sekolah guru yang perjalanannya
terus mengalami perbaikan dan peningkatan untuk menjadi lebih terfokus.
Di samping itu ada pula program akta
mengajar yang diberikan kepada mereka yang berasal dari fakultas non keguruan
untuk memperoleh kemampuan mengajar pada berbagai tingkatan sekolah. Dengan
cara ini profesi kependidikan menjadi
terbuka bagi yang berada di luar fakultas kependidikan untuk menjadi guru dan
memberi proteksi kepada profesi ini dengan mengharuskan mengambil akta mengajar
bagi yang ingin menjadi guru, sehingga dengan demikian kualitas guru dapat
ditingkatkan.
b.
Program In
Service Education [19]
Program In Service Education yaitu usaha
yang memberi kesempatan pada guru-guru untuk mendapatkan penyegaran atau
menurut istilah lainnya sebagai penyegaran yang membawa guru ke arah yang lebih
baik
Dalam hal ini bagi mereka yang telah memiliki
jabatan guru dapat berusaha meningkatkan profesi melalui pendidikan lanjutan.
Dikatakan In Service Education bila mereka sudah menjabat dan kemudian
mengikuti kuliah lagi.
c.
Program In
Service Training[20]
Pada umumnya yang paling banyak dilakukan
adalah melalui penataran, yaitu:
1)
Penataran
penyegaran, yaitu usaha peningkatan kemampuan guru agar sesuai dengan kemampuan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta memantapkan kemampuan tenaga kependidikan
tersebut agar dapat melakukan tugas sehari-harinya dengan baik.
2)
Penataran
peningkatan kualifikasi, yaitu usaha peningkatan kemampuan guru sehingga mereka
memperoleh kualifikasi formal sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
3)
Penataran
penjenjangan, yaitu usaha meningkatkan kemampuan guru sehingga dipenuhi
persyaratan suatu jabatan tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Masih banyak lagi yang dapat dilakukan
oleh guru untuk meningkatkan kualitas profesionalismenya dan sekaligus
kreativitasnya. Semua itu tentu saja dilakukan atas dasar rasa tanggungjawab
dan pengabdiannya yang tinggi pada dunia pendidikan serta keikhlasan dan
kecintaannya pada anak-anak didik agar mereka mendapatkan pelayanan yang
terbaik.
B.
Kajian
Tentang Prestasi Belajar PAI
1.
Pengertian
Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat
yang terdiri dari dua kata, yakni "prestasi" dan "belajar".
Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu,
sebelum pengertian-pengertian prestasi belajar dibicarakan ada baiknya
pembahasan ini diarahkan pada masalah pertama untuk mendapatkan pemahaman lebih
jauh mengenai makna prestasi dan belajar. Hal ini juga memudahkan untuk
memahami lebih mendalam tentang pengertian belajar itu sendiri.
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan
yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok.[21]
Dari kegiatan tertentu yang digeluti untuk mendapat prestasi, maka muncullah
berbagai pendapat dari para ahli sesuai keahlian mereka masing-masing untuk
memberikan pengertian mengenai kata prestasi. Namun secara umum mereka sepakat
bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, prestasi
adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).[22]
Sedangkan menurut Mas'ud Khasan Abdul Qohar yang dikutip oleh Syaiful Bahri
Djamarah prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan,
hasil yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan keuletan kerja. Sementara
Nasrun Harahap dkk. memberikan batasan, bahwa prestasi adalah penilaian
pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan
penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang
terdapat dalam kurikulum.[23]
Dari beberapa pengertian prestasi yang
dikemukakan para ahli di atas, jelas terlihat perbedaan kata-kata tertentu
sebagai penekanan, namun intinya sama, yakni hasil yang dicapai dari suatu
kegiatan.
Sedangkan belajar merupakan suatu
aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari
bahan yang telah dipelajari. Hasil dari aktivitas belajar, terjadilah perubahan
dalam diri individu. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil bila telah
terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya, bila tidak terjadi perubahan
dalam diri individu, maka belajar dikatakan tidak berhasil.
Senada dengan hal ini, S.
Nasution mengatakan bahwa belajar adalah proses yang melahirkan
atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium
atau lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh
faktor-faktor yang tidak termasuk latihan, misalnya perubahan karena mabuk atau
minum ganja bukan termasuk hasil
belajar.[24]
Menurut Ahmad Mudzakir dan Sutrisno,
belajar adalah suatu usaha mengadakan perubahan di dalam diri seseorang yang
mencakup perubahan tingkah laku, sikap kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan
dan sebagainya.[25]
Sedangkan menurut Ngalim Purwanto, belajar
adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau
pembaharuan dalam tingkah laku dan kecakapan.[26]
Jadi pada intinya, bahwa orang yang
belajar tidak sama besar keadaannya dengan sebelum mereka melakukan perbuatan
belajar, maka dapat disimpulkan bahwa:
a.
Dalam
belajar faktor perubahan tingkah laku harus ada, dan tidak dikatakan belajar apabila
di dalamnya tidak ada perubahan tingkah laku.
b.
Bahwa
dalam perubahan tersebut pada pokoknya didapatkan kecakapan baru.
Sampai di sini dapatlah dikatakan bahwa
tujuan belajar, secara tuntas telah terjawab pula, yang mengadakan perubahan
tingkah laku dan perbuatannya. Perubahan dimaksud dapat dinyatakan sebagai
suatu kecakapan, pengertian, pengetahuan dan penghargaan.
Setelah menelusuri uraian di atas, maka
dapat dipahami mengenai makna kata prestasi dan belajar. Prestasi pada dasarnya
adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Sedangkan belajar pada
dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dari dalam individu,
yakni perubahan yang sederhana mengenai hal ini. Jadi prestasi belajar adalah
hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri
individu sebagai hasil dari suatu aktivitas.[27]
2.
Faktor
yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Setelah kita membahas dan memahami tentang
belajar mulai dari pengertian hingga bagaimana hasil pembelajaran itu bisa
diamnifestasikan dalam kehidupan riil di masyarakat, maka pembahasan
selanjutnya adalah tentang faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, dalam
arti suatu pembelajaran dikatakan berhasil atau tidaknya dipengaruhi
faktor-faktor tadi.
Sumardi Suryabrata membagi dua faktor yang
mempengaruhi belajar:
a.
Faktor-faktor
yang berasal dari luar diri pelajar atau siswa yang berupa faktor sosial dan
faktor-faktor non sosial.
b.
Faktor-faktor
yang berasal dari dalam diri pelajar yang berupa faktor-faktor fisiologis dan
faktor psikologis.[28]
Sedangkan Muhibbin Syah membagi
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi tiga faktor, yaitu:
a.
Faktor
internal (faktor dari dalam diri siswa) yakni kondisi jasmani dan rohani.
b.
Faktor
eksternal (faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
c.
Faktor
pendekatan belajar (approach to learning) yakni jenis upaya belajar
siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan pembelajaran.[29]
Pendapat lain mengatakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dibagi menjadi dua, yaitu:
a.
Faktor
intern, yaitu faktor yang ada pada diri individu yang sedang belajar. Faktor
ini dibagi dua, yaitu jasmani dan rohani
1)
Faktor
jasmani adalah faktor yang langsung berhubungan dengan jasmani anak yang
bersangkutan. Termasuk dalam faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran,
struktur tubuh, dan sebagainya.
2)
Faktor
psikologis ini bisa berasal dari bawaan ataupun faktor yang dapat dipelajari
yang terdiri dari:
a)
Faktor
intelektif, yang meliputi:
(1)
Faktor
potensial, yaitu kecerdasan dan bakat.
(2)
Faktor
kecakapan nyata, yaitu prestasi yang telah dimiliki
b)
Faktor
non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap,
kebiasaan, minat, motivasi.[30]
Untuk lebih jelasnya, maka akan dibahas satu-persatu mengenai
faktor-faktor tersebut yaitu sebagai berikut :
a)
Intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri
dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam
situasi yang baru dengan cepat dan
efisien, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap
kemajuan belajar, dalam situasi yang sama siswa yang mempunyai tingkat
intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada siswa yang mempunyai
tingkat intelegensi yang rendah.
b)
Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan
ini akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata apabila sudah diadakan proses
belajar dan latihan. Bakat dapat mempengaruhi belajar jika bahan pelajaran yang
dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya. Oleh karena itu, hasil belajarnya akan
lebih baik dan membuat anak didik menjadi termotivasi untuk lebih giat lagi
dalam belajar.
c)
Minat
Minat adalah kecenderungan untuk tetap
memperhatikan beberapa kegiatan yang dimintai seseorang disertai dengan rasa senang.
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran
yang dipelajari tidak sesuai dengan bakat anak didik, maka anak didik tidak
akan belajar dengan baik, sebab tidak adanya daya tarik dalam mempelajari suatu
pelajaran.
d)
Motivasi
Motivasi adalah keseluruhan daya penggerak
psikis di dalam diri anak didik yang bisa menimbulkan suatu
aktifitas dalam hal ini adalah aktifitas belajar. Motivasi ini sangat penting
dan sangat mempengaruhi kegiatan maupun hasil belajar. Motivasi perlu
ditanamkan sejak dini pada diri anak didik dengan cara memberikan
latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan.
b.
Faktor
ekstern:
1)
Faktor
keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga yang berupa cara
orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan
keadaan ekonomi.[31]
a)
Cara orang
tua mendidik
Cara orang tua mendidik akan sangat besar
pengaruhnya bagi proses belajar anaknya, karena orang tua merupakan pendidik
yang pertama dan yang utama bagi anak. Mendidik anak dengan cara memanjakannya
adalah cara mendidik yang tidak baik. Orang tua terlalu kasihan terhadap
anaknya sehingga dia tidak sampai hati untuk memaksakan anaknya untuk belajar,
bahkan membiarkannya untuk tidak belajar, merupakan tindakan yang salah. Jika
dibiarkan berlarut-larut akan menyebabkan anak menjadi bodoh. Begitu juga
sebaliknya jika orang tua mendidik anaknya dengan cara yang keras, memaksa,
mengejar-ngejarnya untuk belajar juga tindakan yang salah atau keliru, karena
anak akan menjadi ketakutan dan akhirnya menjadi malas untuk belajar.
Di sinilah hubungan antara anak dan orang
tua sangat diperlukan. Hubungan tersebut bisa direalisasikan dengan bimbingan.
Jika anak mengalami kesulitan-kesulitan dia dapat ditolong dengan cara
memberikan bimbingan belajar untuk mengatasi kesulitannya tersebut.
b)
Hubungan
yang terjalin dalam keluarga
Hal ini juga merupakan hal yang sangat
penting yang berpengaruh terhadap belajar anak, khususnya hubungan antara anak
dan ibu dan bapaknya selain hubungan itu hubungan antara anak dan anggota
keluarga yang lainnya seperti adik, kakak, saudara juga penting.
Demi kelancaran belajar serta keberhasilan
anak perlu diusahakan hubungan yang harmonis antar anggota keluarga. Hubungan
yang baik atau harmonis adalah hubungan yang penuh dengan rasa kasih sayang
disertai dengan bimbingan dan bila perlu diberikan hukuman-hukuman untuk
mensukseskan belajar anak itu sendiri.
c)
Keadaan
ekonomi keluarga
Suasana rumah di sini yang dimaksud adalah
suasana sebagai situasi atau kejadian yang sering terjadi dalam keluarga di
mana anak berada dan belajar. Suasana yang gaduh dan ramai tidak akan
memberikan ketenangan bagi anak dalam belajarnya. Agar anak dapat belajar
dengan baik perlu diciptakan suasana yang tentram. Di dalam suasana rumah yang tenang dan tentram akan tercipta ketenangan
dan ketenteraman bagi anak dan dia akan lebih konsentrasi untuk belajar.
d)
Pengertian
orang tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian
orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah
karena akan menyebabkan anak menjadi patah semangat. Orang tua wajib memberi
pengertian dan dorongan bahkan terus membantu sedapat mungkin kesulitan yang
dialami anak di sekolah, dan kalau perlu, memantaunya dari kejauhan.
e)
Keadaan
ekonomi orang tua
Keadaan ekonomi keluarga juga menentukan
keberhasilan belajar anak, karena anak yang sedang belajar selain harus
terpenuhi kebutuhan pokoknya seperti makan, pakaian, dan lain-lain, mereka juga
membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan,
alat tulis, dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat dipenuhi jika
keluarga mempunyai uang atau dengan kata lain keluarga itu mampu dalam membeli
hal tersebut di atas.
2)
Faktor
sekolah
Faktor yang satu ini juga tidak kalah
pentingnya dalam mempengaruhi belajar siswa. Faktor-faktor tersebut antara
lain: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan
siswa, disiplin sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan
tugas-tugas rumah. Untuk lebih jelasnya akan dibahas dalam pembahasan di bawah
ini.
a)
Metode
mengajar/standar pelajaran di kelas
Metode mengajar adalah suatu cara atau
jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar akan mempengaruhi
hasil belajar siswa. Metode mengajar yang kurang baik juga akan mempengaruhi
hasil belajar, misalnya guru kurang kesiapan dan kurang menguasai bahan
pelajaran sehingga guru tersebut menyajikan pelajarannya tidak jelas sehingga
siswa kurang senang terhadap pelajaran atau kurang senang terhadap gurunya, akibatnya
siswa malas untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode
mengajar harus diusahakan tepat sesuai dengan pokok bahasan.
b)
Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah
kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan ini sebagian besar adalah
menyajikan bahan pelajaran agar siswa dapat menerima, menguasai dan dapat
mengembangkan bahan pelajaran sehingga berpengaruh pada belajar siswa itu. Oleh
karena itu, kurikulum harus disusun secara tepat sesuai dengan tuntutan atau
kebutuhan siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
c)
Hubungan
guru dengan siswa dalam proses pembelajaran
Dalam proses pembelajaran hubungan siswa
dengan guru sangat dibutuhkan, karena hubungan yang baik antara guru dengan
siswa akan memberikan motivasi kepada siswa untuk giat belajar. Sebaliknya
apabila hubungan antara guru dengan siswa kurang baik, maka akan menimbulkan
siswa malas dalam belajar.
d)
Hubungan
siswa dengan siswa lainnya
Hubungan ini juga sangat penting dan
menentukan keberhasilan belajar siswa. Siswa yang mempunyai sifat atau tingkah
laku yang kurang menyenangkan teman lainnya dan selalu membuat onar, dan siswa
yang mempunyai rasa rendah dari orang lain, akan diasingkan dari kelompoknya.
Akibatnya akan mengganggu proses belajarnya. Hubungan yang baik antar siswa
perlu diwujudkan agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar
siswa.
e)
Disiplin
Sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya
dengan kerajinan siswa dalam sekolah juga dalam belajar. kedisiplinan sekolah
mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar. Kedisiplinan pegawai dm pekerjaannya,
kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola staf dan siswa-siswanya. Semua itu
jika berjalan dengan baik dan sesuai dengan tugasnya masing-masing, maka akan
membantu tercapainya tujuan pendidikan.
f)
Tugas-tugas
rumah
Memberikan tugas-tugas rumah pada siswa
memang diperlukan untuk memotivasi siswa dalam belajar, akan tetapi apabila
guru terlalu banyak memberikan tugas-tugas rumah, maka akan dapat menimbulkan
jenuh bagi siswa dan akibatnya siswa akan menjadi bosan untuk belajar.
3)
Faktor
masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern dan
juga berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar siswa. Pengaruh ini
terjadi karena siswa banyak bergaul dalam masyarakat. Berikut ini akan
diuraikan tentang kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman
bergaul, yang semuanya itu dapat
mempengaruhi belajar siswa.
a)
Keadaan
siswa di masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat
menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa terlalu
banyak ambil bagian dalam kegiatan masyarakat, maka belajarnya akan terganggu. Oleh
karena itu, siswa harus pandai-pandai dalam membagi waktu.
b)
Mass media
Yang termasuk dalam Mass media adalah bioskop,
radio, TV, surat
kabar, buku-buku, komik-komik, dan lain-lain. Mass media yang baik dapat
memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya.
Sebaliknya Mass media yang jelek akan berpengaruh jelek pada siswa. Menghadapi
kondisi di atas maka siswa perlu mendapatkan bimbingan dan control yang cukup
bijaksana dari pihak orang tua dan pendidik, baik dalam keluarga, sekolah
maupun masyarakat
c)
Teman
bergaul.[32]
Teman bergaul akan lebih cepat memberikan
pengaruh dalam diri siswa. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik pada terhadap
diri siswa, begitu juga sebaliknya teman bergaul yang jelek pasti akan
mempengaruhi sifat atau jiwa siswa menjadi jelek pula.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu:
a.
Faktor
intern yaitu suatu hal yang terjadi atau ada pada diri siswa yang keberadaannya
mempengaruhi belajar siswa. Dengan kata lain apabila faktor itu berjalan
optimal atau seimbang dengan kebutuhan siswa dalam belajar, maka hasil belajar
siswa akan bagus dan begitu sebaliknya.
b.
Faktor
ekstern yaitu suatu hal terjadi atau ada di luar diri siswa bisa disebut juga dengan
lingkungan di mana lingkungan ini bisa berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa.
3.
Fungsi
Prestasi Belajar
Fungsi prestasi belajar dimaksudkan tidak
hanya untuk mengetahui sejauh mana kemajuan siswa setelah melakukan suatu
aktivitas, tetapi yang lebih penting sebagai alat untuk memotivasi siswa agar
lebih giat lagi dalam belajar baik secara individu maupun kelompok. Penilaian
merupakan aktivitas dalam menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.
Oleh karena itu yang dimaksud fungsi penilaian di sini adalah antara lain
sebagai berikut :
a.
Penilaian
berfungsi selektif
Artinya dalam mengadakan penilaian guru mempunyai cara yaitu mengadakan seleksi atau
penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri antara lain bertujuan :
1)
Untuk
memilih siswa yang diterima di sekolah tertentu.
2)
Untuk
memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkatan berikutnya
3)
Untuk
memilih siswa yang seharusnya mendapatkan beasiswa
4)
Untuk
memilih siswa yang seharusnya mendapatkan hak lulus dan tidak lulus
b.
Penilaian
berfungsi diagnotik
Artinya apabila alat yang digunakan dalam
penilaian cukup memberi persyaratan dengan melihat hasilnya, maka guru akan mengetahui
kelemahan siswa. Jadi mengadakan penilaian sebenarnya guru diagnosa kepada
siswa tentang kebaikan dan kelemahannya dengan mengetahui sebab kelemahan
tersebut akan lebih mudah melakukan diagnosa.
c.
Penilaian
berfungsi sebagai penempatan
Setiap siswa sejak lahir telah membawa bakat
sendiri-sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan
dengan bakat atau pembawaan siswa. Akan tetapi karena keterbatasan sarana dan
prasarana dan tenaga kependidikan untuk melayani siswa yang berbeda-beda kemampuannya,
maka agak menyulitkan guru untuk dapat menentukan di kelompok-kelompok mana seorang
siswa harus ditempatkan sehingga mudah untuk mengadakan penilaian.
d.
Penilaian
sebagai pengukur keberhasilan
Adanya penilaian ini dapat digunakan untuk
mengetahui sejauh mana metode pembelajaran dan kurikulum itu berhasil diterapkan.
Apabila program yang dipergunakan itu tidak berhasil maka guru dapat merubahnya
[33]
4.
Pengertian
Pendidikan Agama Islam
a.
Pengertian
Pendidikan
Masalah pendidikan tidak terlepas dari
nilai-nilai kebudayaan yang dijunjung tinggi oleh semua lapisan masyarakat.
Nilai-nilai itu senantiasa berkembang dan mengalami perubahan yang terjadi di
masyarakat harus diikuti oleh perkembangan pendidikan agar perubahan tersebut
terarah setara dengan falsafah bangsa yang menjadi anjuran hidup suatu bangsa.
Agar nilai-nilai yang dianut masyarakat
tidak musnah, maka masyarakat telah menularkan apa yang dimilikinya itu kepada
generasi berikutnya. Jalan untuk melaksanakan hal itu tiada lain adalah
pendidikan. Melalui pendidikan inilah masyarakat mengajarkan konsep-konsep dan
sikap-sikap dalam pergaulan hidup serta mengajarkan bagaimana cara bertingkah
laku dalam hidup bermasyarakat.
Menurut M. Arifin, pendidikan adalah usaha
membina mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah
yang berlangsung secara bertahap. Karena itu, kematangan yang bertitik akhir
pada optimalisasi perkembangan atau pertumbuhan dapat tercapai bilamana
berlangsung melalui proses ke arah tujuan akhir perkembangan atau
pertumbuhannya.[34]
b.
Pengertian
Pendidikan Agama Islam
Muhammad Fadil al-Dzawali, dalam M. Arifin
mengartikan pendidikan agama Islam adalah proses mengarahkan manusia kepada
kehidupan yang baik dan yang mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai
kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan belajar (pengaruh dari luar).[35]
Sedangkan Zakiyah Darajat mengartikan
pendidikan agama Islam sebagai perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan
petunjuk agama Islam. Untuk itu perlu adanya usaha, kegiatan, cara, alat dan
lingkungan hidup yang menunjang keberhasilannya.[36]
Lain halnya dengan Zakiyah, mengartikan
pendidikan agama Islam sebagai usaha secara sistematis dan programatis dalam
membantu anak didiknya supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.[37]
Dari beberapa pendapat para ahli di atas,
jelaslah bahwa pendidikan agama Islam ialah proses pendidikan yang merupakan
rangkaian usaha membimbing, sehingga terjadilah perubahan di dalam kehidupan
pribadinya sebagai makhluk individual dan sosial serta hubungannya dengan
nilai-nilai Islam, yaitu nilai-nilai yang melahirkan norma-norma syari'ah dan
akhlak karimah.
c.
Dasar-dasar
Pendidikan Agama Islam
Yang dimaksud dengan dasar-dasar
pendidikan Agama Islam di sini adalah segala sesuatu yang menjadi sumber
kekuatan dan keteguhan bagi tegaknya agama Islam.
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di
Indonesia mempunyai dasar-dasar yang cukup kuat. Dasar tersebut berasal dari
Al-Qur'an, dan berikut akan disebutkan beberapa ayat Al-Qur'an yang berhubungan
dengan pendidikan di antaranya adalah :
1)
Surat
An-Nahl ayat 125
أدع إلى سبيل ربك بالحكمة
{النحل : 125}
Artinya:
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah".[38]
2)
Surat Ali
Imron ayat 104
ولتكن منكم أمة يدعون إلى
الخير ويأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر وأولئك هم المفلحون {آل عمران : 1.4}
Artinya: "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung".[39]
Dua ayat di atas menunjukkan adanya
perintah dan anjuran sekaligus digunakan sebagai dasar pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam.
d.
Tujuan
Pendidikan Agama Islam
Tujuan Pendidikan Agama Islam merupakan
gambaran sarana yang harus dicapai pendidikan sebagai suatu sistem. Tujuan
pendidikan merupakan suatu yang sangat menentukan sistem itu sendiri, karena
inilah yang merupakan harapan masyarakat akan hasil pendidikan.
Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan
untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta
didik tentang agama Islam sehingga menjadi beriman dan bertakwa kepada Allah
SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.[40]
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari
pendidikan agama Islam menurut sebagian para ahli adalah sebagai berikut :
1)
Menurut
Athiyah Al-Abrosyi
Tujuan pendidikan agama adalah mendidik
akhlak dan jiwa mereka untuk menanamkan rasa fadlilah, yang membiasakan
mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk kehidupan yang
suci seluruhnya ikhlas dan jujur.[41]
2)
Menurut
Abdul Ghofir
Makna dan fungsi rumusan pendidikan agama
Islam adalah sebagai upaya pembentukan kepribadian muslim, perpaduan iman dan
amal shaleh, yaitu keyakinan adanya kebenaran yang menjadi satu-satunya tujuan
hidup dan sentral pengabdian diri dan perbuatan yang sejalan dengan harkat
kemanusiaan[42]
3)
Menurut
Al-Ghozali
Tujuan pendidikan agama adalah mendekatkan diri kepada Allah, bukan
pangkat dan megah-megahan dengan kawan. Jadi pendidikan itu tidak keluar
dari pendidikan akhlak[43]
Dari beberapa pengertian di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah membimbing anak
agar menjadi muslim sejati, beriman teguh, beramal shaleh, dan berakhlak mulia
serta berguna bagi masyarakat, agama, dan bangsa. Untuk tercapainya tujuan
pendidikan agama Islam tersebut diperlukan adanya keimanan yang teguh, sebab
dengan adanya keimanan tersebut akan menghasilkan ketaatan menjalankan kewajiban
agama yang diperintahkan Allah, sebagaimana firman Allah :
وما
خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون {الذاريات : 56}
Artinya
: "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembahku".
(Qs.Ad-Dzariyat : 56)[44]
Di samping tujuan akhirat, manusia juga
tidak boleh melupakan masalah keduniaannya sebagaimana dalam firman Allah dalam
surat Al-Qoshos :
وابتغ
فيمآ ءاتـــك الله الدار الأخرة ولا تنس نصيبك من الدنيا {القصص : 77}
Artinya
: "Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan)
duniawi". (Qs.Al-Qoshos : 77)[45]
Berdasarkan ayat di atas tujuan pendidikan
agama Islam bukan semata-mata untuk akhirat saja akan tetapi tujuan
keduniawianpun diperintahkan untuk mencapai kehidupan yang sakinah
C.
Penelitian
Sebelumnya
- Pengaruh Kreativitas Guru Agama dalam Penggunaan Metode Mengajar PAI terhadap Pemahaman Keagamaan Siswa di SLTPN 1 Waru Sidoarjo, oleh Femiliana Hakim IAIN Sunan Ampel (2005) yang hasilnya menyatakan tidak ada pengaruh antara metode mengajar PAI terhadap pemahaman keagamaan siswa.
- Pengaruh Metode Mengajar terhadap Prestasi Belajar PAI Siswa di SMA Antartika SDA, oleh Neneng Sulian, IAIN Sunan Ampel (2005) yang hasilnya menyatakan bahwa ada pengaruh antara metode mengajar terhadap prestasi belajar PAI.
- Penggunaan Metode Bervariasi dalam Kaitannya Terhadap Prestasi Pendidikan Agama Islam di MTs Al-Khoziny Buduran Sidoarjo, oleh Toha Hariyadi, STAI Al-Khoziny (2004) yang hasilnya menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara metode bervariasi dengan prestasi pendidikan agama Islam
Jadi belum ada penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui pengaruh kreativitas guru dalam proses pembelajaran terhadap
peningkatan prestasi siswa pada bidang PAI, khususnya di SD. Sentul
Tanggulangin Sidoarjo.
D.
Pengaruh
Kreativitas Guru Dalam Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Siswa Pada Bidang Pendidikan Agama
Islam
Untuk mencapai prestasi belajar yang baik,
diperlukan sesuatu proses pembelajaran yang efektif dan efisien, sehingga
kegiatan pembelajaran dapat berjalan lancar dan sukses.
Hal ini berarti bahwa hasil belajar ini
tidak lepas dari faktor yang bersal dari dalam siswa itu sendiri berupa
kemampuan yang dimilikinya, seperti minat perhatian, motivasi belajar, sosial
ekonomi, fisik dan psikis.
Sungguhpun demikian hasil belajar yang
dapat diraih juga sangat bergantung pada lingkungan belajar siswa. Salah satu
lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar adalah
kualitas pembelajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pembelajaran adalah tinggi
rendahnya atau efektif tidaknya proses pembelajaran dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Sedangkan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi kualitas
pembelajaran adalah kompetensi guru, karakteristik kelas dan karakteristik
sekolah. Hal ini berarti bahwa dalam pembelajaran dibutuhkan suatu sistem yang di
mana di dalamnya terdapat komponen-komponen pembelajaran yang saling berkaitan
antara bahan pembelajaran, metode, dan tujuan pembelajaran.
Dengan demikian maka seorang guru yang
merupakan salah satu komponen dalam sistem pembelajaran dituntut untuk kreatif
dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru, sehingga proses pembelajaran
akan lebih efektif dan terarah yang nantinya akan mudah mencapai tujuan dari pembelajaran
dalam hal ini prestasi siswa akan lebih meningkat dengan adanya kekreativan
seorang guru baik dalam mengelola pembelajaran maupun dalam menghadapi siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar