الأخلاق في الإسلام
مع المقرنة بالديانات السماوية و الاخلاق الوضعية
AKHLAK
DALAM ISLAM
Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Studi Naskah Manajemen Pendidikan Islam
Dosen Pengampu
Prof. Dr. H. Ahmad Syukri, MA
Dr. A. A. Miftah, M. Ag

O l e h:
SUMANTO
NIM.
DMP. 15.135
PASCASARJANA
MAJEMEN PENDIDIKAN
ISLAM
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
SULTHAN
THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2016
STUDI NASKAH MANAJEMEN
PENDIDIKAN ISLAM
في الإسلام الأخلاق
Nama
Buku : Al-Akhlaaq fi
al-Islam
Pengarang : Dr. Ya’qub al-Mulaiji
Tempat
Terbit : Iskandariah
Penerbit : Mu’assasat al-Tsaqafah
al-Jami’iyah
Tahun : 1405
H/1985 M
Cetakan :
Daftar
Isi Buku
Pasal Pertama
1. Pengertian Akhlak al-Islam
2. Hubungan akhlak dengan syari’at Islam
3. Hubungan akhlak dengan ilmu-ilmu lain
4. Akhlak dan Sosiologi
5. Akhlak dan hukum
6. Sumber ilmu akhlak
Pasal Kedua
Pentingnya akhlak
Pasal Ketiga
1.
Pembagian akhlak
2.
Akhlak dan moral
3.
Akhlak pribadi
(individu)
4.
Akhlak dalam
masyarakat
5. Akhlak dalam keluarga
6. Akhlak berpolitik
7. Akhlak Ulama
8. Akhlak Perempuan
9. Akhlak orang Munafik
10. Sifat orang Munafik
Pasal Keempat
Akhlak dalam Islam
Pasal Kelima
Pembagian akhlak
dalam Islam
1. Sabar
2. Sidiq
3. Amar ma’ruf nahi munkar
الأخلاق
في الإسلام
Akhlak dalam Islam
A. Pengertian Akhlak dalam Islam تعريف الأخلاق في الإسلام
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab khuluq/خلق yang jamaknya akhlaak/اخلاق. Menurut
bahasa, akhlak adalah perangai, tabiat, dan agama. Kata tersebut mengandung
segi-segi persesuaian dengan perkataan khalq yang berarti “kejadian”, serta
erat hubungannya denga kata khaliq yang berarti “Pencipta” dan makhluq
yang berati “yang diciptakan”.[1]
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. Jika kita mengatakan bahwa si
A misalnya sebagai orang yang berakhlak dermawan, maka sikap dermawan tersebut
telah mendarah daging, kapan dan di manapun sikapnya itu dibawanya,
sehingga menjadi identitas yang membedakan dirinya dengan orang lain. Jika si A
tersebut kadang-kadang dermawan dan kadang-kadang bakhil, maka si A tersebut
belum dapat dikatakan sebagai seorang yang dermawan. Demikian juga jika kepada
si B kita mengatakan bahwa ia termasuk orang yang taat beribadah, maka sikap
taat beribadah tersebut telah dilakukannya di manapun ia berada.[2]
Dikutip dari Rosihon Anwar bahwa
pengertian akhlak menurut ulama akhlak antara lain:[3]
a.
Ibnu Maskawaih(941-1030
M)
حال للنفس داعية لها الى افعالها من غير فكر ولاروية.وهذه الحال تنقسم الى
قسمين : منها ما يكون طبيعيا من اصل المزاج.... ومنها مايكون مستفادا باالعادة
والتدريب, وربما كان مبدؤه الفكر , ثم يستمر عليه اْولا فاْولا حتى يصير
ملكة وخلقا .
“Keadaan jiwa seseorang yang mendorong untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih
dahulu. Keadaan ini terbagi dua, ada yang berasal dari tabiat aslinya … adapula
yang diperoleh dari kebiasaan berulang-ulang. Boleh jadi,pada mulanya tindakan
itu melalui pikiran dan pertimbangan,kemudian dilakukan terus menerus,maka
jadilah suatu bakat dan akhlak.”
b.
Imam Al-Ghazali (1055-1111 M)
هيئة راسخة في النفس تصدر عنها الاْفعال
بيسر وسهولة من غير حاجة الى فكر وروية
“Akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang
tertanam dalam jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan yang spontan tanpa memerlukan pertimbangan pikiran.”
c.
Muhyiddin Ibnu Arabi (1165-1240 M)
حال للنفس به يفعل الانسان افعاله بلاروية
ولااختيار, والخلق قد يكون فى بعض الناس غريزة وطبعا, وفى بعض الناس لايكون
الاباالرياضة والاجتهاد.
“Keadaan jiwa seseorang yang mendorong
manusia untuk berbuat tanpa melalui pertimbangan dan pilihan terlebih dahulu.
Keadaan tersebut pada seseorang boleh jadi merupakan tabiat atau bawaan dan
boleh jadi juga merupakan kebiasaan melalui latihan dan perjuangan.”
d.
Syekh Makarim Asy-Syirazi
الاْخلاق مجموعات الكمالات المعنوية
والسجايا الباطنية للانسان
“Akhlak adalah sekumpulan keutamaan maknawi
dan tabiat batini manusia.”
e.
Al-Faidh Al-Kasyani(w. 1091 H)
الخلق هو عبارة عن هيئة قائمة فى النفس تصدر منها الاْفعال بسهولة من دون
الحاجة الى تدبر و تفكر
“Akhlak adalah ungkapan untuk menunjukkan kondisi yag mandiri dalam jiwa yang darinya muncul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa didahului perenungan dan pemikiran.”
“Akhlak adalah ungkapan untuk menunjukkan kondisi yag mandiri dalam jiwa yang darinya muncul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa didahului perenungan dan pemikiran.”
Dari semua pengertian diatas
memberikan gambaran bahwa tingkah laku merupakan bentuk kepribadian seseorang
tanpa dibuat-buat atau tanpa dorongan dari luar. Jika baik menurut agama dan
pandangan akal tindakan spontan ini disebut akhlak baik (akhlakul
karimah/akhlakul mahmudah) sebaliknya jika akhlak tersebut buruk tindakan
spontan ini disebut akhlak tercela (akhlakul madzmudah).
B. Pemikiran Ya’qub al-Mulaiji tentang al-Akhlak fii
al-Islam
الفكر
يعقوب المليجى عن الأخلاق في الإسلام
1. Akhlak
dan Kaitannya dengan Syari’at Islam الأخلاق وعلاقتها
بالشريعة الإسلامية الشريعة هي أحكام التي شرعها الله لعباده على لسان رسول من
الرسل عليهم الصلاة والسلام , وتنقسم الشريعة الإسلامية إلى ثلاثة أقسام :[4]
Syaria’at
yaitu hukum-hukum yang disyari’atkan oleh Allah SWT kepada hamba-hambanya
melalui para Rasul dan Nabi, syari’at terbagi tiga:
1) Syaria’at
yang berhubungan dengan akidah dasar seperti ketentuan-ketentuan yang berkaitan
dengan zat Allah SWT, sifat-sifat-Nya, beriman kepada-Nya dan beriman kepada
para Rasul-Nya dan hari Akhir, ini dinamakan “ilmu kalam”.
2) Syaria’at
yang berkaitan dengan hormat, sopan santun, perbaikan dan ketentuan yang
menunjukkan keutamaan yang berbeda yang harus dimiliki manusia seperti jujur,
amanah, menepati janji, dan menjahui sifat dusta, khiyanat, mengingkari janji
dll, ini dinamakan “ilmu akhlak”.
3) Syaria’at
yang berhubungan dengan amal manusia seperti solat, zakat, haji, puasa,
Hiba, ijarah/penyewaan, pernikahan,
talak, nafkah, mawaris, dll. Ini dinamakan ilmu “fiqih”.[5]
2.
Akhlak dan Kaitannya dengan Ilmu-ilmu lainالأخلاق
وعلاقتها بالعلوم الأخرى
1) Hubungan ilmu
akhlak dengan ilmu tasawuf
Pada ahli ilmu
tasawuf pada umumnya membagi tasawuf menjadi tiga bagian. Pertama tasawuf
falsafi, kedua tasawuf akhlaki dan ketiga tasawuf
amali. Ketiga tasawuf ini tujuannya sama yaitu mendekatkan diri kepada
Allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan tercela dan menghias diri
dengan perbuatan yang terpuji. Ketiga macam tasawuf ini memiliki perbedaan
dalam hal pendekatan yang digunakan.[6]
Hubungan ilmu akhlak
dengan ilmu tasawuf yaitu ketika mempelajari Tasawuf ternyata pula bahwa
Al-Qur’an dan Al-Hadits mementingkan akhlak. Al-Qur’an dan Hadits menekankan
kejujuran, persaudaraan, keadilan, tolong menolong, murah hati, pemaaaf, sabar,
baik sangka, menepati janji, disiplin, mencintai ilmu, dan berfikiran lurus,
nila-nilai ini yang harus dimiliki oleh seorang muslim dan dimasukkan
kedalam dirinya sejak kecil.
Sebagaimana
diketahui bahwa dalam tasawuf masalah ibadah amat menonjol, karena tasawuf itu
pada hakikatnya melakukan serangkaian ibadah seperti shalat, puasa, haji,
dzikir, dan lain sebagainya. Yang semuanya itu dilakukan dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah yang dilakukan dalam rangka bertasawuf
itu ternyata erat hubungannya dengan Akhlak.
2) Hubungan ilmu
akhlak dengan ilmu tauhid الأخلاق وعلم
التوحيد
Ilmu tauhid adalah
ilmu ushuluddin, ilmu pokok-pokok agama, yakni menyangkut aqidah dan keimanan,
ilmu tauhid dapat disebut juga dengan Ilmu kalam, yang merupakan disiplin ilmu
ke Islaman yang banyak mengedepankan pembicaraan tentang persoalan-persoalan
kalam Tuhan. Pada ilmu kalam ditemukan pembahasan iman dan definisinya,
kekufuran dan manifestasinya, serta kemunafikan dan batasannya.[7] Sedangkan ahlak yang baik menurut pandangan Islam
haruslah berpijak pada keimanan. Iman tidak sekedar cukup disimpan dalam hati.
Melainkan harus dilahirkan dalam perbuatan yang nyata dan dalam bentuk amal
shaleh, barulah dikatakan iman itu sempurna, karena telah dapat direalisir.[8]
3) Hubungan
ilmu akhlak dengan ilmu jiwa (psikologi) الأخلاق وعلم النفس
Berbicara dalam hal
relevansi dan hubungan ilmu akhlak dengan ilmu psikologi sebenarnya merupakan
bahasan yang sangat strategis. Karena antara akhlak dengan ilmu psikologi
memiliki hubungan yang sangat kuat dimana, objek sasaran penyidikan psikologi
adalah terletak pada domain perasaan, khayal, paham, kamauan, ingatan, cinta
dan kenikmatan.[9] Sedangkan
akhlak sangat menghajatkan apa yang dibicarakan oleh ilmu jiwa, bahkan ilmu
jiwa adalah pendahuluan tertentu bagi akhlak.
Dengan lain
perkataan, ilmu jiwa sasarannya meneliti peranan yang dimainkan dalam perilaku
manusia, karenanya dia meneliti suara hati (dhamir), kamauan (iradah), daya
ingatan, hafalan dan pengertian, sangkaan yang ringan (waham) dan
kecenderungan-kecenderungan (wathif) manusia. Itu semua menjadi lapangan kerja
jiwa, yang menggerakan manusia untuk berbuat dan berkata. Oleh karena itu ilmu
jiwa merupakan muqaddimah yang pokok sebelum mengadakan kajian ilmu ahlak.[10]
Akhlak akan
mempersoalkan apakah jiwa mereka tersebut termasuk jiwa yang baik atau buruk.
Dengan demikian, menjadi jelas bahwa ahlak mempunyai hubungan dengan ilmu jiwa.
Dimana ilmu ahlak melihat dari segi apa yang sepatutnya dikerjakan manusia,
sedangkan ilmu jiwa meneropong dari segi apakah yang menyebabkan terjadi
perbuatan itu.
Pada masa akhir-akhir
ini, terdapat dalam ilmu jiwa suatu cabang yang disebut “ilmu jiwa masyarakat”
(social psychology). Ilmu ini menyelidiki akal manusia dari jurusan
masyarakat. Yakni menyelidiki soal bahasa dan bagaimana bekasnya terhadap akal,
adat kebiasaan suatu bangsa yang mudur dan bagaimana bekasnya terhadap akal,
adat kebiasaan suatu bangsa yang mundur dan bagaimana susunan masyarakat. Dan
bagi cabang ini memberi bekas yang langsung pada akhlak, melebihi dari ilmu
jiwa perseorangan.
4) Hubungan ilmu
ahlak dengan ilmu sosiologi (kemasyarakatan) الأخلاق وعلم إجتماعية
Secara etimologis
sosiologi berasal dari kata socius yang berarti ilmu
pengetahuan. Jadi sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang berkawan atau di
dalam arti luas adalah “ilmu pengetahuan yang berobjek pada masalah hidup
bermasyarakat”. Mempelajari masyarakat manusia yang pertama, dan bagaimana
meningkat keatas, juga menyelidiki tentang bahasa, agama, dan keluarga, dan
bagaimana membentuk undang-undang dan pemerintahan dan sebagainya. Mempelajari
semua ini menolong untuk memberi pengertian akan perbuatan manusia dan cara
menentukan hukum baik dan buruk.
Hidup memasyarakat
dapat dipahami dalam pengertian yang luas, bisa dipahami dalam dimensi sempit.
Masyarakat dalam arti luas ialah kebulatan dari semua perhubungan didalam hidup
masyarakat. Sedangkan dalam arti sempit ialah suatu kelompok manusia yang
menjadi tempat hidup bermasyarakat, tidak semua aspeknya tetapi dalam berbagai
aspek yang bentuknya tidak tertentu. Masyarakat dalam arti sempit ini tidak
mempunyai arti tertentu, misalnya masyarakat mahasiswa, masyarakat pedagang,
masyarakat tani, dan lain-lain.[11]
Mempersoalkan
hubungan antara ahlak dengan ilmu sosiologi agaknya sangat signifikan karena
ilmu ahlak membahas tentang berbagai perilaku manusia yang ditimbulkan oleh
kehendak, yang tidak dapat terlepas dari kajian kehidupan kemasyarakatan yang
menjadi kajian ilmu sosiologi. Demikianlah karena manusia tidak dapat
hidup kecuali bermasyarakat dan ia tetap menjadi anggota masyarakat. Bukan
menjadi kekuasaan kita untuk mengetahui keutamaan seseorang dengan tidak
mengetahui masyarakatnya, masyarakat mana yang dapat membantu keutamaan atau
merintanginya.
5) Hubungan ilmu
ahlak dengan ilmu pendidikan الأخلاق وعلم التربية Antara ahlak dengan
ilmu pendidikan mempunyai hubungan yang sangat mendasar dalam hal teoritik dan
pada tatanan praktisnya. sebab, dunia pendidikan sangat besar sekali
pengaruhnya terhadap perubahan perilaku, ahlak seseorang. Berbagai ilmu
diperkenalkan, agar siswa memahaminya dan dapat melakukan suatu perubahan pada
dirinya. Apabila siswa diberi pelajaran “Ahlak”, pendidikan mengajarkan
bagaimana seharusnya manusia itu bertingkah laku, bersikap terhadap sesamanya
dan penciptanya (Tuhan).
Dengan demikian,
posisi ilmu pendidikan strategis sekali jika dijadikan pusat perubahan perilaku
yang kurang baik untuk diarahkan menuju perilaku yang baik. oleh karena itu,
dibutuhkan beberapa unsur dalam pendidikan untuk bisa dijadikan agen perubahan
sikap dan perilaku manusia. Dari tenaga pendidik (pengajar) misalnya, perlu
memiliki kemampuan profesionalitas dalam bidangnya. Unsur lain yang perlu
diperhatikan adalah materi pengajaran. Apabila materi pengajaran yang
disampaikan oleh pendidik menyimpang dan mengarah keperubahan perilaku yang
menyimpang, inilah suatu keburukan dalam pendidikan dan begitu pula sebaliknya.[12]
Lingkungan sekolah
dalam dunia pendidikan merupakan tempat bertemunya semua watak. Perilaku dari
masing-masing anak yang berlainan. Kondisi anak yang sedemikian rupa dalam
interaksi antara anak satu dengan yang lainnya akan saling mempengaruhi juga
pada kepribadian anak. Dengan demikian lingkungan pendidikan mempengaruhi
jiwa anak didik. Dan akan diarahkan kemana anak didik dan perkembangan
kepribadian.
6) Hubungan
ilmu ahlak dengan ilmu filsafatالأخلاق وعلم
الفلسفة
Filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang berusaha menyelidiki segala sesuatu yang ada dan yang mungkin
ada dengan menggunakan pikiran. Filsafat memiliki bidang-bidng kajiannya
mencakup berbagai diiplin ilmu antara lain :
a.
Metafisika : penyelidikan dibalik alam yang nyata
b.
Kosmologi : penyelidikan tentang alam (filsafat alam)
c.
Logika : pembahasan tentang
cara berfikir cepat dan tepat
d.
Etika : pembahsan tentang tingah laku
manusia
e.
Theodica : pembahasan tentang ke-Tuhanan
f.
Antropologi : pembahasan tentang manusia
Dengan demikian jelaslah
bahwa etika termasuk salah satu komponen dalam filsafat. Banyak ilmu-ilmu yang
pada mulanya merupakan bagian filsafat karena ilmu tersebut kian meluas dan
berkembang dan akhirnya membentuk disiplin ilmu itu sendiri dan terlepas dari
filsafat. Demikian juga etika, dalam proses perkembangannya sekalipun masih
diakui sebagai bagian dalam pembahasan filsafat, kini telah merupakan ilmu yang
mempunyai identitas sendiri.
7) Hubungan
ilmu ahlak dengan ilmu hukumالأخلاق وعلم القانون
والحكم
Pokok pembicaraan
mengenai hubungan akhlak dengan ilmu hukum adalah perbuatan manusia. Tujuannya
mengatur perbuatan manusia untuk kebahagiaanya. Akhlak memerintahkan untuk
berbuat apa yang berguna dan melarang berbuat segala apa yang mudlarat, sedang
ilmu hukum tidak, karena banyak perbuatan yang baik dan berguna tudak
diperintahkan oleh hukum, seperti berbuat baik kepada fakir miskin dan
perlakuan baik antara suami istri. Demikian juga beberapa perbuatan yang
mendatangkan kemadlaratan tidak dicegah oleh hukum, umpamanya dusta dan dengki.
Ilmu hukum tidak mencampuri urusan ini karena ilmu hukum tidak memerintahkan
dan tidak melarang kecuali dalam hal menjatuhkan hukuman kepada orang yang
menyalahi perintah dan larangannya.[13]
Terkadang untuk
melaksanakan undang-undang itu hajat mempergunakan cara-cara yang lebih
membahayakan kepada ummat, dari apa yang diperintahkan atau dicegah olh
undang-undang. Demikian pula ada keburukan-keburukan yang samar-samar, seperti
mengingkari nikmat dan berkhianat, dan ini undang-undang tidak sampai untuk
menjatuhkan siksaan kepada pelakunya. Maka itu tidak dapat jatuh dibawah
kekerasan undang-undang, dan keadaanya dalam hal itu bukan seperti pencurian
dan pembunuhan. Perbedaan lainnya adalah bahwa ilmu hukum melihat segala perbuatan
dari jurusan buah dan akibatnya yang lahir, sedang akhlak menyelami gerak jiwa
manusia yang atin (walaupun tidak menimbulkan perbuatan yang lahir) dan juga
menelidiki perbuatan yang lahir.[14]
C. Pembagian
Akhlak dalam Islamالأخلاق في الإسلام
أقسام
1.
Akhlak kepada Allah Ta’ala الأخلاق الى لله
a. MenjadikanNya satu-satunya ma’bud (sembahan) yang
haq dan murni.
x‚$ƒÎ) ߉ç7÷ètR y‚$ƒÎ)ur ÚúüÏètGó¡nS ÇÎÈ
Artinya:Hanya
Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta
pertolongan. (QS. 1: 5)
!$tBur (#ÿrâÉDé& žwÎ) (#r߉ç6÷èu‹Ï9 ©!$# tûüÅÁÎ=øƒèC ã&s! tûïÏe$!$# uä!$xÿuZãm (#qßJ‹É)ãƒur no4qn=¢Á9$# (#qè?÷sãƒur no4qx.¨“9$# 4
y7Ï9ºsŒur ß`ƒÏŠ ÏpyJÍhŠs)ø9$# ÇÎÈ
Artinya:Padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (QS. 98:5)
b. Taat kepadaNya secara mutlak. (QS. 4:65)
c. Tidak menyekutukanNya dengan apa pun. (QS. 4:
116)
d. MenjadikanNya sebagai tempat minta pertolongan.
(QS. 1:5)
e. Memberikan hak rububiyah, uluhiyah, asmaul husna
dan sifatul ’ulya, hanya kepadaNya. (QS. 1;2), (QS. 114: 3)
f. Tidak menyerupakanNya dengan apa pun (QS. 42: 11)
g. Menetapkan apa-apa yang ditetapkanNya,
mengingkari apa-apa yang diingkariNya, mengharamkan apa-apa yang diharamkanNya,
dan menghalalkan apa-apa yang dihalalkanNya. (QS. 5: 48-49)
h. MenjadikanNya sebagai satu-satunya pembuat
syariat. (QS. 6: 57)
i. Berserah diri kepadaNya (QS. 20:72) 2.
2. Akhlak
kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallamالأخلاق
إلى الرسول
a. Mengakui dan mengimani bahwa Beliau adalah hamba
Allah dan RasulNya. (QS. 18:110)
ö@è% !$yJ¯RÎ) O$tRr& ׎|³o0 ö/ä3è=÷WÏiB #Óyrqム¥’n<Î) !$yJ¯Rr& öNä3ßg»s9Î) ×m»s9Î) Ó‰Ïnºur (
`yJsù tb%x. (#qã_ötƒ uä!$s)Ï9 ¾ÏmÎn/u‘ ö@yJ÷èu‹ù=sù WxuKtã $[sÎ=»|¹ Ÿwur õ8ÎŽô³ç„ ÍoyŠ$t7ÏèÎ/ ÿ¾ÏmÎn/u‘ #J‰tnr& ÇÊÊÉÈ
Artinya:Katakanlah:
Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:
"Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa".
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan
amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat
kepada Tuhannya".(QS. 18:110)
b. Meyakini bahwa Beliau adalah Rasul dan Nabi-Nya
yang terakhir, dan risalahnya pun juga risalah terakhir. (QS. 30:40)
c. Taat kepadanya secara mutlak. (QS. 4:65)
d. Menjadikannya sebagai teladan yang baik dalam
kehidupan, beragama, keluarga, sosial, dan lain-lain. (QS. 30:21)
e. Meyakini bahwa syafa’at darinya hanya terjadi
dengan idzin Allah ta’ala. (QS. 10:3), (QS. 20:109)
f. Bershalawat padanya. (QS. 30:56)
g. Menerima keputusannya secara lapang. (QS. 4: 59)
h. Mencintai keluarganya (ahli baitnya). (HR. At
tirmidzi, Juz.12, Hal. 260, No. 3722. Al Maktabah asy Syamilah)
i. Mencintai para sahabatnya dan mengakui bahwa
mereka adalah umat terbaik dan semuanya adil. (QS. 3: 110)
j. Mencintai yang dicintainya dan membenci yang
dibencinya.
3. Akhlak kepada
Manusia
الأخلاق إلى الناس
a. Berbakti kepada kedua orang tua
“Ï%©!$#ur tA$s% Ïm÷ƒt$Î!ºuqÏ9 7e$é& !$yJä3©9 ûÓÍ_ÏR#y‰Ïès?r& ÷br& ylt÷zé& ô‰s%ur ÏMn=yz ãbrãà)ø9$# `ÏB ‘Î=ö7s% $yJèdur Èb$sWŠÉótGó¡o„ ©!$# y7n=÷ƒur ô`ÏB#uä ¨bÎ) y‰ôãur «!$# A,ym ãAqà)u‹sù $tB !#x‹»yd HwÎ) çŽÏÜ»y™r& tûüÏ9¨rF{$# ÇÊÐÈ
Artinya:Dan orang yang berkata kepada dua orang
ibu bapaknya: "Cis bagi kamu keduanya, Apakah kamu keduanya memperingatkan
kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, Padahal sungguh telah berlalu beberapa
umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah
seraya mengatakan: "Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah
adalah benar". lalu Dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan
orang-orang dahulu belaka".(QS.46:17)
b. Menyambung silaturrahim (QS. 4:1) (QS. 2:27)
c. Tolong menolong dalam kebaikan, bukan dalam
kejahatan. (QS. 5:2)
d. Tawadhu’ (QS.7:199)
e. Tidak mencela. (HR. Bukhari)
f. Lemah lembut dan berkasih sayang kepada
sesama muslim dan tegas terhadap orang kafir. (QS. 5:54) (QS. 48: 29)
g. Sabar, menepati janji, dan jujur. (QS. 2:177)
h. Pemaaf (QS. 2:109) - Adil (QS. 3: 18) - Dermawan
(QS. 2: 245)
i. Memuliakan tamu (QS. 11:69)
D. Hubungan Akhlak dalam Manajemen Pendidikan Islam
Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk
terbaik ciptaan-Nya, berarti ketaatan dan kepatuhan manusia kepada Allah
merupakan alas an penciptaan manusia. Karena itu kekhalifahan manusia di bumi
juga merupakan tujuan penciptaan manusia, dan sekaligus hanya manusia yang
mampu menerima amanat dari Allah bahwa manusia bebas memilih dan berkehendak
untuk mengikuti perintah-perintah Allah.
Tugas manusia sebagai pemimpin dan
manajer di bumi ini ialah memakmurkan alam sebagai manifestasi dari rasa syukur
manusia kepada Allah dan pengabdian kepada-Nya, Dalam Q.S Al-Anbiya’ : 73 Allah
menegaskan :
öNßg»uZù=yèy_ur Zp£Jͬr& šcr߉öku‰ $tRÌøBr'Î/ !$uZøŠym÷rr&ur öNÎgø‹s9Î) Ÿ@÷èÏù ÏNºuŽöy‚ø9$# uQ$s%Î)ur Ío4qn=¢Á9$# uä!$tFƒÎ)ur Ío4qŸ2¨“9$# (
(#qçR%x.ur $oYs9 tûïωÎ7»tã ÇÐÌÈ
Artinya : “Kami Telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang
memberi petunjuk dengan perintah kami dan Telah kami wahyukan kepada, mereka
mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan Hanya
kepada kamilah mereka selalu menyembah”,
Jadi, bagi setiap umat ada pemimpin yang
dipercayai (credible) sehingga mereka dapat mengajarkan kebenaran,
kebaikan dan kemuliaan dengan keteladananya. Pemimpin harus menjadi penolong,
menggerakkan, mengarahkan dan membimbing anggota organisasi untuk mematuhi
kehendak Allah. Oleh karena itu, seorang pemimpin efektif diperlukan
sifat-sifat yang baik, agar umat yang akan mengankatnya sebagai pemimpin bisa
mempercayainya. Adapun sifat-sifat dan akhlak pemimpin pendidikan yang efektif
dalam agama islam adalah sebagai berikut.
1. Rendah
hati dan sederhana
Seorang pemimpin pendidikan hendaknya
jangan mempunyai sikap sombong atau lebih mengetahui daripada yang lain. Ioa
hendaknya lebih banyak mendengarkan dan bertanya daripada berkata dan menyuruh.
Sehingga para anggotanya tidak merasa diremehkan meskipun mereka hanya seorang
bawahan.
2. Bersifat
suka menolong
Pemimpin hendaknya selalu siap sedia
untuk membantu anggota-anggotanya tanpa diminta bantuannya. Dan selalu bersedia
untuk mendengarkan kesulitan-kesulitan yang disampaikan oleh anggota-anggotanya
meskipun ia tidak akan dapat menolongnya.
3. Percaya
kepada dirinya sendiri
Seorang pemimpin hendaknya menaruh
kepercayaan sepenuhnya kepada anggota-anggotanya, percaya bahwa mereka akan
dapat melaksanakan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya. Yang dipimpinnya
harus merasa pula bahwa mereka mendapat kepercayaan sepenuhnya untuk
melaksanakan tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya.
4. Keahlian
dalam jabatan
Keahliuan jababatan merupakan syarat
utama pula dalam kepemimpinan. Tanpa keahlian tak mungkin menjadi pemimpin.
Dengan keahlian jabatan itu bukan saja dimaksud kecakapan dalam melaksanakan
pekerjaan, tetapi juga termasuk pengalaman dan penguasaan semua macam
pengetahuan yang diperlukan untuk memperoleh dan menambah kecakapan kita.[15]
5. Amanah
Amanah juga merupakan sifat
kepemimpinan. Karena Allah telah mempercayakan manusia mengelola ala mini untuk
kebaikan manusia dan kemakmuran alam, berarti keteladanan manusia yang
menduduki jabatan tertentu sangat diperlukan untuk kebaikan organisasi. Oleh karena
itu, seorang pemimpin diharapkan melakukan apa yang mereka katakana, agar
bawahannya sukarela melakukan pekerjaan yang dipercayakan kepadanya.[16] Allah SWT berfirman:
* ¨bÎ) ©!$# öNä.ããBù'tƒ br& (#r–Šxsè? ÏM»uZ»tBF{$# #’n<Î) $ygÎ=÷dr& #sŒÎ)ur OçFôJs3ym tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$# br& (#qßJä3øtrB ÉAô‰yèø9$$Î/ 4
¨bÎ) ©!$# $KÏèÏR /ä3ÝàÏètƒ ÿ¾ÏmÎ/ 3
¨bÎ) ©!$# tb%x. $Jè‹Ïÿxœ #ZŽÅÁt/ ÇÎÑÈ
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. (QS. An-Nisa’: 58)
6. Sabar
dan memiliki kestabilan emosi
Seorang pemimpin pendidikan hendaknya
memiliki sifat sabar. Jangan lekas merasa kecewa, dalam menghadapi kegagalan
atau kesukaran, sebaliknya jangan lekas merasa bangga dan sombong jika
kelompoknya berhasil. Sifat ini akan memberikan perasaan aman kepada
anggota-anggotanya.
Menurut Yusuf
Al-Qardhawi dalam bukunya Ash-Shabrfi Al-Qur’an,sabar
dapat di bagi menjadi enam macam:[17]
a. Sabar menerima cobaan hidup
b. Sabar dari Keinginan Hawa Nafsu
c. Sabar Dalam Taat Kepada Allah SWT
d. Sabar Dalam Berdakwah
e. Sabar Dalam Perang
f. Sabar Dalam Pergaulan
Menurut Ya’qub Al-Mulaij dalam bukunya Al-Akhlak
fii Al-Islam, sabar dapat dibagi menjadi enam macam:[18]
1. Sabar
terhadap keinginan syahwat الصبر على الشهوات النفس
tûïÏ%©!$#ur öNèd öNÎgÅ_rãàÿÏ9 tbqÝàÏÿ»ym ÇÎÈ žwÎ) #’n?tã öNÎgÅ_ºurø—r& ÷rr& $tB ôMs3n=tB öNåkß]»yJ÷ƒr& öNåk¨XÎ*sù çŽöxî šúüÏBqè=tB ÇÏÈ
Artinya:
dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka
atau budak yang mereka miliki; Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada
terceIa. (QS. Al-Mu’minun: 5-6)
2. Sabar
terhadap kesulitan/kesusahanالصبر على الشدائد
( tûïÎŽÉ9»¢Á9$#ur ’Îû Ïä!$y™ù't7ø9$# Ïä!#§ŽœØ9$#ur tûüÏnur Ĩù't7ø9$# 3 y7Í´¯»s9'ré& tûïÏ%©!$# (#qè%y‰|¹ (
y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd tbqà)GßJø9$# ÇÊÐÐÈ
Artinya;
Dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.
mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang
yang bertakwa.( Qs. Al-Baqoroh: 177)
3. Sabar
terhadap fitnah manusiaالصبر على فتنة الناس
3 $oYù=yèy_ur öNà6ŸÒ÷èt/ <Ù÷èt7Ï9 ºpuZ÷FÏù šcrçŽÉ9óÁs?r& 3 tb%Ÿ2ur y7•/u‘ #ZŽÅÁt/ ÇËÉÈ
Artinya:Dan
Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. maukah kamu
bersabar?; dan adalah Tuhanmu Maha melihat.(QS. Al-Furqon: 20)
4. Sabar
terhadap hilangnya nikmatالصبر على زوال النعم
Nä3¯Ruqè=ö7oYs9ur &äóÓy´Î/ z`ÏiB Å$öqsƒø:$# Æíqàfø9$#ur <Èø)tRur z`ÏiB ÉAºuqøBF{$# ħàÿRF{$#ur ÏNºtyJ¨W9$#ur 3
ÌÏe±o0ur šúïÎŽÉ9»¢Á9$# ÇÊÎÎÈ
Artinya:
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar.(QS. Al-Baqoroh: 155)
5. Sabar
terhadap musibah الصبر على مصائب الحياة
tûïÎŽÉ9»¢Á9$#ur 4’n?tã !$tB öNåku5$|¹r& ‘ÏJŠÉ)ßJø9$#ur Ío4qn=¢Á9$# $®ÿÊEur öNßg»uZø%y—u‘ tbqà)ÏÿZムÇÌÎÈ
Artinya:
orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang
mendirikan sembahyang dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang
telah Kami rezkikan kepada mereka.(QS. Al-Haj: 35)
6.
Sabar terhadap penciptaan diri الصبر كخلق نفسي
7.
Jujur, adil, dan dapat
dipercaya
Sikap percaya kepada diri sendiri pada
anggota-anggota kelompok dapat timbul karena adanya kepercayaan mereka terhadap
pemimpinnya. Karena mereka menaruh kepercayaan kepada pemimpinnya, mereka akan
menjalankan semua kewajiban dengan rasa patuh dan bertanggung jawab.
a. Jujur dalam berjanji dan
menepati janji الصدق في الوعد والوفاه بالوعد
والعهد
b. Jujur dan benar dalam
ucapan ketika member berita dari diri sendiri maupun dari orang lain الصدق في القول وفيما يخبربه عن نفس وغيره
c. Jujur dalam berfikir dan
memberikan pandangan dan saran yang logis
الصدق في نقل
الافكار والأراء العلمية
d. Jujur dalam memberikan
kesaksian dan tidak memberikan kesaksian yang buruk الصدق في اداء الشهادة وعدم الجنوح إلى قول الزور
Seorang muslimin dan seorang manajer atau pemimpin
dituntut untuk selalu berada dalam keadaan yang benar baik lahir dan batin,
baik benar dalam hati, benar perkataan dan benar
perbuatan. Rasulullah saw telah memerintahkan setiap muslim untuk selalu
shidiq (jujur), karena sikap shidiq (jujur) membawa kepada kebaikan, dan
kebaikan akan menghantarkan ke surga.
Imam Ghazali menyebutkan ada 6 jenis
sidik yang perlu direalisasikan dalam diri seorang mu’min agar menjadi mu’min
yang sebenarnya.[20]
a. صدق
اللسان (Benar dalam ucapan)
Ucapan manusia adalah
ekspressi yang ada di hatinya. Hati yang baik melahirkan ucapan yang baik.
Sebaliknya hati yang buruk mengeluarkan ucapan yang buruk. Perbaikan ucapan
harus dimulai dari perbaikan hati. Apabila hati baik, ucapan yang keluar
menjadi baik dan selanjutnya akan mengikuti oleh prilaku yang baik. Dan prilaku
yang baik akan dibalas dengan ampunan dosa yang dapat membersihkan diri
manusia.
“Hai orang-orang yang beriman bertaubatah kepada Allah
dan berkatalah yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki amal-amal perbuatan
dan mengampuni dosa-dosamu(QS.33: )
b. صدق النية والإرادة (Benar dalam keyakinan dan motivasi)
Nilai
perbuatan seseorang tergantung motivasi dan niatnya. Manakala perbuatan yang
baik dilandasi dengan niat yang baik, mangharap ridho Allah maka nilai
perbuatan itu menjadi baik, sebaliknya manakala motivasi dan niatnya buruk
sekaligus tampak lahiriahnya kelihatan baik, seperti apa-apa yang kadang-kadang
dilakuakan oleh orang munafik.
c. صدق العزم (Benar
dalam Tekad)
Untuk
melakukan perbuatan yang baik dan benar tidak cukup dengan adanya keinginan dan
motivasi, tetapi harus ditopang dengan tekad yang kuat untuk merealisasikan
perbuatan tersebut banyak rintangan, tantangan dan kendalanya. Suksesnya Abu
Bakar dalam memerangi orang-orang yang murtad, tidak mau membayar zakat, karena
tekadnya yang luar biasa untuk memerangi orang-orang murtad sekalipun sendirian
tanpa dukungan sahabat-sahabatnya yang lain. Tekad inilah yang kemudian
mendapatkan dukungan dan simpati Umar dan seluruh sahabat yang lain.
d. صدق
الوفى
(Benar dalam kesetiaan)
Wafa
(setia) adalah sifat ulul albab, orang-orang suci, orang-orang mu’min dan
muttaqin yang dipuji didalam Al Qur’an. Ulul albab adalah “orang-orang yang
setia memenuhi janjinya kepada Allah dan tidak merusak janji” orang-orang Abror
(suci) adalah yang setia menunaikan nazarnya dan takut akan sesuatu hari
(kiamat) yang azabnya tersebar dimana-mana .
e. صدق العمل (Benar dalam Perbuatan)
f. ت المحمودة صدق في الدرجاShidiq dalam
merealisir tingkatan-tingkatan terpuji.
8. Amar Ma’ruf
Nahi Munkar الأمر بالمعروف والنهى عن
المنكر
عن المغيرة
بن شعبة عن النبي صلي الله عليه وسلم قال: لا يزال ناس من امتي ظاهرين حتي ياءتهم
امر الله وهمظاهرون.
“Dari Al-Mughairah bin Syu’bah dari Nabi saw, ia
berkata : sekelompok dari umatku selalu memperjuangkan (kebenaran) sehingga
datang kepada mereka keterangan Allah, sedang mereka menempuh jalan yang
benar”.
Nabi Saw mengungkapkan kelebihan untuk sekelompok
ummatnya yang senantiasa bersikap dan berperilaku di atas garis kebenaran.
Mereka merupakan segolongan ummatnya yang berusaha memelihara dan
memperjuangkan kebenaran agama Allah, menganjurkan kepada manusia berbuat yang
ma’ruf dan mencegah perbuatan yang mungkar. Diantara sekalian banyak ummat Nabi
Saw. Merekalah sekelompok manusia yang mendapat pujian Allah Swt. Allah
berfirman :
öNçGZä. uŽöyz >p¨Bé& ôMy_Ì÷zé& Ĩ$¨Y=Ï9 tbrâßDù's? Å$rã÷èyJø9$$Î/ šcöqyg÷Ys?ur Ç`tã Ìx6ZßJø9$# tbqãZÏB÷sè?ur «!$$Î/ 3
öqs9ur šÆtB#uä ã@÷dr& É=»tGÅ6ø9$# tb%s3s9 #ZŽöyz Nßg©9 4
ãNßg÷ZÏiB šcqãYÏB÷sßJø9$# ãNèdçŽsYò2r&ur tbqà)Å¡»xÿø9$# ÇÊÊÉÈ
Artinya: kamu adalah umat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Ali ‘Imran : 110)
كُنْتُمْ
خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ
عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ.
عَنْ أَبِي
سَعِيْد الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله
عليه وسلم يَقُوْلُ: مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ،
فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ
وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ .رواه مسلم
Dari Abu Sa’id Al Khudri r.a berkata : Saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda : Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan
tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu
maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya
iman. (Riwayat Muslim)
مَنْ رَأَى
مِنْكُمْ مُنْكَر ا Menurut beberapa
ulama maksud dari hadis ini adalah ketika ada kemungkaran maka harus diubah
dengan beberapa cara, yaitu :
§ Kekuasaan
bagi para penguasa
§ Nasihat atau
ceramah bagi para Ulama, kaum cerdik pandai, juru penerang, para wakil rakyat,
dan lain-lain.
§ Membencinya
di dalam hati bagi masyarakat umum.
Setiap orang memiliki kedudukan dan kekuatan
sendiri-sendiri untuk mencegah kemungkaran. Dengan kata lain, hadis tersebut
menunjukkan bahwa umat Islam harus berusaha melaksanakan amar ma’ruf nahi
mungkar menurut kemampuannya, sekalipun hanya melalui hati. Ada beberapa
karakter masyarakat dalam menyikapi amar ma’ruf nahi munkar. Antara lain :
1.
Memerintahkan yang ma’ruf dan
melarang yang munkar, atau dinamakan karakter orang mukmin.
2.
Memerintahkan yang munkar dan
melarang yang ma’ruf, atau dinamakan karakter orang munafik.
3.
Memerintahkan sebagian yang ma’ruf
dan munkar, dan melarang sebagian yang ma’ruf dan munkar. Ini adalah karakter
orang yang suka berbuat dosa dan maksiat.
Dengan melihat ketiga karakter tersebut, maka sudah
jelas bahwa tugas beramar ma’ruf nahi munkar bukanlah hanya tugas seorang da’i,
mubaligh, ataupun ustadz saja, namun merupakan kewajiban setiap muslim. Dan ini
merupakan salah satu kewajiban penting yang diamanahkan Rasulullah SAW kepada
seluruh kaum muslim sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Rasulullah
mengingatkan, agar siapa pun jika melihat kemunkaran, maka ia harus mengubah
dengan tangan, dengan lisan, atau dengan hati, sesuai dengan kapasitas dan
kemampuannya.
Begitu juga
Imam al-Ghazali, dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin, beliau menekankan, bahwa
aktivitas “amar ma’ruf dan nahi munkar” adalah kutub terbesar dalam urusan
agama. Ia adalah sesuatu yang penting, dan karena misi itulah, maka Allah
mengutus para nabi. Jika aktivitas ‘amar ma’ruf nahi munkar’ hilang, maka syiar
kenabian hilang, agama menjadi rusak, kesesatan tersebar, kebodohan akan
merajalela, satu negeri akan binasa. Begitu juga umat secara keseluruhan.
Kaedah yang
harus diperhatikan bagi Pelaku Amar Ma’ruf Nahi Munkar, Pelaku amar ma’ruf nahi
munkar hendaknya menghiasi dirinya dengan sifat terpuji dan akhlak mulia. Di
antara sifat pelaku amar ma’ruf nahi munkar yang terpenting adalah:
1.
Ikhlas
Hendaklah
seorang pelaku amar ma’ruf nahi munkar manjadikan tujuannya keridhaan Allah
semata, tidak mengharapkan balasan dan syukur dari orang lain. Demikianlah yang
dilakukan para Nabi, Allah berfirman:
!$tBur öNä3è=t«ó™r& Ïmø‹n=tã ô`ÏB @ô_r& ( ÷bÎ) y“Ìô_r& žwÎ) 4’n?tã Éb>u‘ tûüÏJn=»yèø9$# ÇÊÍÎÈ
Artinya: Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu, upahku tidak
lain hanyalah dari Rabb semesta alam. QS.Asy-Syu’araa` :145
Kerena
masyarakat umumnya belum mengerti mana yang ma’ruf dan mana yang
mungkar.Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: Niat terpuji yang diterima Allah
dan menghasilkan pahala adalah yang semata-mata untuk Allah. Sedangkan amal
terpuji lagi sholeh adalah itu yang diperintahkan Allah. Jika hal itu menjadi batasan
seluruh amal sholih, maka wajib bagi pelaku amar ma’ruf nahi munkar memiliki
keriteria tersebut dalam dirinya, dan tidak dikatakan amal sholih apabila
dilakukan tanpa ilmu dan fiqih, sebagaiman pernyataan Umar bin Abdil Aziz:
“Orang yang menyembah Allah tanpa ilmu, maka kerusakan yang ditimbulkannya
labih besar dari kemaslahatan yang dihasilkannya”. Ini sangat jelas, karena
niat dan amal tanpa ilmu merupakan kebodohan, kesesatan dan mengikuti hawa
nafsu. Maka dari itu ia harus mengetahui kema’rufan dan kemunkaran dan dapat
membedakan keduanya serta harus memiliki ilmu tentang keadaan yang diperintah
dan dilarang.
1.
Rifq
Rifq (lemah lembut dalam perkataan dan perbuatan serta
selalu mangambil yang mudah). Dalam kisah Nabi Musa Allah berfirman
:
!$t6ydøŒ$# 4’n<Î) tböqtãöÏù ¼çm¯RÎ) 4ÓxösÛ ÇÍÌÈ Ÿwqà)sù ¼çms9 Zwöqs% $YYÍh‹©9 ¼ã&©#yè©9 ã©.x‹tFtƒ ÷rr& 4Óy´øƒs† ÇÍÍÈ
Artinya: Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah malampaui batas
maka berbicalah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut
mudah-mudahan ia ingat atau takut”. (QS. Thoha : 43-44).
2. Sabar
Kesabaran
merupakan perkara yang sangat penting dalam seluruh perkara manusia, apalagi
dalam amar ma’ruf nahi munkar, karena pelaku amar ma’ruf nahi munkar bergerak
di medan perbaikan jiwanya dan jiwa orang lain. Sehingga Luqman mewasiati
anaknya untuk bersabar dalam amar ma’ruf nahi munkar :
¢Óo_ç6»tƒ ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã Ìs3ZßJø9$# ÷ŽÉ9ô¹$#ur 4’n?tã !$tB y7t/$|¹r& (
¨bÎ) y7Ï9ºsŒ ô`ÏB ÇP÷“tã Í‘qãBW{$# ÇÊÐÈ
Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah
(manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang
munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Luqmaan
:17)
Daftar Pustaka
[1] Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf,
(Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hal. 11
[1] Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011), hal.4-5
[1] Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, hal. 13-15
[1] يعقوب المليجي , الأخلاق
في الإسلام , ( الإسكندرية : مؤسسة الثقافة الجامعية , ١٩٨٥ ) , ص . ٥
[1] يعقوب المليجي , الأخلاق
في الإسلام , ( الإسكندرية : مؤسسة الثقافة الجامعية , ١٩٨٥ ) , ص . ٥
[1] Ahmad Bangun
Nasution, Rayani Hanum Siregar. Ahlak Tasawuf pengenalan, pemahaman dan
pengaplikasiannya. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2013) Hal. 30-34
[1] Ahmad Bangun
Nasution, Rayani Hanum Siregar. Ahlak Tasawuf pengenalan, pemahaman dan
pengaplikasiannya, hal. 24
[1] Hamzah Ya’qub. Etika
Islam Pembinaan Ahlaqulkarimah. (Bandung : Diponegoro, 1985). Hal. 18
[1] Zahrudin Ar,
Hasanuddin Sinaga. Pengantar Studi Ahlak. (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2004), hal.
4
[1] Ahmad Musthofa. Ahlak
Tasawuf. (Bandung : Pustaka Setia, 1997), hal. 22
[1] Zahrudin Ar,
Hasanuddin Sinaga. Ibid. Hal. 57-58
[1] Zahrudin Ar,
Hasanuddin Sinaga. Ibid. Hal. 59-60
[1] Zahrudin Ar,
Hasanuddin Sinaga. Ibid. Hal. 61-62
[1] Ahmad amin. Etika
(ilmu ahlak). (Jakarta : Bulan Bintang, 1988) hal. 21-22
[1] Ngalim Purwanto. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung :
PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 55-58
[1] Syafuddin. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta :
Ciputat Press, 2005), hlm. 184.
[1] Yusuf Al-Qordhowi, As-shobru Fil Qur’an, ( Mesir: Maktabah
Wahabah, 1985)
[1] يعقوب
المليجي , الأخلاق في الإسلام , ( الإسكندرية : مؤسسة الثقافة الجامعية ,
١٩٨٥ ) , ص . ١٩٤
[1] يعقوب المليجي , الأخلاق
في الإسلام , ( الإسكندرية : مؤسسة الثقافة الجامعية , ١٩٨٥ ) , ص . ١٩٩
[1] Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin Vol 4. Hal. 375-380
[6] Ahmad Bangun Nasution, Rayani Hanum Siregar. Ahlak
Tasawuf pengenalan, pemahaman dan pengaplikasiannya. (Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 2013) Hal. 30-34
[7] Ahmad Bangun Nasution, Rayani Hanum Siregar. Ahlak
Tasawuf pengenalan, pemahaman dan pengaplikasiannya, hal. 24
[9] Zahrudin Ar, Hasanuddin Sinaga. Pengantar
Studi Ahlak. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 4
[15] Ngalim Purwanto. Administrasi
dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2006), hlm. 55-58
[20] Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin
Vol 4. Hal. 375-380