Selasa, 29 Maret 2016

Jurnal Peran Metode Pendidikan Agama Islam Bagi Keluarga

PERAN METODE PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 
BAGI KELUARGA  

Oleh: Sumanto

Abstrak
Agama merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Agama dapat menjadi status sekaligus pegangan hidup bagi pemeluknya. Sedangkan Pendidikan merupakan sebagai pembina dan pengembang kepribadian manusia. Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan, namun dewasa ini hampir semua orang menganggap bahwa pendidikan menjadi kewajiban yang harus dituntut.
Pendidikan agama Islam merupakan bagian terpenting dalam pendidikan keluarga untuk membentuk insan kamil. Agama islam sebagai bagian dari sejumlah agama didunia, merupakan agama yang mempunyai pandangan hidup bahwa dunia adalah sesuatu yang fana dan permaianan belaka. Manusia beragama akan lebih mementingkan kehidupan akhirat sehingga ia akan menjadikan dunia ini sebagai lapangan kebajikan untuk memperoleh kehidupan yang sempurna di akhirat kelak.
Metode pendidikan agama islam sebagai cara kerja yang teratur dan sistematis serta memikirkan semua faktor-faktor yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan agama islam dalam keluarga atau untuk menyampaikan materi-materi pendidikan agama islam secara efektif dan efisien diperlukan metode dan pendekatan yang dinamis, diantaranya adalah Metode hiwar (percakapan) Qur’ani dan Nabawi, Kisah-kisah Qur’ani dan Nabawi, Amtsal Qur’ani dan Nabawi, Teladan, Pembiasaan dan pengamalan, Ibroh dan Mau’izoh, Targhib dan tarhib.

Kata Kunci: Metode, Pendidikan Agama Islam, Keluarga

A.    Pendahuluan
Islam merupakan agama yang terakhir sebagai penutup semua agama yang telah ada, islam merupakan agama rahmatal lil a’lamin untuk semua umat.Islam itu dibawakan oleh nabi Muhammad SAW yang mendapat wahyu dari Allah. Untuk mengetahui islam lebih mendalam mak muncullah ilmu yang dinamakan pendidikan Islam akan tetapi pendidikan Islam itu sendiri merupakan bidang kajian yang cukup lama. Ia telah ada bersama dengan adanya agama islam maka dari itu pendidikan Islam menimbulkan berbagai permasalahn yang umum salah satunya tentang bagaimana pendekatan dan metodologi yang digunakan dalam pendidikan Islam.
Seiring dinamika dan perkembangan zaman, kesempatan untuk mempelajari pendidikan Islam dapat melalui segala hal, berkaitan dengan persoalan tentang mempelajari pendidikan Islam, islam memberikan kesempatan secara luas kepada manusia untuk menggunakan akal pikirannya secara maksimal untuk mempelajarinya, namun jangan sampai penggunaannya melampaui batas dan keluar dari rambu-rambu ajaran Allah SWT.
Pendidikan Agama Islam memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan serta pengembangan pribadi manusia yang luhur. Karena selain sebagai petunjuk agar hidup manusia lebih terarah, Pendidikan Agama Islam juga sebagai pengatur berdasarkan hukum-hukum yang ada di dalam islam itu sendiri seperti halal-haram, haq-bathil, baik-buruk, dan lain-lain, sehingga segala tingkah laku manusia bisa teratur dengan baik dan benar. Melalui Pendidikan Agama Islam manusia juga dapat meningkatkan derajatnya, makin berilmu seseorang, maka seseorang tersebut akan semakin dipandang baik oleh orang sekitarnya.
Pendidikan yang pertama kali didapatkan oleh anak yaitu pendidikan dari keluarganya. Baik-buruknya perilaku anak pasti dipengaruhi oleh pendidikan yang diberikan keluarganya. Pendidikan agama merupakan pelajaran penting yang harus diberikan orang tua kepada anak, mulai dari mengenalkan hingga mengamalkan ajarannya. Oleh karena itu orang tua harus menguasai apa yang akan diajarkan kepada anak, supaya orang tua dapat mendidik anak dengan baik dan benar.
Salah satu alat pendidkan agama islam yakni metode pendidikan agama islam. Yang mana dengan menggunakan metode yang tepat maka ajaran-ajaran agama dapat diserap oleh anak didik dengan sebaik-baiknya. Metode yang tepat akan menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Sebagai seorang calon pendidik agama islam maka kita perlu mengetahui metode-metode dalam pendidikan agama islam. Dengan mengetahui metode-metode tersebut maka kita diharapkan mampu menyampaikan materi-materi ajaran agama islam dengan berbagai variasi sehingga tujuan pendidikan agama islam dapat tercapai dengan lebih mudah.

B. Metode Pendidikan Agama Islam
Metode berasal dari dua perkataan yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos  berarti “jalan atau cara”, bila ditambah dengan logi sehingga menjadi metodologi berarti “ilmu pengetahuan tentang jalan atau cara yang harus dilalui” untuk mencapai suatu tujuan, oleh karena kata logi  yang berasal dari bahasa Greek (Yunani) logos berarti “akal” atau “ilmu” (Arifin: 1996).
Adanya metodologi dalam pendidikan agama Islam dimaksudkan agar dalam mempelajari atau menyampaikan pelajaran dapat secara efektif pelajaran tersebut tersampaikan, sehingga tujuan dari belajar dapat tercapai dengan sebaik-baiknya.
Penerapan metode dalam mendidik tidak bisa diterapkan sembarangan, tapi harus sesuai dengan kepribadian yang ada pada diri penerima didikan itu. Para ahli psikologi pada umumnya berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kepribadian itu bukan hanya mengenai tingkah laku yang dapat diamati saja, melainkan juga termasuk di dalamnya apakah sebenarnya individu itu ( Baharudin: 2007).
Pada dasarnya metode yang dipakai dalam pendidikan secara umum tidak beda jauh dengan metode yang dipakai dalam pendidikan agama islam. Metode-meyode yang dipakai dalam pendidikan agama islam banyak macamnya dan tentu saja dapat kita kembanagkan.
Abdur-Rahaman an-Nahlawi sebagaimana yang dikutip oleh Ernawati aziz mengemukakan beberapa metode pendidikan islam sebagaimana berikut:
a)    Metode hiwar (percakapan) Qur’ani dan Nabawi.
b)   Kisah-kisah Qur’ani dan Nabawi
c)    Amtsal Qur’ani dan Nabawi.
d)   Teladan
e)    Pembiasaan dan pengamalan
f)    Ibroh dan Mau’izoh
g)   Targhib dan tarhib (Ernawati:79-80)

2.      Metodologi Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga
Ada bermacam-macam metode yang dipergunakan dalam pendidikan agama Islam. Namun tidak semua metode bisa diterapkan pada kondisi dan situasi tertentu. Dalam penerapan metode pendidikan, pendidik harus bisa memahami situasi dan kondisi pada lingkungan serta anak didik agar pendidik tahu metode yang bagaimana yang harus diterapkan pada saat itu atau pada lingkungan itu.
Pembahasan kali ini akan dikhususkan pada lingkungan keluarga, terutama pada anak. Beberapa metode pendidikan agama Islam yang dapat diterapkan dalam keluarga antara lain:
a.       Metode Situasional
Mendorong anak didik untuk belajar dengan perasaan gembira dalam berbagai tempat dan keadaan. Metode ini dapat memberikan kesan-kesan yang menyenangkan, sehingga melekat pada ingatan yang tahan lama.
b.      Metode Bercerita
Metode ini banyak disukai, terutama oleh anak-anak. Cerita yang dibawakan bisa cerita dari kisah para Rasul atau berupa dongeng. Setelah bercerita, anak didik diberi tahu hikmah yang bisa diambil dari cerita itu, biasanya berupa nasehat, sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran surat Yusuf ayat 111:
ôs)s9 šc%x. Îû öNÎhÅÁ|Ás% ×ouŽö9Ïã Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# 3 $tB tb%x. $ZVƒÏtn 2uŽtIøÿム`Å6»s9ur t,ƒÏóÁs? Ï%©!$# tû÷üt/ Ïm÷ƒytƒ Ÿ@ÅÁøÿs?ur Èe@à2 &äóÓx« Yèdur ZpuH÷quur 5Qöqs)Ïj9 tbqãZÏB÷sムÇÊÊÊÈ  
Artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS. Yusuf: 111).
c.       Metode Pemberian Hadiah dan Hukuman
Metode ini diterapkan melalui perilaku anak sehari-hari. Apabila ia telah mau melakukan suatu perintah atau perbuatan yang baik maka kita beri ia hadiah. Tapi jika ia berlaku yang tercela atau kurang baik, maka hukumanlah yang harus diberikan padanya. Namun dalam memberikan hukuman  harus yang bersifat mendidik, bukan yang melukai atau menyakiti.
Metode ini lebih tepat diterapkan pada anak yang baru belajar, kira-kira anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Setelah ia mulai mengerti, kita harus menjelaskan padanya, bahwa sesungguhnya melakukan perbuatan baik bukan semata-mata didasari agar mendapat hadiah, tapi karena menjalankan amal sholeh dan akanmendapat pahala dari Allah setelah melakukannya. Tujuan pokonya untuk membangkitkan perasaan tanggung jawab anak-didik.
d.      Metode Uswatun Hasanah
Allah berfirman dalam kitab suci Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 21 yang berbunyi:
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. ÇËÊÈ  
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab: 21)

Ayat di atas mengandung makna bahwa kita dalam berperilaku hendaknya mencontoh Rosulullah. Begitu juga dengan pendidik, pendidik harus bisa memberi contoh yang baik pada anak didiknya, agar anak didik bisa menyontoh perbuatan baik tersebut. Metode ini lebih mudah diterapkan dalam dua hal, yaitu akhlak dan ibadah.
Ke-empat metode di atas tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam pada lingkungan keluarga. Namun lebih baik lagi apabila dalam penyampaiannya disesuaikan dengan tingkat kemampuan berfikir dari anak didik itu sendiri. Alangkah lebih baiknya lagi bila dalam proses belajar ini diiringi dengan sentuhan kasih sayang, agar anak didik bisa merasakannya dan ia dapat menerapkan rasa kasih sayang pula pada orang lain kelak.

C. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Menurut Zakiyah Darajat Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Sedangkan menurut A. Tafsir pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam (Majid dan Andayani, 2004: 130).
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani bertakwa berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Qur’an dan al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (Muhaimin, 2004: 78)
Dari beberapa pengertian pendidikan agama Islam di atas penulis menyimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk menyiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt. dan berakhlak mulia dalam kehidupannya.
2. Kedudukan Pendidikan Agama Islam
Bila seseorang percaya bahwa agama itu adalah sesuatu yang benar, maka timbullah perasaan suka terhadap agama. Perasaan seperti ini merupakan komponen afektif dari sikap kegamaan. Selanjutnya dari adanya kepercayaan dan perasaan senang seseorang itu akan mendorong untuk berperilaku keagamaan atau yang dikenal dengan pengamalan ajaran agama. Dengan demikian konsisten antara kepercayaan terhadap agama sebagai komponen kognitif, dan perasaan terhadap agama sebagai komponen afektif dengan perilaku terhadap agama sebagai komponen kognitif menjadi landasan pembentukan sikap keagamaan. Baik buruknya keagamaan seseorang tergantung kepada tingkat kepercayaan terhadap agama. Sikap keagamaan mencakup semua aspek yang berhubungan dengan keagamaan sepanjang yang bisa dirasakan dan dijangkau oleh anak di lingkungan keluarga dan sekolah, seperti sikap yang berhubungan dengan aspek keimanan, ibadah, akhlak, dan muamalah.
Sikap keagamaan adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Ada tiga komponen sikap keagamaan:
  • Komponen Kognisi, adalah segala hal yang berhubungan dengan gejala fikiran seperti ide, kepercayaan dan konsep.
  • Komponen Afeksi, adalah segala hal yang berhubungan dengan gejala perasaan (emosional: seperti senang, tidak senang, setuju)
  • Komponen Konasi, adalah merupakan kecenderungan untuk berbuat, seperti memberi pertolongan, menjauhkan diri, mengabdi dan sebagainya (Jalaludin, 1996: 212).
Pendidikan agama islam mempunyai kedudukan yang tinggi dan paling utama, karena pendidikan agama islam menjamin untuk memperbaiki akhlak anak-anak didik dan mengangkat mereka ke derajat yang tinggi, serta berbahagia dalam hidup dan kehidupannya. Pendidikan agama membersihkan hati dan mensucikan jiwa, serta mendidik hati nurani dan mencetak mereka agar berkelakuan yang baik dan mendorong mereka untuk memperbuat pekerjaan yang mulia. Pendidikan agama memelihara anak-anak, supaya mereka tidak menuruti nafsu yang murka, dan menjaga mereka supaya jangan jatuh ke lembah kehinaan dan kesesatan. Pendidikan agama menerangi anak-anak supaya melalui jalan yang lurus, jalan kebaikan, jalan kesurga. Sebab itu mereka patuh mengikuti perintah Allah, serta berhubungan baik dengan teman sejawatnya dan bangsanya, berdasarkan cinta-mencintai, tolong-menolong dan nasehat-menasehati (Yunus, 1993: 7-8).
Oleh sebab itu pendidikan agama islam harus diberikan mulai dari Taman Kanak-kanak sampai keperguruan tinggi. Dengan demikian pendidikan agama sangat berperan dalam memperbaiki akhlak anak-anak untuk membersihkan hati dan mensucikan jiwa mereka, agar mereka berkepribadian baik dalam kehidupannya. Dengan pendidikan agama islam, maka anak-anak menjadi tahu dan mengerti akan kewajibannya sebagai umat beragama, sehingga ia mengikuti aturan yang telah ditetapkan dan menjauhi larangan agama.
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam yaitu: (1) dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam; (2) dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam; (3) dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran agama Islam; dan (4) dimensi pengamalannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah diimani, dipahami dan dihayati atau diinternalisasi oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan, dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta mengaktualisasikan dan merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Muhaimin, 2005: 78)

D. Keluarga Dalam Persepektif Islam
1.      Pengertian keluarga
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang utama dan pertama bagi seorang anak, sebelum ia berkenalan dengan dunia sekitarnya, ia akan berkenalan telebih dahulu dengan situasi keluarga. Pengalaman pergaulan dalam keluarga akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan anak untuk masa yang akan datang. Keluargalah yang akan memberikan warna kehidupan seorang anak, baik perilaku, budi pekerti maupun adat kebiasaan sehari-hari. Keluarga jualah tempat dimana seorang anak mendapat tempaan pertama kali yang kemudian menentukan baik buruk kehidupan setelahnya di masyarakat. Sehingga tidak salah lagi kalau keluarga adalah elemen penting dalam menentukan baik-buruknya masyarakat (Athiyah, 1993: 133).
Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan pengembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut. Peranan orang tua dalam keluarga amat penting, terutama ibu. Dialah yang mengatur, membuat rumah tangganya menjadi surga bagi anggota keluarga, menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi dengan suaminya (Daradjat, 1995: 47).
Dalam pandangan Islam, anak adalah amanat yang dibebankan oleh Allah SWT kepada orang tuanya, karena itu orang tua harus menjaga dan memelihara serta menyampaikan amanah itu kepada yang berhak menerima. Karena manusia adalah milik Allah SWT, mereka harus mengantarkan anaknya untuk mengenal dan menghadapkan diri kepada Allah SWT. Mengingat strategisnya jalur pendidikan keluarga, dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN, ps. 10. 5) juga disebutkan arah yang seharusnya ditempuh yakni: pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga, dan memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan (Thoha, 1996: 103).
Pendidikan keluarga diharapkan dapat menjadi sarana pembentukan karakter dan kepribadian anak menjadi manusia yang utuh, yaitu manusia yang berbudi luhur, cerdas, dan terampil. Sehingga, di masa mendatang anak tersebut menjadi manusia yang baik, anggota masyarakat dan warga Negara yang baik. Pendidikan agama (khususnya agama Islam) merupakan pendidikan yang sangat sesuai untuk diterapkan dalam rangka pembentukan karakter (akhlak) anak. Karena di dalam pendidikan agama Islam mencakup pendidikan nilai budi pekerti, nilai keyakinan (aqidah), dan nilai pengabdian (ibadah).
Pendidikan agama yang diberikan sejak dini menuntut peran serta keluarga, karena telah diketahui sebelumnya bahwa keluarga merupakan institusi pendidikan yang pertama dan utama yang dapat memberikan pengaruh kepada anak. Pelaksanaan pendidikan agama pada anak dalam keluarga di pengaruhi oleh adanya dorongan dari anak itu sendiri dan juga adanya dorongan keluarga. Setiap orang mengharapkan rumah tangga yang aman, tentram dan sejahtera. Dalam kehidupan keluarga, setiap keluarga mendambakan anak-anaknya menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah.
Anak merupakan amanat Allah SWT kepada orang tuanya untuk diasuh, dipelihara, dan dididik dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian orang tua dalam pandangan agama Islam mempunyai peran serta tugas utama dan pertama dalam kelangsungan pendidikan anak-anaknya, baik itu sebagai guru, pedagang, atau dia seorang petani. Tugas orang tua untuk mendidik keluarga khusus anak-anaknya, secara umum Allah SWT tegaskan dalam al-Qur’an surat At Tahrim (66) ayat 6:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydߊqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pköŽn=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâŸxÏî ׊#yÏ© žw tbqÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtƒur $tB tbrâsD÷sムÇÏÈ  

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman periharalah dirimu, dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahrim: 6).

E. Kesimpulan
Penerapan metode dalam mendidik tidak bisa diterapkan sembarangan, tapi harus sesuai dengan kepribadian yang ada pada diri penerima didikan itu. Para ahli psikologi pada umumnya berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kepribadian itu bukan hanya mengenai tingkah laku yang dapat diamati saja, melainkan juga termasuk di dalamnya apakah sebenarnya individu itu.
Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan pengembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut. Peranan orang tua dalam keluarga amat penting, terutama ibu. Dialah yang mengatur, membuat rumah tangganya menjadi surga bagi anggota keluarga, menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi dengan suaminya.





























Daftar Pustaka

Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996).
Arifin, M., Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di lingkungan sekolah dan keluarga, Jakarta: Bulan Bintang, 1978
Amini, Ibrahim, Agar tidak Salah Mendidik Anak, Jakarta: Al Huda, 2006
Ahmadi, Abu, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Bima Aksara1998
Al-Abrasy, Athiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1993
Al Hasan, Yusuf Muhammad, Pendidikan Anak Dalam Islam, Jakarta: Darul Haq, 1998
Baharuddin, Psikologi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007).
Daradjat, Zakiah, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Bandung: CV Ruhama, 1995
_______________, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1991
Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1989
Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta: Rajawali Press, 1996
Muhammad Naufal, Abu Ahmad, Langkah Mencapai Kebahagiaan Berumah Tangga, Yogyakarta: Al Husna Press, 1994
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004
Nashih Ulwan, Abdullah, Pendidikan anak dalam Islam, Jakarta: Pustaka Amani, 1995
________________, Kaidah-kaidah dasar (Pendidikan anak menurut Islam), Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992
Rakhmat, Jalaluddin, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Moderen, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994
________, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005
Shaleh, Abdul Rachman, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Jakarta: Gemawindu Pancaperkasa, 2000
Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999



Tidak ada komentar:

Posting Komentar