Makalah Sejarah Perkembangan Agama Islam di Indonesia
Makalah Pendidikan Agama Islam
Sejarah Perkembangan Agama Islam
Kata Pengantar
Islam merupakan salah satu agama besar di
dunia saat ini. Agama ini lahir dan berkembang di Tanah Arab. Pendirinya ialah Muhammad. Agama ini lahir salah satunya sebagai reaksi atas
rendahnya moral manusia pada saat itu. Manusia pada saat itu hidup dalam
keadaan moral yang rendah dan kebodohan (jahiliah). Mereka sudah tidak lagi
mengindahkan ajaran-ajaran nabi-nabi sebelumnya. Hal itu menyebabkan manusia
berada pada titik terendah. Penyembahan berhala, pembunuhan, perzinahan, dan
tindakan rendah lainnya merajalela. Indonesia adalah negara berpenduduk muslim
terbesar di dunia. Agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 lewat pedagang
muslim dari Arab, Persia dan Gujarat (India Barat). Islam datang ke Indonesia
dengan jalan damai. Pada abad ke-11 telah ditemukan permukiman-permukiman di
kota-kota pantai di Nusantara. Hal ini terbukti dengan ditemukannya batu nisan
dengan nama Fatimah binti Maimun, yang wafat 475 H/1082 M di Desa Leran,
Gresik, Jawa Timur. Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M,
belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara besar-besaran. Baru
pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para
pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran
pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan
politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan
bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta
Ternate.
Para penguasa
kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam
dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara
lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan
Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Dalam
sejarah perjuangan bangsa, umat Islam memegang peran penting. Bahkan, di era
abad ke-21 ini, peran umat Islam di Indonesia makin menonjol, tidak hanya di
tingkat nasional, tetapi juga dalam berbagai forum internasional.
Masuknya
Islam di Indonesia
Sejak zaman prasejarah penduduk
kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi
lautan lepas. Sejak awal masehi, sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan
antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di daratan Asia Tenggara.
Bersamaan dengan itu, datang pula para pedagang dari timur tengah. Mereka tidak
hanya membeli dan menjajakan barang dagangan tetapi ada juga yang berupaya
menyebarkan agama Islam. Setelah pemerintahan Bani Abbasiyah, kekuasaan Islam
terpecah. Perpecahan ini mengakibatkan banyak wilayah yang memisahkan diri.
Akibatnya, penyebaran Islam dilakukan secara perorangan. Agama ini dapat berkembang dengan cepat karena
Islam mengatur hubungan manusia dan TUHAN. Islam disebarluaskan tanpa paksaan
kepada setiap orang untuk memeluknya. Sejarah mencatat bahwa kaum pedagang
memegang peranan penting dalam persebaran agama dan kebudayaan Islam. Letak
Indonesia yang strategis menyebabkan timbulnya
bandarbandar perdagangan yang
turut membantu mempercepat persebaran tersebut. Di samping itu, cara lain yang
turut berperan ialah melalui dakwah yang dilakukan para mubaligh. Dengan
demikian, agama Islam telah ada di Indonesia bersamaan dengan kehadiran para
pedagang Arab tersebut.
Berdasarkan hasil Seminar
Nasional masuknya Islam ke Indonesia yang diadakan di Medan tahun 1963, para
ahli menyimpulkan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama
Hijriah (ketujuh masehi) dan langsung dari tanah Arab. Daerah yang pertama kali
disinggahi adalah pesisir Sumatera. Agama Islam tersebut disebarkan oleh para
saudagar muslim yang juga bertindak sebagai mubalig dan dilakukan dengan cara
damai. Setelah agama Islam diterima oleh masyarakat maka terjadilah proses
Islamisasi yang dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya seperti
perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, kesenian dan politik.
Kapan dan dari mana Islam Masuk
Indonesia
Sejarah mencatat bahwa sejak awal
Masehi, pedagang-pedagang dari India dan Cina sudah memiliki hubungan dagang
dengan penduduk Indonesia. Namun demikian, kapan tepatnya Islam hadir di
Nusantara?
Masuknya Islam ke Indonesia
menimbulkan berbagai teori. Meski terdapat beberapa pendapat mengenai
kedatangan agama Islam di Indonesia, banyak ahli sejarah cenderung percaya
bahwa masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-7 berdasarkan Berita Cina zaman
Dinasti Tang. Berita itu mencatat bahwa pada abad ke-7, terdapat permukiman
pedagang muslim dari Arab di Desa Baros, daerah pantai barat Sumatra Utara.
Abad ke-13 Masehi lebih menunjuk
pada perkembangan Islam bersamaan dengan tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia. Pendapat ini berdasarkan catatan perjalanan Marco Polo yang menerangkan bahwa ia
pernah singgah di Perlak pada tahun 1292 dan berjumpa dengan orang-orang yang
telah menganut agama Islam.
Bukti yang turut memperkuat pendapat
ini ialah ditemukannya nisan makam Raja Samudra Pasai, Sultan Malik al-Saleh
yang berangka tahun 1297.Jika diurutkan dari barat ke timur, Islam pertama kali
masuk di Perlak, bagian utara Sumatra. Hal ini menyangkut strategisnya letak
Perlak, yaitu di daerah Selat Malaka, jalur laut perdagangan internasional dari
barat ke timur. Berikutnya ialah Kerajaan Samudra Pasai.
Di Jawa, Islam masuk melalui pesisir
utara Pulau Jawa ditandai dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun bin
Hibatullah yang wafat pada tahun 475 Hijriah atau 1082 Masehi di Desa Leran,
Kecamatan Manyar, Gresik. Dilihat dari namanya, diperkirakan Fatimah adalah
keturunan Hibatullah, salah satu dinasti di Persia. Di samping itu, di Gresik
juga ditemukan makam Malik Ibrahim dari Kasyan (satu tempat di Persia) yang
meninggal pada tahun 822 H atau 1419 M. Agak ke pedalaman, di Mojokerto juga
ditemukan ratusan kubur Islam kuno. Makam tertua berangka tahun 1374 M.
Diperkirakan makam-makam ini ialah makam keluarga istana Majapahit.
Di Kalimantan, Islam masuk melalui
Pontianak yang disiarkan oleh bangsawan Arab bernama Sultan Syarif Abdurrahman
pada abad ke-18. Di hulu Sungai Pawan, di Ketapang, Kalimantan Barat ditemukan
pemakaman Islam kuno. Angka tahun yang tertua pada makam-makam tersebut adalah
tahun 1340 Saka (1418 M).
Jadi, Islam telah ada sebelum abad
ke-15 dan diperkirakan berasal dari Majapahit karena bentuk makam bergaya
Majapahit dan berangka tahun Jawa kuno. Di Kalimantan Timur, Islam masuk
melalui Kerajaan Kutai yang dibawa oleh dua orang penyiar agama dari Minangkabau yang bernama Tuan Haji Bandang dan Tuan Haji
Tunggangparangan. Di Kalimantan Selatan, Islam masuk melalui Kerajaan Banjar yang
disiarkan oleh Dayyan, seorang khatib (ahli khotbah) dari Demak.
Di Kalimantan Tengah, bukti
kedatangan Islam ditemukan pada masjid Ki Gede di Kotawaringin yang bertuliskan angka tahun
1434 M.Di Sulawesi, Islam masuk melalui raja dan masyarakat Gowa-Tallo. Hal
masuknya Islam ke Sulawesi ini tercatat pada Lontara Bilang. Menurut catatan
tersebut, raja pertama yang memeluk Islam ialah Kanjeng Matoaya, raja keempat
dari Tallo yang memeluk Islam pada tahun 1603.
Adapun penyiar agama Islam di daerah
ini berasal antara lain dari Demak, Tuban, Gresik, Minangkabau, bahkan dari Campa. Di Maluku, Islam masuk melalui bagian
utara, yakni Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Diperkirakan Islam di daerah ini disiarkan oleh keempat ulama dari Irak, yaitu Syekh Amin, Syekh Mansyur,
Syekh Umar, dan Syekh Yakub pada abad ke-8.
Peranan Kaum
Pedagang dalam menyebarluaskan Islam di Indonesia
Seperti halnya penyebaran agama
Hindu-Buddha, kaum pedagang memegang peranan penting dalam proses penyebaran
agama Islam, baik pedagang dari luar Indonesia maupun para pedagang Indonesia. Para pedagang itu datang dan berdagang di pusat-pusat perdagangan di daerah pesisir. Malaka
merupakan pusat transit para pedagang. Di samping itu, bandar-bandar di sekitar
Malaka seperti Perlak dan Samudra Pasai juga didatangi para pedagang. Mereka
tinggal di tempat-tempat tersebut dalam waktu yang lama, untuk menunggu
datangnya angin musim. Pada saat menunggu inilah, terjadi pembauran
antarpedagang dari berbagai bangsa serta antara pedagang dan penduduk setempat.
Terjadilah kegiatan saling memperkenalkan
adat-istiadat, budaya bahkan agama. Bukan hanya melakukan perdagangan, bahkan
juga terjadi asimilasi melalui perkawinan. Di antara para pedagang tersebut,
terdapat pedagang Arab, Persia, dan Gujarat yang umumnya beragama Islam. Mereka
mengenalkan agama dan budaya Islam kepada para pedagang lain maupun kepada penduduk setempat.
Maka, mulailah ada penduduk
Indonesia yang memeluk agama Islam. Lama-kelamaan penganut agama Islam makin
banyak. Bahkan kemudian berkembang perkampungan para pedagang Islam di daerah pesisir. Penduduk setempat yang telah memeluk agama Islam kemudian
menyebarkan Islam kepada sesama pedagang, juga kepada sanak familinya.
Akhirnya, Islam mulai berkembang di masyarakat Indonesia. Di samping itu para pedagang dan pelayar
tersebut juga ada yang menikah dengan penduduk setempat sehingga lahirlah
keluarga dan anak-anak yang Islam.
Hal ini berlangsung terus selama
bertahun-tahun sehingga akhirnya muncul sebuah komunitas Islam, yang setelah
kuat akhirnya membentuk sebuah pemerintahaan Islam. Dari situlah lahir
kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara.
Peranan
Bandar-Bandar dalam menyebarluaskan Islam di Indonesia
Bandar merupakan tempat berlabuh
kapal-kapal atau persinggahan kapal-kapal dagang. Bandar juga merupakan pusat perdagangan, bahkan juga digunakan
sebagai tempat tinggal para pengusaha perkapalan. Sebagai negara kepulauan yang terletak pada jalur
perdagangan internasional, Indonesia memiliki banyak bandar. Bandar-bandar ini
memiliki peranan dan arti yang penting dalam proses masuknya Islam ke
Indonesia. Di bandar-bandar inilah para pedagang beragama Islam memperkenalkan
Islam kepada para pedagang lain ataupun kepada penduduk setempat. Dengan
demikian, bandar menjadi pintu masuk dan pusat penyebaran agama Islam ke
Indonesia. Kalau kita lihat letak geografis kota-kota pusat kerajaan yang
bercorak Islam pada umunya terletak di pesisir-pesisir dan muara sungai. Dalam
perkembangannya, bandar-bandar tersebut umumnya tumbuh menjadi kota bahkan ada yang menjadi kerajaan, seperti Perlak, Samudra Pasai,
Palembang, Banten, Sunda Kelapa, Cirebon, Demak, Jepara, Tuban, Gresik,
Banjarmasin, Gowa, Ternate, dan Tidore. Banyak pemimpin bandar yang memeluk
agama Islam. Akibatnya, rakyatnya pun kemudian banyak memeluk agama Islam.
Peranan bandar-bandar sebagai pusat perdagangan dapat kita lihat jejaknya. Para
pedagang di dalam kota mempunyai perkampungan sendiri-sendiri yang
penempatannya ditentukan atas persetujuan dari penguasa kota tersebut, misalnya
di Aceh, terdapat perkampungan orang Portugis, Benggalu Cina, Gujarat, Arab,
dan Pegu. Begitu juga di Banten dan kota-kota pasar kerajaan lainnya. Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kota-kota pada masa pertumbuhan dan
perkembangan Islam memiliki ciri-ciri yang hampir sama antara lain letaknya di
pesisir, ada pasar, ada masjid, ada perkampungan, dan ada tempat para penguasa
(sultan).
Peranan para
Wali dan Ulama dalam menyebarluaskan Islam di Indonesia
Salah satu cara penyebaran agama Islam ialah
dengan cara mendakwah. Di samping sebagai pedagang, para pedagang Islam juga
berperan sebagai mubaligh. Ada juga para mubaligh yang datang bersama pedagang
dengan misi agamanya. Penyebaran Islam melalui dakwah ini berjalan dengan cara
para ulama mendatangi masyarakat objek dakwah, dengan menggunakan pendekatan
sosial budaya. Pola ini memakai bentuk akulturasi, yaitu menggunakan jenis
budaya setempat yang dialiri dengan ajaran Islam di dalamnya. Di samping itu,
para ulama ini juga mendirikan pesantren-pesantren sebagai sarana pendidikan
Islam. Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh Walisongo (9 wali).
Wali ialah orang yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri
kepada Allah. Para wali ini dekat dengan kalangan istana. Merekalah orang yang
memberikan pengesahan atas sah tidaknya seseorang naik tahta. Mereka juga
adalah penasihat sultan. Karena dekat dengan kalangan istana, mereka kemudian
diberi gelar sunan atau susuhunan (yang dijunjung tinggi). Kesembilan wali
tersebut adalah seperti berikut.
∂ Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim). Inilah
wali yang pertama datang ke Jawa pada abad ke-13 dan menyiarkan Islam di
sekitar Gresik. Dimakamkan di Gresik, Jawa Timur.
∂ Sunan Ampel (Raden Rahmat). Menyiarkan Islam
di Ampel, Surabaya, Jawa Timur. Beliau merupakan perancang pembangunan Masjid
Demak.
∂ Sunan Derajad (Syarifudin). Anak dari Sunan
Ampel. Menyiarkan agama di sekitar Surabaya. Seorang sunan yang sangat berjiwa sosial.
∂ Sunan Bonang (Makdum Ibrahim). Anak dari Sunan
Ampel. Menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan Rembang. Sunan yang sangat
bijaksana.
∂ Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said).
Murid Sunan Bonang. Menyiarkan Islam di Jawa Tengah. Seorang pemimpin,
pujangga, dan filosof. Menyiarkan agama dengan cara menyesuaikan dengan
lingkungan setempat.
∂ Sunan Giri (Raden Paku). Menyiarkan Islam di
luar Jawa, yaitu Madura, Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku. Menyiarkan agama
dengan metode bermain.
∂ Sunan Kudus (Jafar Sodiq). Menyiarkan Islam di
Kudus, Jawa Tengah. Seorang ahli seni bangunan. Hasilnya ialah Masjid dan
Menara Kudus.
∂ Sunan Muria (Raden Umar Said). Menyiarkan
Islam di lereng Gunung Muria, terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah.
Sangat dekat dengan rakyat jelata.
∂ Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah).
Menyiarkan Islam di Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Seorang pemimpin berjiwa
besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar