PERAN METODE PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BAGI KELUARGA
Oleh: Sumanto
Abstrak
Agama merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan dunia maupun
akhirat. Agama dapat menjadi status sekaligus pegangan hidup bagi pemeluknya.
Sedangkan Pendidikan merupakan sebagai pembina dan pengembang kepribadian
manusia. Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan, namun dewasa ini hampir
semua orang menganggap bahwa pendidikan menjadi kewajiban yang harus dituntut.
Pendidikan agama Islam merupakan bagian terpenting dalam pendidikan
keluarga untuk membentuk insan kamil. Agama islam sebagai bagian dari sejumlah
agama didunia, merupakan agama yang mempunyai pandangan hidup bahwa dunia
adalah sesuatu yang fana dan permaianan belaka. Manusia beragama akan lebih
mementingkan kehidupan akhirat sehingga ia akan menjadikan dunia ini sebagai
lapangan kebajikan untuk memperoleh kehidupan yang sempurna di akhirat kelak.
Metode pendidikan agama islam sebagai cara kerja yang teratur dan
sistematis serta memikirkan semua faktor-faktor yang ada untuk mencapai tujuan
pendidikan agama islam dalam keluarga atau untuk menyampaikan materi-materi
pendidikan agama islam secara efektif dan efisien diperlukan metode dan
pendekatan yang dinamis, diantaranya adalah Metode hiwar (percakapan)
Qur’ani dan Nabawi, Kisah-kisah Qur’ani dan Nabawi, Amtsal Qur’ani dan
Nabawi, Teladan, Pembiasaan dan pengamalan, Ibroh dan Mau’izoh,
Targhib dan tarhib.
Kata Kunci: Metode,
Pendidikan Agama Islam, Keluarga
A. Pendahuluan
Islam merupakan agama yang terakhir sebagai penutup semua agama yang telah
ada, islam merupakan agama rahmatal lil a’lamin untuk semua umat.Islam itu
dibawakan oleh nabi Muhammad SAW yang mendapat wahyu dari Allah. Untuk
mengetahui islam lebih mendalam mak muncullah ilmu yang dinamakan pendidikan
Islam akan tetapi pendidikan Islam itu sendiri merupakan bidang kajian yang
cukup lama. Ia telah ada bersama dengan adanya agama islam maka dari itu
pendidikan Islam menimbulkan berbagai permasalahn yang umum salah satunya
tentang bagaimana pendekatan dan metodologi yang digunakan dalam pendidikan
Islam.
Seiring dinamika dan perkembangan zaman, kesempatan untuk mempelajari
pendidikan Islam dapat melalui segala hal, berkaitan dengan persoalan tentang
mempelajari pendidikan Islam, islam memberikan kesempatan secara luas kepada
manusia untuk menggunakan akal pikirannya secara maksimal untuk mempelajarinya,
namun jangan sampai penggunaannya melampaui batas dan keluar dari rambu-rambu
ajaran Allah SWT.
Pendidikan Agama Islam memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan
serta pengembangan pribadi manusia yang luhur. Karena selain sebagai petunjuk
agar hidup manusia lebih terarah, Pendidikan Agama Islam juga sebagai pengatur
berdasarkan hukum-hukum yang ada di dalam islam itu sendiri seperti halal-haram, haq-bathil,
baik-buruk, dan lain-lain, sehingga segala tingkah laku manusia bisa teratur
dengan baik dan benar. Melalui Pendidikan Agama Islam manusia juga dapat
meningkatkan derajatnya, makin berilmu seseorang, maka seseorang tersebut akan
semakin dipandang baik oleh orang sekitarnya.
Pendidikan yang pertama kali didapatkan oleh anak yaitu pendidikan dari
keluarganya. Baik-buruknya perilaku anak pasti dipengaruhi oleh pendidikan yang
diberikan keluarganya. Pendidikan agama merupakan pelajaran penting yang harus
diberikan orang tua kepada anak, mulai dari mengenalkan hingga mengamalkan
ajarannya. Oleh karena itu orang tua harus menguasai apa yang akan diajarkan
kepada anak, supaya orang tua dapat mendidik anak dengan baik dan benar.
Salah satu alat pendidkan agama islam yakni metode pendidikan agama islam.
Yang mana dengan menggunakan metode yang tepat maka ajaran-ajaran agama dapat
diserap oleh anak didik dengan sebaik-baiknya. Metode yang tepat akan
menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Sebagai seorang calon
pendidik agama islam maka kita perlu mengetahui metode-metode dalam pendidikan
agama islam. Dengan mengetahui metode-metode tersebut maka kita diharapkan
mampu menyampaikan materi-materi ajaran agama islam dengan berbagai variasi
sehingga tujuan pendidikan agama islam dapat tercapai dengan lebih mudah.
B. Metode Pendidikan
Agama Islam
Metode berasal dari dua perkataan yaitu meta dan hodos. Meta berarti
“melalui” dan hodos berarti “jalan atau cara”, bila
ditambah dengan logi sehingga menjadi metodologi berarti
“ilmu pengetahuan tentang jalan atau cara yang harus dilalui” untuk mencapai
suatu tujuan, oleh karena kata logi yang berasal dari
bahasa Greek (Yunani) logos berarti “akal” atau “ilmu”
(Arifin: 1996).
Adanya metodologi dalam pendidikan agama Islam dimaksudkan agar dalam
mempelajari atau menyampaikan pelajaran dapat secara efektif pelajaran tersebut
tersampaikan, sehingga tujuan dari belajar dapat tercapai dengan
sebaik-baiknya.
Penerapan metode dalam mendidik tidak bisa diterapkan sembarangan, tapi
harus sesuai dengan kepribadian yang ada pada diri penerima didikan itu. Para
ahli psikologi pada umumnya berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kepribadian
itu bukan hanya mengenai tingkah laku yang dapat diamati saja, melainkan juga
termasuk di dalamnya apakah sebenarnya individu itu ( Baharudin: 2007).
Pada dasarnya metode yang dipakai dalam pendidikan secara umum tidak beda
jauh dengan metode yang dipakai dalam pendidikan agama islam. Metode-meyode
yang dipakai dalam pendidikan agama islam banyak macamnya dan tentu saja dapat
kita kembanagkan.
Abdur-Rahaman
an-Nahlawi sebagaimana yang dikutip oleh Ernawati aziz mengemukakan beberapa
metode pendidikan islam sebagaimana berikut:
a)
Metode hiwar (percakapan) Qur’ani dan Nabawi.
b)
Kisah-kisah Qur’ani dan Nabawi
c) Amtsal Qur’ani
dan Nabawi.
d) Teladan
e)
Pembiasaan dan pengamalan
f) Ibroh dan Mau’izoh
g) Targhib dan tarhib
(Ernawati:79-80)
2. Metodologi Pendidikan Agama Islam
dalam Keluarga
Ada bermacam-macam metode yang dipergunakan dalam pendidikan agama
Islam. Namun tidak semua metode bisa diterapkan pada kondisi dan situasi
tertentu. Dalam penerapan metode pendidikan, pendidik harus bisa memahami
situasi dan kondisi pada lingkungan serta anak didik agar pendidik tahu metode
yang bagaimana yang harus diterapkan pada saat itu atau pada lingkungan itu.
Pembahasan kali ini akan dikhususkan pada lingkungan keluarga, terutama
pada anak. Beberapa metode pendidikan agama Islam yang dapat diterapkan dalam
keluarga antara lain:
a. Metode
Situasional
Mendorong anak didik untuk belajar dengan perasaan gembira dalam
berbagai tempat dan keadaan. Metode ini dapat memberikan kesan-kesan yang
menyenangkan, sehingga melekat pada ingatan yang tahan lama.
b. Metode
Bercerita
Metode ini banyak disukai, terutama oleh anak-anak. Cerita yang dibawakan
bisa cerita dari kisah para Rasul atau berupa dongeng. Setelah bercerita, anak
didik diberi tahu hikmah yang bisa diambil dari cerita itu, biasanya berupa
nasehat, sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran surat Yusuf ayat 111:
ô‰s)s9 šc%x. ’Îû öNÎhÅÁ|Ás% ×ouŽö9Ïã ’Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# 3
$tB tb%x. $ZVƒÏ‰tn 2”uŽtIøÿム`Å6»s9ur t,ƒÏ‰óÁs? “Ï%©!$# tû÷üt/ Ïm÷ƒy‰tƒ Ÿ@‹ÅÁøÿs?ur Èe@à2 &äóÓx« “Y‰èdur ZpuH÷qu‘ur 5Qöqs)Ïj9 tbqãZÏB÷sムÇÊÊÊÈ
Artinya:
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat,
akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala
sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS. Yusuf:
111).
c. Metode
Pemberian Hadiah dan Hukuman
Metode ini diterapkan melalui perilaku anak sehari-hari. Apabila ia telah
mau melakukan suatu perintah atau perbuatan yang baik maka kita beri ia hadiah.
Tapi jika ia berlaku yang tercela atau kurang baik, maka hukumanlah yang harus
diberikan padanya. Namun dalam memberikan hukuman harus yang bersifat
mendidik, bukan yang melukai atau menyakiti.
Metode ini lebih tepat diterapkan pada anak yang baru belajar, kira-kira
anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Setelah ia mulai mengerti, kita
harus menjelaskan padanya, bahwa sesungguhnya melakukan perbuatan baik bukan
semata-mata didasari agar mendapat hadiah, tapi karena menjalankan amal sholeh
dan akanmendapat pahala dari Allah setelah melakukannya. Tujuan pokonya untuk
membangkitkan perasaan tanggung jawab anak-didik.
d. Metode Uswatun Hasanah
Allah berfirman dalam kitab suci Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 21 yang
berbunyi:
ô‰s)©9 tb%x. öNä3s9 ’Îû ÉAqß™u‘ «!$# îouqó™é& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöqu‹ø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. ÇËÊÈ
Artinya:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab: 21)
Ayat di atas mengandung makna bahwa kita dalam berperilaku hendaknya mencontoh
Rosulullah. Begitu juga dengan pendidik, pendidik harus bisa memberi contoh
yang baik pada anak didiknya, agar anak didik bisa menyontoh perbuatan baik
tersebut. Metode ini lebih mudah diterapkan dalam dua hal, yaitu akhlak dan
ibadah.
Ke-empat metode di atas tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam pada lingkungan keluarga. Namun lebih baik lagi apabila
dalam penyampaiannya disesuaikan dengan tingkat kemampuan berfikir dari anak
didik itu sendiri. Alangkah lebih baiknya lagi bila dalam proses belajar ini
diiringi dengan sentuhan kasih sayang, agar anak didik bisa merasakannya dan ia
dapat menerapkan rasa kasih sayang pula pada orang lain kelak.
C. Pendidikan Agama
Islam dalam Keluarga
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran
agama Islam dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain
dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan
dan persatuan bangsa.
Menurut Zakiyah Darajat Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk
membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam
secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan
serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Sedangkan menurut A. Tafsir
pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada
seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam (Majid
dan Andayani, 2004: 130).
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani bertakwa
berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci
al-Qur’an dan al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta
penggunaan pengalaman. Pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan
keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama
Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah
Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. (Muhaimin, 2004: 78)
Dari beberapa pengertian pendidikan agama Islam di atas penulis
menyimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk menyiapkan
peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam sehingga
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt. dan berakhlak mulia
dalam kehidupannya.
2. Kedudukan Pendidikan
Agama Islam
Bila seseorang percaya bahwa agama itu adalah sesuatu yang benar, maka
timbullah perasaan suka terhadap agama. Perasaan seperti ini merupakan komponen
afektif dari sikap kegamaan. Selanjutnya dari adanya kepercayaan dan perasaan
senang seseorang itu akan mendorong untuk berperilaku keagamaan atau yang
dikenal dengan pengamalan ajaran agama. Dengan demikian konsisten antara
kepercayaan terhadap agama sebagai komponen kognitif, dan perasaan terhadap
agama sebagai komponen afektif dengan perilaku terhadap agama sebagai komponen
kognitif menjadi landasan pembentukan sikap keagamaan. Baik buruknya keagamaan
seseorang tergantung kepada tingkat kepercayaan terhadap agama. Sikap keagamaan
mencakup semua aspek yang berhubungan dengan keagamaan sepanjang yang bisa
dirasakan dan dijangkau oleh anak di lingkungan keluarga dan sekolah, seperti
sikap yang berhubungan dengan aspek keimanan, ibadah, akhlak, dan muamalah.
Sikap keagamaan adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap
agama. Ada tiga komponen sikap keagamaan:
- Komponen
Kognisi, adalah segala hal yang berhubungan dengan gejala fikiran seperti
ide, kepercayaan dan konsep.
- Komponen
Afeksi, adalah segala hal yang berhubungan dengan gejala perasaan
(emosional: seperti senang, tidak senang, setuju)
- Komponen
Konasi, adalah merupakan kecenderungan untuk berbuat, seperti memberi
pertolongan, menjauhkan diri, mengabdi dan sebagainya (Jalaludin, 1996:
212).
Pendidikan agama islam mempunyai kedudukan yang tinggi dan paling utama,
karena pendidikan agama islam menjamin untuk memperbaiki akhlak anak-anak didik
dan mengangkat mereka ke derajat yang tinggi, serta berbahagia dalam hidup dan
kehidupannya. Pendidikan agama membersihkan hati dan mensucikan jiwa, serta
mendidik hati nurani dan mencetak mereka agar berkelakuan yang baik dan
mendorong mereka untuk memperbuat pekerjaan yang mulia. Pendidikan agama
memelihara anak-anak, supaya mereka tidak menuruti nafsu yang murka, dan
menjaga mereka supaya jangan jatuh ke lembah kehinaan dan kesesatan. Pendidikan
agama menerangi anak-anak supaya melalui jalan yang lurus, jalan kebaikan,
jalan kesurga. Sebab itu mereka patuh mengikuti perintah Allah, serta
berhubungan baik dengan teman sejawatnya dan bangsanya, berdasarkan
cinta-mencintai, tolong-menolong dan nasehat-menasehati (Yunus, 1993: 7-8).
Oleh sebab itu pendidikan agama islam harus diberikan mulai dari Taman
Kanak-kanak sampai keperguruan tinggi. Dengan demikian pendidikan agama sangat
berperan dalam memperbaiki akhlak anak-anak untuk membersihkan hati dan
mensucikan jiwa mereka, agar mereka berkepribadian baik dalam kehidupannya.
Dengan pendidikan agama islam, maka anak-anak menjadi tahu dan mengerti akan
kewajibannya sebagai umat beragama, sehingga ia mengikuti aturan yang telah
ditetapkan dan menjauhi larangan agama.
3. Tujuan Pendidikan
Agama Islam
Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam,
sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt
serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak
ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam
yaitu: (1) dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam; (2)
dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta didik
terhadap ajaran agama Islam; (3) dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang
dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran agama Islam; dan (4) dimensi
pengamalannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah diimani, dipahami
dan dihayati atau diinternalisasi oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan
motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan, dan menaati ajaran
agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Allah Swt serta mengaktualisasikan dan merealisasikannya
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Muhaimin, 2005: 78)
D. Keluarga Dalam Persepektif Islam
1. Pengertian
keluarga
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang utama dan pertama bagi seorang
anak, sebelum ia berkenalan dengan dunia sekitarnya, ia akan berkenalan telebih
dahulu dengan situasi keluarga. Pengalaman pergaulan dalam keluarga akan
memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan anak untuk masa yang
akan datang. Keluargalah yang akan memberikan warna kehidupan seorang anak,
baik perilaku, budi pekerti maupun adat kebiasaan sehari-hari. Keluarga jualah
tempat dimana seorang anak mendapat tempaan pertama kali yang kemudian
menentukan baik buruk kehidupan setelahnya di masyarakat. Sehingga tidak salah
lagi kalau keluarga adalah elemen penting dalam menentukan baik-buruknya
masyarakat (Athiyah, 1993: 133).
Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan pengembangan
anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak akan
tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu akan terhambatlah pertumbuhan anak
tersebut. Peranan orang tua dalam keluarga amat penting, terutama ibu. Dialah yang
mengatur, membuat rumah tangganya menjadi surga bagi anggota keluarga, menjadi
mitra sejajar yang saling menyayangi dengan suaminya (Daradjat, 1995: 47).
Dalam pandangan Islam, anak adalah amanat yang dibebankan oleh Allah SWT
kepada orang tuanya, karena itu orang tua harus menjaga dan memelihara serta
menyampaikan amanah itu kepada yang berhak menerima. Karena manusia adalah
milik Allah SWT, mereka harus mengantarkan anaknya untuk mengenal dan
menghadapkan diri kepada Allah SWT. Mengingat strategisnya jalur pendidikan
keluarga, dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN, ps. 10. 5)
juga disebutkan arah yang seharusnya ditempuh yakni: pendidikan keluarga
merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam
keluarga, dan memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan
keterampilan (Thoha, 1996: 103).
Pendidikan keluarga diharapkan dapat menjadi sarana pembentukan karakter
dan kepribadian anak menjadi manusia yang utuh, yaitu manusia yang berbudi
luhur, cerdas, dan terampil. Sehingga, di masa mendatang anak tersebut menjadi
manusia yang baik, anggota masyarakat dan warga Negara yang baik. Pendidikan
agama (khususnya agama Islam) merupakan pendidikan yang sangat sesuai untuk
diterapkan dalam rangka pembentukan karakter (akhlak) anak. Karena di dalam
pendidikan agama Islam mencakup pendidikan nilai budi pekerti, nilai keyakinan
(aqidah), dan nilai pengabdian (ibadah).
Pendidikan agama yang diberikan sejak dini menuntut peran serta keluarga,
karena telah diketahui sebelumnya bahwa keluarga merupakan institusi pendidikan
yang pertama dan utama yang dapat memberikan pengaruh kepada anak. Pelaksanaan
pendidikan agama pada anak dalam keluarga di pengaruhi oleh adanya dorongan
dari anak itu sendiri dan juga adanya dorongan keluarga. Setiap orang
mengharapkan rumah tangga yang aman, tentram dan sejahtera. Dalam kehidupan
keluarga, setiap keluarga mendambakan anak-anaknya menjadi anak-anak yang
sholeh dan sholehah.
Anak merupakan amanat Allah SWT kepada orang tuanya untuk diasuh,
dipelihara, dan dididik dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian orang tua dalam
pandangan agama Islam mempunyai peran serta tugas utama dan pertama dalam
kelangsungan pendidikan anak-anaknya, baik itu sebagai guru, pedagang, atau dia
seorang petani. Tugas orang tua untuk mendidik keluarga khusus anak-anaknya,
secara umum Allah SWT tegaskan dalam al-Qur’an surat At Tahrim (66) ayat 6:
$pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3‹Î=÷dr&ur #Y‘$tR $ydߊqè%ur â¨$¨Z9$# äou‘$yfÏtø:$#ur $pköŽn=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâŸxÏî ׊#y‰Ï© žw tbqÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtƒur $tB tbrâsD÷sムÇÏÈ
Artinya: “Hai
orang-orang yang beriman periharalah dirimu, dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
(QS. At-Tahrim: 6).
E. Kesimpulan
Penerapan metode dalam mendidik tidak bisa diterapkan sembarangan, tapi
harus sesuai dengan kepribadian yang ada pada diri penerima didikan itu. Para
ahli psikologi pada umumnya berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kepribadian
itu bukan hanya mengenai tingkah laku yang dapat diamati saja, melainkan juga termasuk
di dalamnya apakah sebenarnya individu itu.
Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh
peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh.
Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan
Islam sebagai pandangan hidup.
Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan pengembangan
anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak akan
tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu akan terhambatlah pertumbuhan anak
tersebut. Peranan orang tua dalam keluarga amat penting, terutama ibu. Dialah
yang mengatur, membuat rumah tangganya menjadi surga bagi anggota keluarga,
menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi dengan suaminya.
Daftar Pustaka
Arifin, Filsafat
Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996).
Arifin, M., Hubungan
Timbal Balik Pendidikan Agama di lingkungan sekolah dan keluarga, Jakarta:
Bulan Bintang, 1978
Amini, Ibrahim, Agar
tidak Salah Mendidik Anak, Jakarta: Al Huda, 2006
Ahmadi, Abu, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Bima Aksara1998
Al-Abrasy, Athiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1993
Ahmadi, Abu, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Bima Aksara1998
Al-Abrasy, Athiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1993
Al Hasan, Yusuf
Muhammad, Pendidikan Anak Dalam Islam, Jakarta: Darul Haq, 1998
Baharuddin, Psikologi
Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007).
Daradjat, Zakiah, Pendidikan
Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Bandung: CV Ruhama, 1995
_______________, Ilmu
Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1991
Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1989
Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1989
Jalaludin, Psikologi
Agama, Jakarta: Rajawali Press, 1996
Muhammad Naufal, Abu Ahmad, Langkah Mencapai Kebahagiaan Berumah Tangga, Yogyakarta: Al Husna Press, 1994
Muhammad Naufal, Abu Ahmad, Langkah Mencapai Kebahagiaan Berumah Tangga, Yogyakarta: Al Husna Press, 1994
Muhaimin, Paradigma
Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004
Nashih Ulwan, Abdullah, Pendidikan anak dalam Islam, Jakarta: Pustaka Amani, 1995
________________, Kaidah-kaidah dasar (Pendidikan anak menurut Islam), Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992
Nashih Ulwan, Abdullah, Pendidikan anak dalam Islam, Jakarta: Pustaka Amani, 1995
________________, Kaidah-kaidah dasar (Pendidikan anak menurut Islam), Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992
Rakhmat, Jalaluddin, Keluarga
Muslim dalam Masyarakat Moderen, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994
________, Metodologi
Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005
Shaleh, Abdul Rachman, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Jakarta: Gemawindu Pancaperkasa, 2000
Shaleh, Abdul Rachman, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Jakarta: Gemawindu Pancaperkasa, 2000
Tafsir, Ahmad, Metodologi
Pengajaran Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999
Tidak ada komentar:
Posting Komentar